Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara. Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong...
(Cerita fiksi)
Suatu hari aku duduk di taman Babul Futuh (di Kairo).
Kuperhatikan kakek-kakek yang lanjut usia berjalan bersama istri dan cucunya. Umur pasangan lanjut usia itu sebelas dua belas kecuali umur cucunya, kalau aku boleh sok menebak lagi, cucunya seumuran akulah kira-kira. Cantik tentunya! Kakek itu tak tahu lagi ke mana arah barat dan ke mana timur kalau tidak digandeng sang istri dan cucunya. Mereka duduk di atas tempat duduk yang tersedia untuk pengunjung. Lalu sang istri menitipkan tas kepada suaminya dan ia membeli eskrim. Tak lama sang istri kembali dengan membawa tiga eskrim yang cangkirnya berwarna pink. Susah kakek itu menyuapkan eskrim ke dalam mulutnya dengan memakai sendok dan tangannya sendiri. Sang istri pun membantu menyuapinya. Tak lama istrinya pergi kelilng bersama cucunya yang seumuranku tadi, aih, tingginya pun hampir sama. Lebih tinggi aku sedikit kayaknya!
Mereka berkeliling dan meninggalkan kakek itu sendiri. Lalu aku memberanikan diri untuk mendekati kakek itu dan duduk berdampingan dengannya kemudian kuulurkan eskrimku (kutawari) dan beliau menunjukkan eskrimnya yang belum habis, masih tiga tanda sendok di permukaan eskrimnya.
Tak lama basa-basi aku dan kakek itu pun berbincang dan aku banyak bertanya.
"Yang tadi itu istri Anda?"
"Alhamdulillah."
"Sudah berapa tahun berumah tangga?"
"Sejak aku berumur 25 dan dia 24 tahun."
"Owh sudah lama. Anda tinggal di mana?"
"Sekitar sini."
"Berapa istri Anda?"
"Satu."
"Kenapa tidak menikah lagi? Supaya ada yang muda untuk mengurus?"
"Ada banyak alasan."
"Boleh saya tahu semuanya?"
"Karena kami saling mencintai dan saling setia."
"Udah? Gitu saja?"
"Satu lagi karena susah aku mendapatkannya."
"Boleh sedikit diceritakan kisah Anda pada saat awal-awal jatuh cinta?"
Berceritalah kakek itu dengan semangat. Aku pun semangat mendengarkan ceritanya. Kucatat sebagian yang menurutku perlu dicatat.
Ternyata aku baru tahu kenapa dia begitu setia pada istrinya. Tahu kenapa? "Karena susah mendapatkannya!"
Kakek itu bilang begini padaku tempo hari.
"Kau tahu Nak? Mendapatkan hati perempuan itu tidak mudah! Aku hampir kehabisan kata-kata untuk menyakinkan istriku bahwa aku sangat mencintainya. Ketika aku mengatakan aku cinta padanya, dia selalu bertanya padaku: tulus dan setiakah cintamu padaku hingga kita tua? Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Dua tahun aku menyakinkannya dengan mengangguk dan dua tahun pula aku mendengar pertanyaan yang serupa. Barulah di tahun ketiga ketika dia bertanya padaku lewat telepon: tulus dan setiakah cintamu padaku hingga kita tua? Lalu dua jam setelah menelepon aku pun membawa keluargaku untuk melamarnya dan kukatakan lagi bahwa aku mencintainya sepenuh hati di depan semua keluarga kami dan dia tak lupa pada pertanyaannya: tulus dan setiakah cintamu padaku hingga kita tua? Aku pun menjawab: aku mencintaimu hingga kita tiada! Barulah ia mau mengulurkan tangannya untuk dipakaikan cincin emas itu. Ternyata dua hari setelah kami menikah barulah ia menjelaskan kenapa ia membuatku menunggu selama tiga tahun? Karena ia hanya ingin mendengar kepastian bahwa aku setia padanya hingga tua dan ke surga. Barusan saja pun, sebelum kau datang dan duduk di sampingku, dia mencubit tanganku karena aku melirik-lirik ibu-ibu yang duduk di sana!" Kakek itu menunjuk ke arah ibu-ibu yang jaraknya sekitar sepuluh meter di depan kami.
Tak lama istri dan cucunya datang dan aku pamit. Kuberikan eskrimku yang satunya lagi (yang belum aku celupkan sendok) ke cucunya yang seumuranku itu, aih, ia menerimanya dengan malu-malu dan tersenyum manis padaku lalu bilang: thankyou!
*Farma
Komentar
Posting Komentar