Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara. Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong...
Aku, Buku dan Rina
=================
Rina, kelahiran tahun 2002. Masih kelas 1 SMP, bacaannya novel remaja, karena menurutku sendiri novel MC dapat dibaca oleh semua umur. Mungkin seumuran Rina bisa dikatakan tidak cocok untuk membaca novel Menjemput Cinta. Tapi di sana ada anak kelas 6 SD yang dikasih oleh mbaknya novel AAC 1, dan apa yang terjadi pada anak itu setelah 10 tahun kemudian? Anak itu sekarang cinta dengan dunia sastra, bahkan menjuarai resensi beberapa novel termasuk novel AAC 2. Diksi-diksi tulisannya yang menarik dan jago opininya.
Ini nyata dan orang yang kumaksud itu berteman denganku di facebook ini, tapi nggak boleh baper ya saat baca ini?.Haha.
Selagi isi novel itu masih baik, insya Allah akan membawa dampak yang baik pula bagi pembacanya. Ekspektasiku sebagai penulis buku MC tidak sejauh itu, aku tidak berharap Rina sehebat orang yang kumaksud, dia suka membaca saja sudah syukur. Karena belum pernah ia membaca buku hingga selesai kecuali buku novel Menjemput Cinta yang jumlah halamannya 145, dan itu sangat menyenangkan sekali bagi penulis mana pun, ketika seorang anak kelas satu SMP bisa menuntaskan bacaannya. Mungkin juga karena ia penasaran, "Apa sih yang ditulis abangku?" Sehingga ia pun membacanya.
Ibu hanya bisa mendengarkan Rina membacakan buku itu di hadapannya, karena ibu tidak bisa membaca. "Duhai, Ibu, andai saja engkau bisa membaca langsung, mungkin ibu sedikit lebih gembira karena aku pernah nanya resep masakan khas Kuta Cane dan cara pembuatannya kepadamu beberapa waktu yang lalu, dan yang kutanya dulu tertulis di catatan kaki buku itu, tapi kini ibu hanya bisa mendengarnya dari Rina." Hehe.
Aku menulis buku MC, semoga dengan buku itu mereka punya bacaan. Semoga menghibur dan menemani dan syukur-syukur bermanfaat dan menginspirasi. Salah satu point yang ingin kusampaikan dalam novel MC ialah, "Jangan pacaran", ya semoga saja setelah membaca buku MC, mereka tahu bahwa pacaran itu tidak baik. Awalnya mesra dan ujungnya sengsara. Bukan iri dengan mereka yang punya pacar, bukan!. Tapi iri dengan mereka yang sudah menikah, tapi kok masih ada orang yang malah menghabiskan waktunya untuk pacaran?" Duhai, kalau dikaji lebih jauh lagi, bukan kah pacaran itu buat hiburan saja?, karena pemeran KCB, Anna Althafunnisa, sendiri yang berkata dalam salah satu seminarnya, "Tidak ada pacaran yang syar'i.". Ntahlah, semoga tidak berbalik sasaran lagi kepadaku. Sekarang tidak setuju, tapi nanti malah aku sendiri yang melakukannya. Semoga tidak!!.
Dua hari kemarin buku itu sampai di rumah, dibawa oleh salah seorang yang baik hati, semoga Allah membalas kebaikan beliau, aamiin. Rina sudah membaca buku itu. Aku juga nggak tahu apakah dia mengerti atau tidak, ketika kutanya ia hanya jawab, "Kan ada artinya, Bang?" katanya. Padahal maksudku mengerti itu ialah isi ceritanya, bukan bahasa arab 'ammiyah-nya. Wkwk.
Menurut syaikh As-Sayyid Ramadhan Al-Buthi, di dalam mukadimah novel Mahmuzain, Mahmud nama laki-laki dan Zain adalah nama perempuan, kisah cinta yang tak sampai. Kisah cinta yang tumbuh di bumi dan berbuah di langit, kata beliau, "Karya sastra yang baik itu ialah sastra yang mampu melunakkan hati pembaca, ketika ia membaca hatinya melunak." Yang di Indonesia bisa dapatkan buku terjemahannya di toko buku terdekat. Novelnya sangat menggugah jiwa.
Jujur, Kang Abik, mampu melunakkan hatiku sehingga aku cinta dunia sastra. Semoga kedepannya tulisanku juga dapat melunakkan hati pembaca, aamiin. (Hehehe).
Novel pertama yang kubaca ialah novel KCB, ketika itu aku sudah kelas 5 KMI. Buku novel yang kupinjam dari seorang kakak senior, dan alhamdulillah beliau memberikannya. Dan novelnya belum balik sampai sekarang, karena dipinjam lagi sama orang lain. Anak kampung sebelah Alurlangsat, anak Lawe Tungkal. Haha. Aku berhutang budi dan berhutang buku pada yang punya novel itu, semoga bisa digantikan dengan buku yang lain nantinya. Aku suka menulis sejak kelas 1 SMP, sedangkan suka membaca ya ketika aku mulai bisa membaca. Tapi, mulai membaca hal yang serius itu ketika kelas 5 KMI dan menulis hal yang serius ketika sudah tiba di bumi Kinanah.
Semoga kedepannya tetap semangat menulis dan terus menulis. Berdakwah lewat tulisan. Semoga dengan terbitnya buku pertama dapat mempermudah untuk menulis buku selanjutnya. Aku setuju sekali dengan salah satu kutipan ulama besar, yang berkata, " Satu amalan baik dapat menggandeng amalan baik yang lainnya." Dan aku juga setuju dengan kutipan Kang Abik, "Terbitkan dulu buku yang pertama, maka buku selanjutnya akan semakin mudah."
Rabbunaa yardha insya Allah...
Rabbunaa yusahhil insya Allah..
Allahu musta'an biidznillah..
Aamiin ya, Rabbal 'aalamiin.
Kairo, 2 Ramadhan 1437 H. 7 Juni 2016 M.
*Farma
Komentar
Posting Komentar