Aku orang yang selalu penasaran tentang apa di balik tembok, di seberang sana, setelah ini ada apa aja? Ketika aku kecil, belum SD. Dua kakak perempuan sepupuku berjodoh dengan orang Gayo Lues. Dua puluh dua tahun kemudian, anak bang we-ku pula berjodoh dengan penduduk Agusen-Gayo Lues. Pertama kali aku melewati perbatsan Aceh Tenggara-Gayo Lues pada tahun 2009, tapi kata ibu ketika aku usia dua tahunan aku pernah dibawa ke Rikit Ghaib yang ketika itu menjenguk kakak sepupu melahirkan bayi pertamanya sebelum akhirnya ia pindah ke Takengon. Tahun 2009, ketika itu aku masih kelas 2 KMI (SMP) dan 10 teman-temanku diutus sebagai perwakilan pondok (DPDA) untuk mengikuti lomba pencak silat di Lhoksukeun dan kami membawa tiga piala, waktu itu hanya lewat saja, tidak singgah, cuma dapat melihat monunen kotanya Belang Kejeren. Kedua pada tahun 2011 ketika saya kelas 4 KMI (1 SMK) kami diutus sebagai perwakilan dari pondok untuk ajang lomba...
Matruh dan Siwa adalah dua nama tempat wisata yang berbeda. Matruh terletak di utara Mesir, sebuah deretan pantai yang langsung berhadapan dengan benua Eropa. Pantai di Matruh merupakan pantai bertaraf internasional karena keindahan tiada tara pantainya. Satu diantaranya adalah pantai Ageebah (ajaib) yang konon memiliki 7 warna, bahkan salah seorang temanku mengatakan Matruh cukup bersaing dengan pulau Suju di Korea Selatan. Siwa ada di negeri penghujung Mesir yang berbatasan langsung dengan Libya.
Udah seminggu di kamar aja. Nggak ke mana-mana. Ngurung diri, menyendiri, menyepi, merenungi nasib yang telah terjadi. Temanku Kadafi kasihan kali lihat aku, dia pun ngajak aku rihlah ke Matruh Siwa. Dia berharap aku bisa move on setelah rihlah ke sana. Eh pulang dari rihlah aku malah makin idak bisa lupakan kejadian yang telah menimpaku, ternyata keindahan alam dan kesengan bersama teman-teman tidak dapat membuatku lupa masa lalu yang baru saja kualami. Tanpa pikir panjang aku pun mengiyakan ajakannya. Lagipula duit lagi mendukung. 750 Egypt Pound habis tidaklah seberapa, sangatlah murah! Dibanding pergi ke motivator untuk menyemangati diri ini, mending rihlah ya kan?🤣 Sebelum Maghrib kami dari Darrasah. Kemudian singgah di KMA untuk menghadiri samadiyah sebab ayah dari salah seorang dari daerahku baru saja meninggal dua hari sebelumnya. Selesai samadiyah kami ke Skretariat PCIM Muhammadiyah Mesir. Setelah nunggu bus empat jam lebih, kami pun bernagkat. Di sini semuanya nggak ada yang aku kenal, semaunya teman baru bagiku kecuali Kadafi. Sebab memang aku bukanlah bagian dari mereka, aku sendiri adalah NU tapi rihkahnya bareng Muhammadiyah😅 Aku pun taklah sungkan-sungkan, tidak malu-malu, aku merasa mereka merangkulku dengan baik, ramah, santun dan bahagia. Apalagi ketua organisasinya, ustadz Zaky, baik banget! Bahkan aku duduk bersebelahan dengan beliau. Dari Kairo ke Siwa 12 jam lebih kurangnya. Sebenarnya bisa sedikit lebih cepat sampainya, karena memang lebih dua kali berhenti untuk toilet, shalat dan makan. Yang memakan waktu 15 sampai 20 menit. Jam 12 kurang 25 menit kami pun tiba di Siwa. Sampai di sana kami ikut shalat Jum'at. Sebenarnya kami bisa ganti dengan dzuhur, dan kalau sudah Jum'atan maka tidak mesti lagi dzuhur. Tetapi sebagian teman-teman ada yang tunaikan jama' dzuhur dan ashar. Hum, selesai shalat ditanyalah yang ngimami oleh ta'mir masjid. Karena dia Azhary, dia punya dalil ini-itu untuk memahamkan ikhtilaf antar madzhab. So well, ta'mir ngalah dan bisa menerima penjelasannya. Abis jumatan kami pun menuju tambak garam.
Komentar
Posting Komentar