Ketika Cinta Ditagih*
SDN 1 Kota Cane Aceh Tenggara adalah tempatku belajar dan Helwa. Kami tidak saling kenal satu sama lain, kami hanya saling kenal dengan wajah dan tidak saling tahu nama di antara kami. Karena, selain murid SD kami yang cukup banyak, sifat kekanak-kanakkan kami yang saling cuek dan tidak mau kenal satu sama lain.
Hingga aku naik ke kelas 6 SDN 1 Kota Cane. Aku baru tau namanya ketika aku di bangku SD kelas 6. Ternyata selain paras yang cantik, baik dan rajin, dia juga mempunyai nama yang bagus. Ternyata namanya WARDATUNNISA HELWA. Aku tahu akan namanya ketika seorang guru kami memanggilnya, disuruh maju kedepan untuk mewakili dari adik-adik kelas menyampaikan kata-kata perpisahan kepada kami kakak kelasnya yang resmi sebagai alumni SDN 1 Kota Cane AcehTenggara.
Helwa, ya itu nama panggilannya. Helwa yang masih duduk dibangku SD kelas 5. Aku sudah lama dan sering melihatnya, akantetapi diriku baru tahu namanya hari itu. Aku sudah mulai kagum padanya sejak itu juga, saat ia memberikan kata perpisahan kepada kami kakak kelasnya, aku kagum keberaniannya untuk maju kedepan. Akan tetapi aku belum mencintainya, karena rasa cinta masih enggan mampir di hatiku, diriku yang masih bau kencur. Masih bawah umur.
Aku resmi lulus dari SDN 1 Kota Cane. Aku meninggalkan SD-ku, guru-uruku dan sahabat-sahabatku.
Tanah Lapangan dan Gedung-Gedung itu adalah saksi bisu bahwa diriku pernah belajar di sana. Aku melanjutkan masuk ke SMP dan aku memilih untuk masuk ke Modern Islamic Boarding School Fullday untuk tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, SMP dan SMA. Masuk mulai dari jam delapan pagi hingga sampai jam lima sore. School Fullday yang terdapat di daerah terpencil, yaitu di Aceh tenggara. Atau juga sering disebut dengan sebutan Kucan. School Fullday yang berkurikulum pendidikan sistim pemerintahan. Yang ditekankan ialah bahasa ingggris, bahasa arab dan bahasa jerman. Dan yang berdisiplinkan layaknya seperti santri. Yang wajib tinggal di asrama hanyalan bagi laki-laki. Adapun siswi, tidak diperbolehkan tinggal di asrama, jadi harus pulang-pergi bagi yang cewek. School Fullday letaknya tidak jauh dari rumahku. School Fullday salah satu sekolah terbesar di Kucan.
Satu tahun kemudian, Helwa juga lulus dari SDN 1 Kota Cane. Dia juga didaftarkan orangtuanya masuk ke School Fullday. Helwa, yang jarak rumahnya amat sangat jauh dari School Fullday yaitu di JAKARTA. Dari jakarta ke Aceh tenggara, yang beribukotakan Kuta Cane atau Kucan.
Dia tinggal bersama neneknya di Kucan sejak ia berumur empat tahun. Hanya setahun sekali ia akan pulang ke Jakarta.
Kejadian di SDN 1 Kota Cane 6 tahun yang lalu, masih saja berlaku kembali di School Fullday. Akan tetapi kini sebaliknya, aku sudah kenal dirinya walaupun dirinya belum mengenaliku. Dulu di SD aku sering melihatnya tetapi tidak tahu namanya, di School Fullday, aku sudah tahu namanya namun aku jarang melihatnya. Kelihatan ketika perkumpulan acara wajib tahunan di aula kampus dan di lapangan. Itupun mataku mesti mencari-cari dan memandang dari kejauhan, walaupun beribu siswa dan siswi yang ikut kumpul, diriku bisa menandainya dari kejauhan, tidak terkalahkan dengan seragam yang membuatku jadi serba semua sama. Tidak terasa, tiga tahun di School Fullday, kini diriku di hari wisuda kelas akhir School Fullday. Sedangkan Helwa masih duduk di kelas dua Moderen Islamic Boarding School Fullday.
Lagi-lagi dia yang terpilih maju kedepan untuk memberi kata sambutan perwakilan dari siswi. Karena selain ia bijak, ia juga cerdas dan pintar.
Dia lagi dia lagi yang di pilih.
Aku semakin mengaguminya. Diriku semakin penasaran terhadapnya, dan kagumku kali ini terasa berbeda dengan yang sebelumnya, disaat masih SD. Kagumku hari ini memberi warna-warni seperti kunang-kunang yang beterbangan, warna yang dimilikki oleh seorang remaja. Hari ini hatiku diwarnai cinta kepadanya, Helwa. Akan tetapi dia belum pernah dengar namaku dan belum mengenaliku.
Aku resmi jadi alumni School Fullday. Disana terdapat banyak kenangan yang tak terlupakan, canda tawa mereka yang kurindu. Aku merindukan kebersamaan masa lalu disaat masih duduk di bangku kelas tiga di School Fullday. Bermain bola bersama teman-teman di halaman sekolah, tinggal di asrama, belajar bersama, makan satu piring, masak mie dengan menggunakan Strika, ngaduk mei memakai gantungan baju, mumpet di kamar mandi untuk menghindari pelajaran Geografi dan banyak lagi keunikkan, kesenangan dan kenangan yang tak terlupan dan juga tak tertuliskan. Kebersamaan itupun membuahkan kenangan yang indah.
Liburan akhir tahun School Fullday untuk semua siswa dan siswi dan alumni ke 3 untuk kami yang resmi berlibur sepanjang tahun, kami yang diwisuda. Helwa tidak pulang ke Jakarta. Dia tinggal di rumah neneknya di Kucan, yang tidak terlalu jauh dari School Fullday, hanya tiga jam perjalanan dengan naik Busway. Baru saja satu hari di kampung halaman, aku langsung bertanya kepada anak kampungku yang satu kelas dengannya. Aku ingin mendapatkan nomor teleponnya. Anak kampungku yang jumlahnya ada 20 orang teman sekelasnya. Alhamdulillah aku mendapatkan nomornya di orang yang terakhir, namanya Humairoh.
Hari itu juga aku langsung meneleponya. Panggilan pertamaku, dring... dring.... dring. Dia tidak menjwab panggilanku dan, Tut.. tut.. tut.. Panggilanku terputus. Sementara diriku semakin bimbang sedikit malu-malu, semangatku patah, harapanku musnah dan tangankupun mulai basah. Basah karena keringat dinginku yang mulai keluar. Namun aku tidak menyerah dan terus berusaha, ikhtiar mendapatkan cinta, ikhtiarku mengalahkan seorang kepala rumah tangga yang mencari nafkah di tengah hutan rimba. Lalu.
Dring... dring... dring. Suara panggilanku yang ke tujuh belas kalinya, kemudian....
"Halu. Assalaamu'alaikum, dengan siapa?"
Mendengar suaranya di seberang pikiranku melayang, hatiku riang,
"Wa'alaikum salam... Ini degan akhi Rendi.”
Obrolan santai pun di mulai dengan canda tawa, rayuan, dan saling teleponan.
Hari demi hari dan minggu demi minggu. Dan minggu keduapun hampir berakhir untuk seluruh siswa dan siswi School Fullday dari berlibur.
Tiga hari sebelum School Fullday aktif untuk masuk kelas, aku mengajak Helwa untuk bertemu di rumah temanku yang akhwat. Dia juga seangkatanku, namanya Hilda. Aku menyuruh Helwa untuk datang dan tunggu di rumahnya setelah aku konfirmasi kepadanya, Hilda. Rumah Hilda tidak terlalu jauh dari rumah neneknya Helwa.
Hari itu hari jum'at, pengumuman hasil seleksi ke London Universiry akan diumumkan tepat pada pukul 09:00 WIB via Online. Sedangkan sore ini aku janji beretemu dengan Helwa. Aku harus berjumpa dengannya, aku tidak mau membuatnya kecewa, aku tidak tega melukai hati gadis secantik dan sesholehah dia, Helwa.
Jam tepat menunjukkan pukul 09:00 WIB. Aku segera membuka websitenya. Website seleksi ke London University. Dan ternyata benar!
Pengumumanya sudah keluar berbentuk pdf. Aku baca dengan teliti dengan perasaan was-was, detak jantungku yang kencang, perasaanku yang gelisah dan rasa bertanya-tanya di dalam hati. Aku lulus nggak ya? Dan...
Alhamdulillah, namaku keluar di pengumuman kelulusan hasil seleksi ke London University. Namaku diurutan nomor 14. Aku langsung bertakbir. Kusalami ayah, aku sujud syukur dan aku peluk ibu sembari menangis tersedu-sedu. Menangis karena gembiranya diriku, dan ibu juga menangis bahagia. Langsung saja aku mengabari guru-guruku dan sahabatku, mengabari atas kelulusanku. Aku semakin bersemangat untuk jumpa dengan Helwa, karena hari itu aku akan mengatakan prasaanku kepadanya. Dan dia tidak mau lewat telepon, karena kalau lewat telepon dia menganggapku tidak berani dan tidak serius bahwa aku mencintainya. Gombal!! katanya tanpa ampun! Setelah selesai sholat ashar, aku bergegas pergi dengan motor Mio Soulku yang lumanyan kencang. Satu jam perjalanan, diriku tiba di depan rumahnya Hilda, ternyata Helwa sudah datang terlebih dahulu dariku lima belas menit yang lalu. Dengan malau-malu ia duduk didepanku dan Hilda meninggalkan kami. Hehehe, jangan Negative Thinking dulu...
Kami orang sekolahan, kami tau hukum, kami menghafal Al qur'an. Hanya saja, nama sekolah kami yang bukan dinamakan sebagai pesantren. Kami tidak melakukan apa-apa selain daripada ngobrol, kami hanya basa-basi, dan di akhir cerita aku nyatakan bahwa aku mencintainya, dengan mengatakan versi bahasa yang kami pelajari di Shool Full day. Kali ini dengan bahasa arab.
"UHIBBUKI FILLAH".
Dia tersenyum mengembang dan menganggukkan kepalanya. Dia menjawab dengan bahasa inggrisnya.
"I love you too!"
Hatiku berbunga-bunga, laksana bunga mawar yang baru mengembang di pagi hari. Berkali-kali aku mengucap syukur didalam hati."Alhamdulillah, semoga jodoh...” bisik batinku.
Akhirnya kini cintaku di terima setelah kian lamanya sudah terbelenggu. Dua tahun sudah lamanya cintaku bertepuk sebelah tangan, bukan bertepuk sebelah tangan sih, enaknya mengatakannya cintaku misterius dengan separuh hati sementara separuh hati satunya lagi tidak mengetahuinya dan hari itu kusatukan agar bertepuk dari sisi sebelah tangan yang satunya lagi, dan kini cintaku berbunyi. Hehehe.
Aku tahu bahwa besok adalah hari terakhir liburan untuk seluruh siswa dan siswi School Fullday. Sekolah kami yang hanya mewajibkan bagi siswinya untuk tinggal di asrma pada awal tahun saja, selebihnya, no!. Aku meyakinkan pada dirinya untuk saling percaya di antara kami.
Seminggu setelah Helwa masuk ke School Fullday, aku pun berangkat ke London dengan tiket uang orangtuaku sendiri, karena Universitas London tidak menanggung tiket, hanya beasiswa kuliah dan tiket pulang kalau sudah sarjana. Dan....
Kini cintaku versi LDR atau Long Distance Relationship.
***
Delapan tahun kemudian...
Kuliahku sudah sudah selesai. Saatnya aku pulang ke Tanah Air dengan mebawa gelar strata S2 lulusan London University dengan predikat Istimewa (Comloude). Aku bertekad kuat pada diriku sendiri bahwa, aku tidak akan balik ke Indonesia kalalulah nilaiku tidak bagus dan belum lulus S2. Aku bertekad ingin membuat kedua orangtuaku tersenyum bahagia, masyarakat dan Indonesia tersenyum manis kepadaku. Aku ingin mengajar anak didikku nantinya dengan ilmu yang kudapat dan agar mereka puas terhadap pelajaranku. Kini delapan tahun itu terasa sangat singkat dan tidak lama. Alhamdulillah, akhirnya S2-ku rampung dan membuahkan hasil yang baik. Aku sudah rindu orangtuaku, kakak-kakakku dan adik-adikku. Aku rindu sahabat lamaku, guru-guruku, kampung halamanku, School Fullday, dan aku merindukan pujaan hatiku, kekasih khayalanku, Helwa.
Cintaku yang telah lama aku tanam tujuh tahun yang lalu. Aku berharap bisa memetiknya hari ini. Seperti halnya seorang petani yang menanam jambu, dan ia berhasil memanen buah jambunya yang sudah sekian lama ia tanam dan ia harapkan degan hasil panen yang memuaskan.
Baru saja malamnya diriku tiba di rumahku. Siang harinya langsung saja aku menghubungi nomor Helwa. Aku mengeluarkan handphone bututku yang delapan tahun sudah lamanya tidak di genggamanku, delapan tahun sudah lamanya aku tidak pernah lagi memakainya dan delapan tahun sudah lamanya aku belum pernah tahu kabar Helwa, hatiku bertanya-tanya, apa kabarnya? Sedang apakah dia? Dan dimanakah dia sekarang ini?. Aku segera melihat-lihat dinding-dinding kamarku, nomor Helwa yang aku tulis dengan tinta spidol delapan tahun yang lalu. Kuteliti dengan jeli dinding kamarku yang kusam, dan hanya ada sedikit sisa bayangan tinta spidol yang aku goreskan delapan tahun itu. Tingkahku yang tergesa-gesa seperti orang kehilang mutiara yang disimpan di dalam rumah, di dalam rumah itu ada kotak baja dan kotak itu di gembok lalu ditanam dibawah tanah, rumah itu dikelilingi pagar, dan pagar itu diberi gembok, karena khawatir mutiaranya akan dicuri orang lain. Ibu jari tangan kananku menari-nari memencet tombol handphone bututku.
"085 265 237..." Namun.
"Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkauan, silakan menghubungi beberapa saat lagi!"
Aku mulai gelisah. Namun belum menyerah, kini ibu jariku kembali menekan tombol handphone bututku yang ketiga belas kalinya, tetapi.
"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, silahkan mencoba beberapa saat lagi" Hanya suara merdu telkomsel itu yang terdengar di telingaku.
Aku semakin gelisah dan gundah. Segera aku datangi anak kampungku yang pernah satu kelas dengan Helwa, yaitu Mariza. Teman satu kelasnya di waktu kelas 3 di School Fullday. Aku datangi ke rumah Mirza, bertanya kepadanya tentang Helwa.
" Mirza, anti punya nomornya Helwa tidak?"
"Gak ada Akhi, kami sudah lama tidak saling kontak"
Suaranya yang sedikit mencurigakan di telingaku, sepertinya dia menyembunyikan segudang kabar dari Helwa, namun suara lembut Mirza yang kudengar keluar dan tulus dari hatinya. Hening seketika. Aku semakin tidak tenang, mataku menoleh kearah Mirza, dan Mirza pun melanjutkan bicaranya.
" Oh ya akhi, Helwa ada titip surat ke antum,” ku ambil surat itu.
kata Helwa, nanti kalau akhi Rendy sudah balik tolong berikan kepadanya.".
Lalu aku balik ke rumah dengan sedikit berlari dan dihantui sejuta pertanyaan aku berlari seperti orang yang sedang ikut kompetisi lari estapet 100 meter, dan aku masuk kedalam kamar. Segera kubuka amplonya, disana kutemui dua lembaran kertas yang terlipat. Kubaca dengan saksama.
" Assalaamu'alaikum wr. wb.
Kepada akhi Rendi yang kutunggu. Sedih dan berlinang air mataku menuliskan surat ini. Sungguhtidak tega diri ini menggoreskan kabar buruk di atas kertas yang bersih dan suci ini, namun apalah daya, aku memang harus menuruti permintaan hati dan menarikan ibu jari. Helwa tidak ingin mengganggu masa belajar akhii Rendi yang sedang menempuh S2 di London University, namun apalah daya diri ini, Helwa sudah tidak sabar menunggu dan merasa segan berbagai banyaknya sudah lamaran yang Helwa tolak selama ini, dan Helwa menerima lamaran orang yang kesembilan, yang juga lulusan luar Negeri, yaitu lulusan Al-Azhar University.
Helwa sangat minta maaf atas ketidaksetiaan Helwa ini, kini Helwa sudah berumah tangga dan Helwa balik ke Jakarta, ikut suami.
Helwa sudah berkali-kali kontak dan sms ke nomor akhi Rendi, namun Helwa tidak menuai jawaban dan kepastian dari Akhi, Helwa sudah menagih cinta akhi Rendi saat akhi Rendi sedang menulis Tesis di di London University, namun Helwa tidak mendapatkan jawaban. Jangankan jawaban, kabar akhi Rendi saja Helwa tidak pernah tahu.
Sekali lagi Helwa minta maaf atas ketidak sabaran Helwa ini, semoga akhi Rendi mendapatkan wanita yang lebih cantik dan Sholehah dari Helwa ini. Dan wanita itu orang yang setia.
Wassalaam...
Hormatku
-*Wardatunnisa Helwa*-
Mataku berkaca-kaca. Hatiku pilu, dan secara tidak sadar air mataku menetes membasahi pipiku, tidak kusadari bantalku gulingku basah dengan air mata piluku.
Tubuhku bergetar, pikiranku kosong, keringat dinginku pun keluar. Aku ambil kembali handphone bututku, kukeluarkan kartu sim handphone bututku, lalu kumasukkan kartu sim yang lama. Kartu sim yang pertama kali nelpon ke nomor Helwa, kartu sim yang pernah mengukir sejarah cintaku delapan tahun yang lalu, kartu sim yang pernah membuat hatiku berbunga-bunga dan kini kartu sim itu pula yang memberitakanku kabar yang tidak ingin rasanya aku membacanya, karena kuyakin isinya hanyalah kekecewaan yang melanda. Namun kuaktifkan kembali handphone bututku, walaupun hatiku tidak ingin disakiti lagi dengan kekecewaan yang menimpa. Langsung saja kubuka di bagian inbox, karena lulusan London University, segala Elektronik milikku kuatur dengan bahasa inggris, dan kubaca.
" Assalaamu'alaikum wr. wb
Akhi Rendi apa kabar?
Akhii Helwa minta kepastian.
kapan akhii Rendi pulang ke Indonesia? Helwa tidak sanggup mendengar omongan dan gosipan dari orang lain, karena sudah empat kali Helwa menolak lamaran orang. Helwa menanyakan kepastian dari akhii Rendi. Segeralah pulang ke Indonesia, segeralah lamar dan nikahi diriku, Helwa sudah tidak sabar menunggu Wassalaam...”
Jantungku berdetak kencang, jari-jariku bergetar, handphonekupun terjatuh. Karena tidak kuasa menahan pedih dan pilu sms yang kubaca di dalam handphone bututku. Kartu sim yang dulu pernah membuat hatiku berbunga-bunga dan kini kartu sim itu pula yang membuatku menangis sejadi-jadinya.
Kini cintaku yang Long distance relationship sudah lama ditagih, ditagih kepastiannya. Hiks-hiks.
"Bila tidak ada jaminan keseriusan, jangan pernah menambat janji. Sebab janjimu akan ditagih. Dan kamu yang ditinggal jauh, jangan pernah biarkan seorang pun yang menanam janji padamu, karena akhir ceritanya hanyalah dua: dilupakan dan mati harapan!"
-Tulisan dua tahun yang lalu
Direvisi hari ini, 4 February 2017.
*By:Muhammad Daud Farma
Kairo, Gamalia, 4 February 2017.
Komentar
Posting Komentar