Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara. Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong...
Ketika Pakar Cinta Berselisih*
Seorang anak kecil yang imut berusia lima tahun, namanya Nabila. Biasanya ibunya memanggilnya dengan Na ataupu La. Terkadang hanya diambil bagian depan dan ujung namanya saja, lalu digabungkan menjadi Nala. Pipinya emben seakan dua lebah mungil barusan menggigit kedua belah pipinya, ketika melihatnya pasti akan menimbulkan rasa gemas dan ingin mencubit dan menciumnya. Kalau ia menangis saat dicubit, kamu pasti ingin mencubitnya kembali karena ia semakin menggemaskan saat ia menangis. Apalagi kalau ia tersenyum? Huum, kamu pasti tak sabaran ingin mengambil kameramu dan mengabadikan wajah imutnya.
Seorang kakek-kakek pun sangat gemas pada Nabila. Ingin sekali kakek itu mencium Nabila, namun kakek itu tidak tega jika Nabila menangis sedangkan Nabila tidak kenal dengannya.
Ketika pagi saat mau ngopi di depan teras, kakek itu teringat dengan Nabila. Ketika siang hari saat ingin tidur, kakek itu terbayang dengan wajah imut Nabila. "Andaikan saja Nabila ada di sini, pasti kusuruh mencabut ubanku." lirihnya sembari menatap atap rumahnya. Ketika malam hari saat menatap bulan purnama ke tiga belas, Kakek itu melihat Nabila sedang bermain ayunan di atas rembulan sana. Tiba-tiba Nabila mengambil satu buah bintang lalu melemparkannya pada hidung belang si Kakek yang sedang melamun, barulah Kakek itu sadar dan ternyata hidungnya sudah dijatuhi tai cicak. Ia sebal pada cicak yang mengganggu dirinya sedang melihat Nabila di Bulan sana, ia pun mencari sapu dan memburu cicak itu. Sayang sekali, cicak itu hanya meninggalkan ekor dan tainya kemudian bersembunyi di balik asbes rumahnya.
Kakek itu masih bingung sekali pada dirinya sendiri, kenapa ia begitu mencintai Nabila yang seusia bibit padi? Baru numbuh satu inci. "Kenapa dengan diriku? Apakah aku benar-benar mencintai Nabila? Tidak kah aku dikatakan pelecehan seksual jika aku jatuh cinta pada Nabila? Duh, dasar diriku tak mengenal usia!" Kakek itu mengutuk dirinya sendiri.
Karena ia kebingungan, ia pun mendatangi para pakar cinta.
"Apa itu cinta?" Kakek itu bertanya pada seorang pakar cinta yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya dua menit jalan kaki.
"loh? Kakek jatuh cinta?"
"Ya."
"Pada siapa?"
"Pada Nabila"
"Waduh! Kok bisa?"
"Ya bisa keleuss!"
"Waduh-waduh! Baiklah, Kakek pulang dulu ke rumah. Besok akan kujawab."
"Tidak mau pulang kalau tidak dijawab sekarang!"
Tak lama berfirkir. Pakar cinta itu pun menjawab sebisanya. Ia juga geleng-geleng, tidak percaya sama sekali dengan apa yang barusan ia dengarkan. Seorang kakek-kakek yang mendatanginya dan bertanya tentang cinta? Sudah bau tanah pula.
"Kek, cinta itu kasih sayang. Sayang itu jugalah cinta, dan biasanya cinta juga punya nafsu. Masa ia Kakek nafsu pada Nabila?"
Kakek itu tidak menjawab. Ia merasa belum puas dengan jawaban si pakar cinta yang pertama. Ia cemberut lalu pergi. Ia sebal sekali dengan pakar cinta yang barusan ia datangi. Sebal karena dirinya dituduh nafsu pada Nabila. Ia berjalan dengan menggunakan tongkatnya sambil bungkuk-bungkuk menuju rumah pakar cinta yang kedua. Jaraknya lima menit. Sampai di sana, tanpa basa-basi ia pun menanyakan pertanyaan yang sama.
"Apa itu cinta?"
"Apaan sih? Udah tua masih nanya begituan. Ingat mati Kek!"
Ia sakit hati dan beranjak pergi. Sampai di bibir pintu. Pakar cinta itu menepuk bahunya Kakek.
"Kek, cinta itu racun Kek. Tapi kadang ia juga bisa jadi madu. Tergantung Kakek, mau mengelola yang mana? Kakek sebagai lelaki dan Kakek pulalah yang jadi Nahkodanya. Mau menengelamkannya di laut atau membawanya ke tepian? Ketika Kakek menenggelamkannya, maka itulah nafsu. Nafsu itu harus dibersihkan dari jiwa yang kotor. Harus mandi dulu di laut. Kalau Kakek membawanya ke tepian, maka itulah yang dimaksud dengan cinta yang sungguhan, menghalalkannya. Bertanggung jawab hingga ke tepian, bukan hanya mencintainya di awal lalu melepaskannya dengan beriringnya waktu berlalu. Cinta itu harus selalu abadi di dalam hati Kek. Tidak hanya di mulut. Mulut memang mudah sekali mengatakan cinta, tapi hati sangat sulit mengatakan hal itu. Hati memang jarang berkata-kata, tapi sekali hati berkata maka ia pun mengatakan yang sesungguhnya. Mengerti Kek?"
Kakek itu hanya geleng-geleng. Penjelasan pakar cinta yang kedua itu terlalu rumit baginya. Susah ia memahami dan mencerna. Seusianya hanya mampu memahami perkataan yang simply, tidak bercabang-cabang tanpa arti. Kakek itu pun pergi meninggalkan rumah pakar cinta yang kedua. Kemudia ia berjalan membawa tongkatnya menuju rumah pakar cinta yang ketiga. Sesekali ia terjatuh karena tidak sanggup ditiup angin malam, ia batuk-batuk, badanya menggigil kedinginan. Namun ia tidak menyerah, ingin menemukan jawaban cinta yang sesungguhnya yang bisa diterima oleh hatinya.
Sampai di rumah pakar cinta yang ketiga. Ia langsung melontarkan pertanyaan yang juga sama.
"Apa itu cinta?"
Pakar cinta yang nomor tiga barusan ditelepon pakar cinta yang kedua bahwa akan ada seorang Kakek yang datang padamu. Itulah sebabnya ia sudah tidak kaget lagi dengan Kakek yang sedang ada di dalam rumahnya itu.
"Kek, cinta itu sama seperti ketika Kakek mencintai istri Kakek," Pakar cinta kedua berhenti sejenak. Kakek itu menangis tersedu-sedu karena mengingat istrinya telah meninggal satu tahun yang lalu.
"Kakek pulang saja dulu. Kami harus musyawwarah dulu atas pertanyaan Kakek ini. Sebab kami juga bingung menjawab untuk seumuran Kakek." Kakek itu hanya menurut dan berlalu.
Esok malamnya, kumpullah para pakar cinta di rumah pakar cinta yang ketiga. Dua jam membahas jawaban untuk kakek, akhirnya mereka menemukan jawaban yang sesuai untuk seumuran Kakek.
Pakar cinta yang pertama mengatakan: cinta untuk seorang kakek pada Nabila adalah nafsu belaka!
Pakar cinta kedua pun berpendapat: cinta Kakek pada Nabila adalah cinta monyet. Yang masih suka main karet, loncat-loncat. Kakek itu sama seperti anak kecil lagi.
Pakar cinta yang ketiga menjawab: ah, kakek itu memang aneh. Masak ia cinta sama anak kecil? Dasar jipo! Jidad porno!
Sedang nyantainya para pakar cinta minum kopi, pintu itu diketuk. Mereka ragu membuka karena sudah jam satu malam. Sepuluh menit sudah diketuk namun tidak dibuka oleh para pakar cinta. Mereka tetap melanjutkan minum kopi. Satu jam kemudian, pakar cinta itu pun beranjak pamit pada tuan rumah dan diantar samapi depan pintu. Ketika membuka pintu. Mereka terkejut ketika menemukan tubuh Kakek tua yang terbaring di atas lantai dan memeluk tongkatnya. Kakek itu telah tiada.
Para pakar cinta merasa berdosa, mereka memohon maaf pada jasad Kakek tua. Namun semuanya telah terlambat, jawabannya sudah telat.
Mereka menemukan sebuah boneka di samping Kakek itu. Boneka beruang berwarna cokelat. Di dalam kantong boneka itu ada kalung emas dan surat. Salah satu dari mereka membuka dan mereka baca.
"Tolong berikan boneka dan kalung ini pada Nabila sebagai hadiah bahwa aku menyanyanginya sebagai cucuku."
Para pakar cinta menepuk jidad mereka masing-masing. Jawaban yang barusan mereka sediakan untuk kakek tadi salah total, ternyata kakek ini adalah menyanyangi Nabila. Bukan mencintai Nabila seperti ia mencintai istrinya yang disertai cinta dan Nafsu. Pakar cinta itu mencium jidad kakek itu bukti mereka meminta maaf dan takjub pada kakek tua yang sayang pada anak kecil. Barulah pakar cinta itu memustuskan bahwa ada perbedaan Cinta dan kasih sayang.
Cinta adalah ucapan yang disertai mulut, terkadang bukti dan kadang hanya ocehan belaka dan kasih sayang adalah bukti atau perbuatan yang nyata-sesuai dengan bukti kasih sayang yang telah kakek itu persembahkan untuk Nabila si imut.
Konon katanya Nabila menikahi cucu kandung si kakek pada saat Nabila berumur dua puluh tiga tahun. Dan setiap kali anak Nabila lahir, Nabila selalu menceritakan legenda fenomenal seorang Kakek yang sangat sanyang padanya. Dan boneka itu adalah bukti kasih sayangnya si Kakek.
*Farma.
Gamalia, 23032017.
Seorang anak kecil yang imut berusia lima tahun, namanya Nabila. Biasanya ibunya memanggilnya dengan Na ataupu La. Terkadang hanya diambil bagian depan dan ujung namanya saja, lalu digabungkan menjadi Nala. Pipinya emben seakan dua lebah mungil barusan menggigit kedua belah pipinya, ketika melihatnya pasti akan menimbulkan rasa gemas dan ingin mencubit dan menciumnya. Kalau ia menangis saat dicubit, kamu pasti ingin mencubitnya kembali karena ia semakin menggemaskan saat ia menangis. Apalagi kalau ia tersenyum? Huum, kamu pasti tak sabaran ingin mengambil kameramu dan mengabadikan wajah imutnya.
Seorang kakek-kakek pun sangat gemas pada Nabila. Ingin sekali kakek itu mencium Nabila, namun kakek itu tidak tega jika Nabila menangis sedangkan Nabila tidak kenal dengannya.
Ketika pagi saat mau ngopi di depan teras, kakek itu teringat dengan Nabila. Ketika siang hari saat ingin tidur, kakek itu terbayang dengan wajah imut Nabila. "Andaikan saja Nabila ada di sini, pasti kusuruh mencabut ubanku." lirihnya sembari menatap atap rumahnya. Ketika malam hari saat menatap bulan purnama ke tiga belas, Kakek itu melihat Nabila sedang bermain ayunan di atas rembulan sana. Tiba-tiba Nabila mengambil satu buah bintang lalu melemparkannya pada hidung belang si Kakek yang sedang melamun, barulah Kakek itu sadar dan ternyata hidungnya sudah dijatuhi tai cicak. Ia sebal pada cicak yang mengganggu dirinya sedang melihat Nabila di Bulan sana, ia pun mencari sapu dan memburu cicak itu. Sayang sekali, cicak itu hanya meninggalkan ekor dan tainya kemudian bersembunyi di balik asbes rumahnya.
Kakek itu masih bingung sekali pada dirinya sendiri, kenapa ia begitu mencintai Nabila yang seusia bibit padi? Baru numbuh satu inci. "Kenapa dengan diriku? Apakah aku benar-benar mencintai Nabila? Tidak kah aku dikatakan pelecehan seksual jika aku jatuh cinta pada Nabila? Duh, dasar diriku tak mengenal usia!" Kakek itu mengutuk dirinya sendiri.
Karena ia kebingungan, ia pun mendatangi para pakar cinta.
"Apa itu cinta?" Kakek itu bertanya pada seorang pakar cinta yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya dua menit jalan kaki.
"loh? Kakek jatuh cinta?"
"Ya."
"Pada siapa?"
"Pada Nabila"
"Waduh! Kok bisa?"
"Ya bisa keleuss!"
"Waduh-waduh! Baiklah, Kakek pulang dulu ke rumah. Besok akan kujawab."
"Tidak mau pulang kalau tidak dijawab sekarang!"
Tak lama berfirkir. Pakar cinta itu pun menjawab sebisanya. Ia juga geleng-geleng, tidak percaya sama sekali dengan apa yang barusan ia dengarkan. Seorang kakek-kakek yang mendatanginya dan bertanya tentang cinta? Sudah bau tanah pula.
"Kek, cinta itu kasih sayang. Sayang itu jugalah cinta, dan biasanya cinta juga punya nafsu. Masa ia Kakek nafsu pada Nabila?"
Kakek itu tidak menjawab. Ia merasa belum puas dengan jawaban si pakar cinta yang pertama. Ia cemberut lalu pergi. Ia sebal sekali dengan pakar cinta yang barusan ia datangi. Sebal karena dirinya dituduh nafsu pada Nabila. Ia berjalan dengan menggunakan tongkatnya sambil bungkuk-bungkuk menuju rumah pakar cinta yang kedua. Jaraknya lima menit. Sampai di sana, tanpa basa-basi ia pun menanyakan pertanyaan yang sama.
"Apa itu cinta?"
"Apaan sih? Udah tua masih nanya begituan. Ingat mati Kek!"
Ia sakit hati dan beranjak pergi. Sampai di bibir pintu. Pakar cinta itu menepuk bahunya Kakek.
"Kek, cinta itu racun Kek. Tapi kadang ia juga bisa jadi madu. Tergantung Kakek, mau mengelola yang mana? Kakek sebagai lelaki dan Kakek pulalah yang jadi Nahkodanya. Mau menengelamkannya di laut atau membawanya ke tepian? Ketika Kakek menenggelamkannya, maka itulah nafsu. Nafsu itu harus dibersihkan dari jiwa yang kotor. Harus mandi dulu di laut. Kalau Kakek membawanya ke tepian, maka itulah yang dimaksud dengan cinta yang sungguhan, menghalalkannya. Bertanggung jawab hingga ke tepian, bukan hanya mencintainya di awal lalu melepaskannya dengan beriringnya waktu berlalu. Cinta itu harus selalu abadi di dalam hati Kek. Tidak hanya di mulut. Mulut memang mudah sekali mengatakan cinta, tapi hati sangat sulit mengatakan hal itu. Hati memang jarang berkata-kata, tapi sekali hati berkata maka ia pun mengatakan yang sesungguhnya. Mengerti Kek?"
Kakek itu hanya geleng-geleng. Penjelasan pakar cinta yang kedua itu terlalu rumit baginya. Susah ia memahami dan mencerna. Seusianya hanya mampu memahami perkataan yang simply, tidak bercabang-cabang tanpa arti. Kakek itu pun pergi meninggalkan rumah pakar cinta yang kedua. Kemudia ia berjalan membawa tongkatnya menuju rumah pakar cinta yang ketiga. Sesekali ia terjatuh karena tidak sanggup ditiup angin malam, ia batuk-batuk, badanya menggigil kedinginan. Namun ia tidak menyerah, ingin menemukan jawaban cinta yang sesungguhnya yang bisa diterima oleh hatinya.
Sampai di rumah pakar cinta yang ketiga. Ia langsung melontarkan pertanyaan yang juga sama.
"Apa itu cinta?"
Pakar cinta yang nomor tiga barusan ditelepon pakar cinta yang kedua bahwa akan ada seorang Kakek yang datang padamu. Itulah sebabnya ia sudah tidak kaget lagi dengan Kakek yang sedang ada di dalam rumahnya itu.
"Kek, cinta itu sama seperti ketika Kakek mencintai istri Kakek," Pakar cinta kedua berhenti sejenak. Kakek itu menangis tersedu-sedu karena mengingat istrinya telah meninggal satu tahun yang lalu.
"Kakek pulang saja dulu. Kami harus musyawwarah dulu atas pertanyaan Kakek ini. Sebab kami juga bingung menjawab untuk seumuran Kakek." Kakek itu hanya menurut dan berlalu.
Esok malamnya, kumpullah para pakar cinta di rumah pakar cinta yang ketiga. Dua jam membahas jawaban untuk kakek, akhirnya mereka menemukan jawaban yang sesuai untuk seumuran Kakek.
Pakar cinta yang pertama mengatakan: cinta untuk seorang kakek pada Nabila adalah nafsu belaka!
Pakar cinta kedua pun berpendapat: cinta Kakek pada Nabila adalah cinta monyet. Yang masih suka main karet, loncat-loncat. Kakek itu sama seperti anak kecil lagi.
Pakar cinta yang ketiga menjawab: ah, kakek itu memang aneh. Masak ia cinta sama anak kecil? Dasar jipo! Jidad porno!
Sedang nyantainya para pakar cinta minum kopi, pintu itu diketuk. Mereka ragu membuka karena sudah jam satu malam. Sepuluh menit sudah diketuk namun tidak dibuka oleh para pakar cinta. Mereka tetap melanjutkan minum kopi. Satu jam kemudian, pakar cinta itu pun beranjak pamit pada tuan rumah dan diantar samapi depan pintu. Ketika membuka pintu. Mereka terkejut ketika menemukan tubuh Kakek tua yang terbaring di atas lantai dan memeluk tongkatnya. Kakek itu telah tiada.
Para pakar cinta merasa berdosa, mereka memohon maaf pada jasad Kakek tua. Namun semuanya telah terlambat, jawabannya sudah telat.
Mereka menemukan sebuah boneka di samping Kakek itu. Boneka beruang berwarna cokelat. Di dalam kantong boneka itu ada kalung emas dan surat. Salah satu dari mereka membuka dan mereka baca.
"Tolong berikan boneka dan kalung ini pada Nabila sebagai hadiah bahwa aku menyanyanginya sebagai cucuku."
Para pakar cinta menepuk jidad mereka masing-masing. Jawaban yang barusan mereka sediakan untuk kakek tadi salah total, ternyata kakek ini adalah menyanyangi Nabila. Bukan mencintai Nabila seperti ia mencintai istrinya yang disertai cinta dan Nafsu. Pakar cinta itu mencium jidad kakek itu bukti mereka meminta maaf dan takjub pada kakek tua yang sayang pada anak kecil. Barulah pakar cinta itu memustuskan bahwa ada perbedaan Cinta dan kasih sayang.
Cinta adalah ucapan yang disertai mulut, terkadang bukti dan kadang hanya ocehan belaka dan kasih sayang adalah bukti atau perbuatan yang nyata-sesuai dengan bukti kasih sayang yang telah kakek itu persembahkan untuk Nabila si imut.
Konon katanya Nabila menikahi cucu kandung si kakek pada saat Nabila berumur dua puluh tiga tahun. Dan setiap kali anak Nabila lahir, Nabila selalu menceritakan legenda fenomenal seorang Kakek yang sangat sanyang padanya. Dan boneka itu adalah bukti kasih sayangnya si Kakek.
*Farma.
Gamalia, 23032017.
Komentar
Posting Komentar