Aku orang yang selalu penasaran tentang apa di balik tembok, di seberang sana, setelah ini ada apa aja? Ketika aku kecil, belum SD. Dua kakak perempuan sepupuku berjodoh dengan orang Gayo Lues. Dua puluh dua tahun kemudian, anak bang we-ku pula berjodoh dengan penduduk Agusen-Gayo Lues. Pertama kali aku melewati perbatsan Aceh Tenggara-Gayo Lues pada tahun 2009, tapi kata ibu ketika aku usia dua tahunan aku pernah dibawa ke Rikit Ghaib yang ketika itu menjenguk kakak sepupu melahirkan bayi pertamanya sebelum akhirnya ia pindah ke Takengon. Tahun 2009, ketika itu aku masih kelas 2 KMI (SMP) dan 10 teman-temanku diutus sebagai perwakilan pondok (DPDA) untuk mengikuti lomba pencak silat di Lhoksukeun dan kami membawa tiga piala, waktu itu hanya lewat saja, tidak singgah, cuma dapat melihat monunen kotanya Belang Kejeren. Kedua pada tahun 2011 ketika saya kelas 4 KMI (1 SMK) kami diutus sebagai perwakilan dari pondok untuk ajang lomba...
Kau tahu, Kawan? Antre menurut KBBI V luring adalah berdiri berderet-deret mendapat giliran. Aku dan kamu pun mengaku demikian. Akan tetapi bagiku antre itu bukan sekadar menunggu. Antre dapat menghilangkan sifat egois, sifat congkak, dan melatihmu bersabar. Ada banyak hal yang dapat kamu lakukan ketika mengantre, Kawan; membaca, menghafal, mendengarkan Syekh Abdul Somad Abdul Basith mengaji dengan earphone milikmu, berswafoto, mengobrol dengan orang di depan atau di belakangmu, membuka sosial media, atau bermain PUBG Mobile, dan mungkin menulis caption sepertiku, paling tidak melatih otot kakimu agar kuat dan sehat. Antre itu banyak hal.
Tetapi mungkin kamu saat ini sedang mengantre jodohmu. Dalam mengantre setidaknya kamu bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat. Seperti membenahi diri, berhijrah ke pribadi yang lebih baik secara rohaniah, batiniah dan lahiriah. Saling mempersiapkan untuk orang tersayang, sehidup sesurgamu. Yang terpenting adalah kamu tidak boleh lupa bahwa kamu sedang mengantre ajalmu. Maka persiapkanlah amal terbaikmu, paling tidak ada satu amal yang pahalanya terus mengalir ketika kamu telah tiada.
Pun sama seperti kamu sedang menuntut ilmu saat ini. Paling tidak kamu punya seorang guru yang kau selalu istiqamah dan bersabar mengantre ilmu darinya.
Maka semoga nasihat ampuh dari maulana syekhna, Dr. Said Ramadhan al-Buthi berikut ini dapat jadi motivasi untukmu yang sedang menuntut ilmu.
“Wahai anakku, jika saja Allah meletakkan kemuliaan dan keagungan pada tukang sapu, niscaya aku pasti menyuruhmu menjadi tukang sampah. Akan tetapi Allah Swt, meletakkan kemuliaan dan keagungan dalam ilmu, maka carilah sekuat tenagamu, kerana ilmu menolongmu di saat dunia meremukkanmu dan ilmu melindungimu di saat dunia mencelakaimu.”. -Syekh Dr. Ramadhan al-Buthi.
*Antre di depan maqam Imam al-Syafi'i, 14 Februari 2020.

Komentar
Posting Komentar