Langsung ke konten utama

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

ThaWiyyah

Sekarang aku telah dewasa. Semua isi surel ayahku dengan Wiy sudah diceritakan ibuku padaku. Sejak ayahku menikah dengan ibuku, surel terakhir ayah untuk Wiy adalah surel undangan pernikahannya dulu. Sesudah itu ayahku tidak pernah lagi mengirim surel untuk Wiy dan dia tidak tahu bahwa setiap bulannya ada surel dari Wiy untuknya dan dibalas oleh ibuku. Ketika aku berusia enam tahun, ayahku hidup tak menentu, ia sering melamun. Ibuku menyerah mengurus ayahku, jarang sekali ia tidur di rumah. Ayah hidup tapi hanya jasadnya di rumah, ada pun hati dan jiwanya teringat akan Wiy dan ibuku tersiksa dengan dahsyatnya cemburu. Ibuku cemburu pada Wy, betapa besarnya cinta Wiy pada ayahku, begitu pun sebaliknya. Karena itulah akhirnya ibu menceritakan padaku kenapa ayah seperti itu. Sejak umurku enam tahun sudah kutahu kisah cinta pertama ayahku, cinta pertamanya bukan ibuku, melainkan Wiy yang saat itu aku tidak tahu bagaimana rupanya, siapa dia dan di mana ia berada? Ibu juga berterus terang bahwa kenapa ayah dan Wiy tidak menikah? Hanyalah masalah sepele. Satu ucapan yang dipegang oleh kampung Segenap sampai saat ini adalah: "seburuk-buruknya hati orang kampung Segenap, itulah sebaik-baiknya hati orang kampung Sepakat". Karena kata petikan lama dan turun-temurun itulah kakek dan nenek dari ayahku tidak ingin menantunya orang kampung Sepakat. Padahal ibu dari ayahku jugalah bersahabat dulunya dengan ibunya Wiy. Adalah kesalahan dan pemikiran lama yang tidak boleh disama-ratakan semua orang kampung Sepekat itu berhati buruk. Nyatanya banyak sekali kebaikan hati orang kampung Sepakat, dan aku telah menemukan perempuan paling baik yang pernah aku tahu seumur hidupku, dia adalah Wiy.

Tidak lama setelah ibuku meninggal, aku memberanikan diri mencari perempuan yang bernama Wiy. Ini adalah pesan terakhir ibuku setelah ia meninggal-agar aku menikahkan ayahku dengan cinta pertamanya, Wiy. Supaya ayahku merasakan lagi betapa indahnya hidup ini.

Aku pun beragkat dari rumah, keluar pulau Jawa, meninggalkan  Yogyakarta, masuk ke pedalaman pulau Sumatera dan tiba di Aceh Tenggara. Kutanyakan kesana-kemari kampung Segenap, kampung ayahku yang sampai sekarang belum pernah ia membawaku saat liburan karena alasan jauh. Dan akhirnya kutemukan sebuah kampung nan indah, terpencil di bukit menawan, itulah kampung Segenap yang berseberangan sungai dengan kampung Sepakat. Aku menyempatkan diri bertamu ke rumah kerabat ayahku di kampung Segenap. Malamnya aku mengajak dua dari kerabat ayahku untuk menemui Wiy di rumahnya, di kampung Sepakat. Sampai di sana kuketuk pintu, mengucap salam.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh..." sahut suara tua di balik pintu. Kulihat seorang nenek cantik yang membukan pintu untuk kami. Kulitnya sudah keriput, rambutnya panjang dan telah memutih, namun wajahnya masih karasmatik, cantik. Sepertinya dialah nenek tercantik di kampung Sepakat. Dia mengenakan kaca mata, tampak betul ia seorang yang rajin baca buku.
"Benar Anda bernama Wiy?" tanyaku memastikan.
"Ya." Sahutnya singkat. Bukan main senangnya aku! Orang yang di depanku ini telah kuketahui isi hatinya, sudah kutahu derita hidupnya, betapa lamanya ia telah menunggu! Alhamdulillah, orang yang aku cari masih hidup, masih kuat, meskipun rambutnya sudah memutih, tetapi ia tetap cantik.
"Perkenalkan nama saya Dewi, Nek. Anak tunggal dari keluarga Tha dan Nelly." kataku menjelaskan. Seketika beliau memelukku, menangis sendu, air matanya deras. Isak tangisnya membuat mataku ikutan menangis. Lebih satu jam ia menangis dalam pelukanku, melimpahkan rasa rindunya padaku sebagai anak dari Tha ayahku. Dari kami tidak ada yang bicara satu kata pun, semua orang kampung Sepakat-Segenap sudah tahu kisah cinta nenek yang sedang menangis di dalam pelukanku ini. Kami menunggunya hingga ia selesai menangis. Begitu tangisnya reda, air matanya telah kering. Kulihat ia mulai mengelap wajahnya, matanya masih bersinar, menyala, alisnya belum berantakan. Senyumnya masih manis, giginya masih lengkap. Kemudian ia pun mulai bicara.
"44 tahun, 4 bulan 2 minggu 4 hari 12 jam sudah lamanya aku menunggu kedatanganmu Nak. Sudah kutahu kamulah tamuku yang akan datang mengetuk pintuku, sebab ayah dan ibumu telah meninggal bahkan tidak sempat datang bertamu." jelasnya. Aku terharu mendengarnya.
"Tetapi ayahku masih panjang umur. Ayahku juga telah lama menunggumu Nek, seperti lamanya nenek menunggunya."
"Sudah cukup banyak hatiku terluka Nak, tolonglah jangan lagi melukaiku dengan berbohong. Tolong bahagiakan lah aku, sudi kiranya kau memanggilku ibu Nak." Dia memelukku dan menangis sejadi-jadinya. Tangisnya tak kalah keras seperti tadinya, air matanya tak kalah deras seperti sebelumnya. Aku menyapu-nyapu punggungnya dengan tanganku, aku coba menguatkannya.
"Aku tidak berbohong. Alhamdulillah ayahku masih panjang umur, tetapi separuh nyawanya telah pergi." Mendengar ucapanku, tangisnya makin  sendu, kurasakan sekali betapa lamanya ia sudah menunggu.

Aku senang sekali bisa mengatakan semuanya, aku menangis haru sembari memeluknya. Ternyata
benar bahwa Wiy belum pernah menikah, dia menunggu ayahku. Kujelaskan padanya bahwa yang membalas surelnya setelah ayahku menikah adalah ibuku. Tidak jarang ayahku bertanya apakah ada surel dari Wiy untuknya? Tetapi ibuku berbohong. Ibuku dikalahkan rasa cemburunya. Ibuku juga tidak tega tidak membalasnya karena Wiy adalah sahabat karibnya. Dan ibuku disiksa oleh rasa cemburunya sendiri, hingga ia meninggal di usianya yang ke lima puluh empat tahun. Ibuku seumuran dengan Wiy. Sudah aku ceritakan semuanya, yang sesungguhnya. Tetapi Wiy belum percaya. Hingga esok harinya aku menelepon ke rumah, menyuruh tetangga datang dengan ayah ke rumah Wiy. Aku bilang pada ayahku bahwa Wiy masih hidup dan masih setia menunggunya, dan Wiy belum pernah menikah. Ayahku pulih seketika! Dia segera datang saat itu juga! Dan akhirnya ayahku menikah dengan Wiy di usia Wiy yang ke 64 tahun, cinta pertama yang saling menunggu. Sekarang barulah ayahku tahu bahwa gula itu rasanya manis saat meneguk kopi pertamanya di rumah Wiy. Dan malam itu ibuku Wiy menghidangkan Gutel dan Masam Jaing masakan favoritnya, salah satu dari tujuh menu andalannya.

Setelah ayahku menikah dengan Wiy, kami meninggalkan Yogyakarta, tinggal di kampung Sepakat, di rumahnya Wiy di Kuta Cane kabupaten Aceh Tenggara kecematan Tanoh Alas yang berseberangan sungai dengan desa ayahku kampung Sepakat. Kampung Wiy bersebelahan dengan kampung ibu kandungku. Kenapa ibu kandungku istri pertama ayah? Karena dijodohkan kakek-nenek, karena petikan lama yang buruk makna itu. Sekarang aku sudah punya ibu lagi, dialah bernama Wiy. Perempuan setia yang pernah kutahu seumur hidupku. Malam itu adalah hidangan pertama ibuku untuk ayahku, Gutel dan Masam Jaing masakan terbaiknya, makanan favorit ayah-ibuku.

Kata ibuku Wiy padaku;
"Nak Dewi, jangan biasakan menunggu, nanti kamu ketagihan. Tidak baik. Jangan ikuti ibu, Nak. Menikahlah dengan yang datang tepat waktu, dia jugalah baik untukmu. Pandang akhlak dan taqwanya, niscaya hidupmu bahagia."

Oh ya, kenalkan namaku Dewi Thawiyyah. Panggil saja aku Dewi.

-Sekian dan Syukron-

Darrasah, Kairo, 6 September 2018.

#DaudFarma

Komentar

Yang populer dari blog ini

Bulan Madu di Surga

"Bulan Madu di Surga"  -Perfect Wedding- Oleh: Muhammad Daud Farma. Namanya, Marwa, gadis manis bermata biru, beralis lebat berwarna hitam, berhidung mancung, berparas cantik jelita, pipinya padat berisi, kalau melihatnya sedang tersenyum  akan meninggalkan dua kesan: imut dan menggemaskan.  Berposter tubuh seperti pramugari, tinggi dan ahli merias diri. Pintar, pandai mengaji dan hafal kalam Ilahi. Teman-teman kampusnya menjulukinya dengan sebutan, "The Queen of Awamaalia University." Bahkan sebagian teman lelaki yang lidahnya sudah biasa merayu menamainya, "Bidadari kesiangan menantu idaman".  Dia sudah berumur delapan belas tahun. Kalau kamu pertama kali melihatnya, maka kamu akan mengucek mata tiga kali dan berkata, "Ternyata Hala Turk pandai juga memakai jilbab!" Mungkin sedikit berlebihan kalau kamu sampai berujar, "Waw! Kalah telak belasteran Jerman-Turkey!". Awal bulan Agustus lalu adalah kali pertama ia me

Inginku Mondok!

Inginku Mondok Daud Farma Aku orang  Kuta Cane, kabupaten Aceh Tenggara. Daerahku tidaklah sekecil jika aku berdiri di atas gunung yang tinggi lalu memandang ke bawah dan tampaklah hamparan rumah-rumah seakan bisa aku jengkali dengan jariku, tidak, tidak begitu! Bila saja aku mau mengelilinginya, seharian naik motor memang cukup tetapi tidak semua desanya bisa aku datangi satu-persatu. Jadi cukuplah kuakui bahwa daerahku memang luas sebenarnya walaupun dikelilingi gunung.  Aku tinggal di desa Alur langsat, kecamatan Tanoh Alas kabupaten Aceh Tenggara Kuta Cane-Aceh-Indonesia. Untuk sampai ke desaku, kamu mesti melewati jembatan tinggi yang melentang di atas sungai Alas, yang menghubungkan timur dan barat Gugung dan Ncuah menurut suku daerah yang kami pakai.  Sungai Alas adalah hadiah terindah yang Allah berikan pada daerah kami, daerah yang semboyannya: hidup di kandung adat, mati di kandung hukum, yang tak lebih tak kurang artinya bahwa Kuta Cane Aceh Tenggara adalah daerah yang kenta

Pulang Kampung (catatan panjang Anugerah Sastra VOI 2019)

Oleh: Daud Farma Bakda zuhur aku siap-siap. Aku mandi dan mengenakan pakaian. Atasan rambut sudah pangkas rapi, kemeja ungu lavendel masuk dalam celana, dan jas hitam. Bawahannya celana panjang hitam dan sepatu hitam. Setelah semuanya siap, aku periksa lagi barang-barang bawaanku dalam koper. Semuanya telah lengkap. Kemudian periksa dokumen penting. Tiket dan paspor yang juga telah masuk ke dalam tas. Temanku Dafi memesan Uber. Tidak berapa lama Uber datang. Karena tidak muat satu Uber kami pun pesan dua Uber. Dafi, aku dan dua orang dari adik-adik kami satu mobil. Adapun Ahmad berempat di Uber satunya lagi. Kurang lebih empat puluh menit kami tiba di Bandara Kedatangan Dua Internasional Kairo khusus penerbangan luar negeri. Aku bayarkan ongkos Uber 110 Pounds Mesir lalu kami turunkan koper. Kami pun foto-foto. Semuanya pada update status, juga disebar di group kami. Kebiasaan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) kalau ada yang balik kampung sudah pasti banya

NASAB NABI

نسب النبي صلى الله عليه وسلم و أسرته. لنسب النبي صلى الله عليه وسلم ثلاثة أجزاء: جزء اتفق على صحته أهل السير والأنساب، وهو إلى عدنان، وجزء اختلفوا فيه ما بين متوقف فيه، وقائل به، وهو مافوق عدنان إلى إبراهيم عليه السلام، وجزء لانشك أن فيه أمورا غير صحيحة، وهو مافوق إبراهيم إلى آدم عليهما السلام، وقد أسلفنا الإشارة إلى بعض هذا، هناك تفصيل تلك الأجزاء الثلاثة: الجزء الأول: محمدُ بنُ عبد الله بنِ عبد المطَّلب - واسمه شيبةُ - بن هاشم - واسمه عمرو - بن عبد مناف - واسمه المغيرة - بن قصيّ - واسمه زيد - بن كلاب بن مرَّةَ بن كعب بن لؤيّ بن غالب بن فِهْرٍ - وهو الملقب بقريش، وإليه تنتسب القبيلة -بن مالك بن النضر - واسمه قيس - بن كنانة بن خزيمة بن مدركة - واسمه عامر - بن إلياس بن مضر بن نزار بن مَعَدِّ بن عدنا. الجزء الثاني: ما فوق عدنان، و عدنانُ هو ابن أدّ بنِ هميسع بن سلامان بن عوص بن بوز بن قموال بن أبيّ بن عوام بن ناشد بن حزا بن بلداس بن يدلاف بن طابخ بن جاحم بن ناحش بن ماخي بن عيض بن عبقر بن عبيد بن الدعا بن حمدان بن سنبر بن يثربي بن يحزن بن يلحن بن أرعوى بن عيض بن ديشان بن عيصر بن أفناد بن

Syekhuna Sya'rawi

Syekh Muhammad Metwalli al-Sha'rawi Sejak pertama kali saya menuntut ilmu di negeri para ambiya', negeri para ulama, negeri Al-Azhar Al-Syarif, saya begitu sering mendengar nama Syekh Sya'rawi disebutkan orang-orang sekitar saya.  Baik teman-teman sesama pelajar ataupun orang Mesir di wilayah saya tinggal dan yang saya temui-berpas-pasan di jalan, di kendaraan umum, jumpa di masjid, warung-warung kecil, mall, di ibu kota, di pelosok desa, di tv, di radio, di dinding-dinding segala bangunan, di banyak tempat dan kesempatan.  Nama Syekh Sya'rawi terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terasa akrab di hati dan jiwa. Siapakah beliau sehingga begitu cintanya masyarakat Mesir kepada Syekh Sya'rawi? Nama lengkap Syekhuna: Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi.  Lahir pada tanggal 15 April 1911, di desa Dakadus (دقادوس) , Mit Ghamr (ميت غم  ) , Ad-Daqahliyah ) (الدقهلية)  , Mesir provinsi Tanta (طنطا).  Beliau merupakan ulama mujadid pada abad ke 20. Pen

Putra Aceh Tenggara Pertama Ke Mesir

Dr. H. Bukhari Husni, MA Daud Farma P ada tahun 1978 Masehi buya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tuanya. Buya adalah asli putra daerah Kuta Cane  Aceh Tenggara dan yang pertama kali belajar ke Mesir. Di masa beliau seluruh mahasiswa Aceh di Mesir hanya ada enam belas orang ketika itu. Dua di antaranya adalah; Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim, MA. Guru Besar UIN Ar-Ranniry dan Anggota MPU Aceh (Untuknya, al-Fatihah). Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA. Ketua Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, dan Ketua Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman-Banda Aceh. Buya tinggal di Gamalia, tidak jauh dari masjid Sidna Husain. Buya sempat bertalaqqi kepada Syekh Sya'rawi yang ketika itu mengajar di masjid Sidna Husain.  Sewaktu menemani beliau berkeliling sekitar Kairo, buya banyak bercerita bagaimana keadaan Kairo 43 tahun silam. Misalnya ketika kami tiba di Darrasah, beliau hampir saja tidak mengenali titik-titik yang kami lewati. Telah berubah delapan puluh persen dari segi bangunannya

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan.

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan (Resensi Novel Laila Majnun yang ditulis oleh Nizami Ganjavi) Diresensi oleh: Daud Farma.   Judul: Laila Majnun Penulis: Nizami Penerjemah: Dede Aditya Kaswar Penerbit: OASE Mata Air Makna Tebal: 256 halaman Cetakan ke: XII, Juli 2010 “Duhai Kekasihku,andai aku tidak dapat mempersembahkan jiwaku kepadamu, maka lebih baik aku membuangnya dan kehilangan  ia untuk selamanya. Aku terbakar dalam api cinta. Aku tenggelam dalam air mata kesedihan. Bahkan matahari yang menyinari dunia dapat merasakan panasnya bara hasratku. Aku adalah ngengat yang terbang menembus malam untuk mengitari nyala api lilin. Oh, lilin jiwaku, jangan siksa aku ketika aku mengelilingimu! Kau telah memikatku, kau telah merampas takdirku, akalku, juga tubuhku. “Engkau adalah penyebab kepedihanku, namun, meskipun demikian, cinta yang kurasakan padamu merupakan pelipurku, satu-satunya obat penyembuhku. Sungguh aneh, sebuah obat yang sekaligu