Langsung ke konten utama

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

Ketika Cinta Ditagih

Ketika Cinta Ditagih*

SDN 1 Kota Cane Aceh Tenggara adalah tempatku belajar dan Helwa. Kami tidak saling kenal satu sama lain, kami hanya saling kenal dengan wajah dan tidak saling tahu nama di antara kami. Karena, selain murid SD kami yang cukup banyak, sifat kekanak-kanakkan kami yang saling cuek dan  tidak mau kenal satu sama lain.
Hingga aku naik ke kelas 6 SDN 1 Kota Cane. Aku baru tau namanya ketika aku di bangku SD kelas 6. Ternyata selain paras yang cantik, baik dan rajin, dia juga mempunyai nama yang bagus. Ternyata namanya WARDATUNNISA HELWA. Aku tahu akan namanya ketika seorang guru kami memanggilnya, disuruh maju kedepan untuk mewakili dari adik-adik kelas menyampaikan kata-kata perpisahan kepada kami kakak kelasnya yang resmi sebagai alumni SDN 1 Kota Cane AcehTenggara.

Helwa, ya itu nama panggilannya. Helwa yang masih duduk dibangku SD kelas 5. Aku sudah lama dan sering melihatnya, akantetapi diriku baru tahu namanya hari itu.  Aku sudah mulai kagum padanya sejak itu juga, saat ia memberikan kata perpisahan kepada kami kakak kelasnya, aku kagum keberaniannya untuk maju kedepan. Akan tetapi aku belum mencintainya, karena rasa cinta masih enggan mampir di hatiku, diriku yang masih bau kencur.  Masih bawah umur.
Aku resmi lulus dari SDN 1 Kota Cane. Aku meninggalkan SD-ku, guru-uruku dan sahabat-sahabatku.
Tanah Lapangan dan Gedung-Gedung itu adalah saksi bisu bahwa diriku pernah  belajar di sana. Aku melanjutkan masuk ke SMP dan aku memilih untuk masuk ke Modern Islamic Boarding School Fullday untuk tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, SMP  dan SMA. Masuk mulai dari jam delapan pagi hingga sampai jam lima sore. School Fullday yang terdapat di daerah terpencil, yaitu di Aceh tenggara. Atau juga sering disebut dengan sebutan Kucan. School Fullday yang berkurikulum pendidikan sistim pemerintahan. Yang ditekankan ialah bahasa ingggris, bahasa arab dan bahasa jerman. Dan yang berdisiplinkan layaknya seperti santri. Yang wajib tinggal di asrama hanyalan bagi laki-laki. Adapun siswi, tidak diperbolehkan tinggal di asrama, jadi harus pulang-pergi bagi yang cewek. School Fullday letaknya tidak jauh dari rumahku. School Fullday salah satu sekolah terbesar di Kucan.

Satu tahun kemudian, Helwa juga lulus dari SDN 1 Kota Cane. Dia juga didaftarkan orangtuanya masuk ke School Fullday. Helwa, yang jarak rumahnya amat sangat jauh dari School Fullday yaitu di JAKARTA. Dari jakarta ke Aceh tenggara, yang beribukotakan Kuta Cane atau Kucan.
Dia tinggal bersama neneknya di Kucan sejak ia berumur empat tahun. Hanya setahun sekali ia akan pulang ke Jakarta.
Kejadian di SDN 1 Kota Cane 6 tahun yang lalu, masih saja berlaku kembali di School Fullday. Akan tetapi kini sebaliknya, aku sudah kenal dirinya walaupun dirinya belum mengenaliku. Dulu di SD aku sering melihatnya tetapi tidak tahu namanya, di School Fullday, aku sudah tahu namanya namun aku jarang melihatnya. Kelihatan ketika perkumpulan acara wajib tahunan di aula kampus dan di lapangan. Itupun mataku mesti mencari-cari dan memandang dari kejauhan, walaupun beribu siswa dan siswi yang ikut kumpul, diriku bisa menandainya dari kejauhan, tidak terkalahkan dengan seragam yang membuatku jadi serba semua sama.  Tidak terasa, tiga tahun di School Fullday, kini diriku di hari wisuda kelas akhir School Fullday.  Sedangkan Helwa masih duduk di kelas dua Moderen Islamic Boarding School Fullday.
Lagi-lagi dia yang terpilih maju kedepan untuk memberi kata sambutan perwakilan dari siswi. Karena selain ia bijak, ia juga cerdas dan pintar.

Dia lagi dia lagi yang di pilih.
Aku semakin mengaguminya. Diriku semakin penasaran terhadapnya, dan kagumku kali ini terasa berbeda dengan yang sebelumnya, disaat masih SD. Kagumku hari ini memberi warna-warni seperti kunang-kunang yang beterbangan, warna yang dimilikki oleh seorang remaja. Hari ini hatiku diwarnai cinta kepadanya, Helwa. Akan tetapi dia belum pernah dengar namaku dan belum mengenaliku.
Aku resmi jadi alumni School Fullday. Disana terdapat banyak kenangan yang tak terlupakan, canda tawa mereka yang kurindu. Aku merindukan kebersamaan masa lalu disaat masih duduk di bangku kelas tiga di School Fullday. Bermain bola bersama teman-teman di halaman sekolah, tinggal di asrama, belajar bersama, makan satu piring, masak mie dengan menggunakan Strika, ngaduk mei memakai gantungan baju, mumpet di kamar mandi untuk menghindari pelajaran Geografi dan banyak lagi keunikkan, kesenangan dan kenangan yang tak terlupan dan juga tak tertuliskan. Kebersamaan itupun membuahkan kenangan yang indah.

Liburan akhir tahun School Fullday untuk semua siswa dan siswi dan alumni ke 3 untuk kami yang resmi berlibur sepanjang tahun, kami yang diwisuda. Helwa tidak pulang ke Jakarta. Dia tinggal di rumah neneknya di Kucan, yang tidak terlalu jauh dari School Fullday, hanya tiga jam perjalanan dengan naik Busway. Baru saja satu hari di kampung halaman, aku langsung bertanya kepada anak kampungku yang satu kelas dengannya. Aku ingin mendapatkan nomor teleponnya. Anak kampungku yang jumlahnya ada 20 orang teman sekelasnya. Alhamdulillah aku mendapatkan nomornya di orang yang terakhir, namanya Humairoh.
Hari itu juga aku langsung meneleponya. Panggilan pertamaku, dring... dring.... dring. Dia tidak menjwab panggilanku dan, Tut.. tut.. tut.. Panggilanku terputus. Sementara diriku semakin bimbang sedikit malu-malu, semangatku patah, harapanku musnah dan tangankupun mulai basah. Basah karena keringat dinginku yang mulai keluar. Namun aku tidak menyerah dan terus berusaha, ikhtiar mendapatkan cinta, ikhtiarku mengalahkan seorang kepala rumah tangga yang mencari nafkah di tengah hutan rimba. Lalu.

Dring... dring... dring. Suara panggilanku yang ke tujuh belas kalinya, kemudian....
"Halu. Assalaamu'alaikum, dengan siapa?"
Mendengar suaranya di seberang pikiranku melayang, hatiku riang,
"Wa'alaikum salam... Ini degan akhi Rendi.”

Obrolan santai pun di mulai dengan canda tawa, rayuan, dan saling teleponan.
Hari demi hari dan minggu demi minggu. Dan minggu keduapun hampir berakhir untuk seluruh siswa dan siswi School Fullday dari berlibur.
Tiga hari sebelum School Fullday aktif untuk masuk kelas, aku mengajak Helwa untuk bertemu di rumah temanku yang akhwat. Dia juga seangkatanku, namanya Hilda. Aku menyuruh Helwa untuk datang dan tunggu di rumahnya setelah aku konfirmasi kepadanya, Hilda. Rumah Hilda tidak terlalu jauh dari rumah neneknya Helwa.

Hari itu hari jum'at, pengumuman hasil seleksi ke London Universiry akan diumumkan tepat pada pukul 09:00 WIB via Online. Sedangkan sore ini aku janji beretemu dengan Helwa. Aku harus berjumpa dengannya, aku tidak mau membuatnya kecewa, aku tidak tega melukai hati gadis secantik dan sesholehah dia, Helwa. 
Jam tepat menunjukkan pukul 09:00 WIB. Aku segera membuka websitenya. Website seleksi ke London University. Dan ternyata benar!
Pengumumanya sudah keluar berbentuk pdf. Aku baca dengan teliti dengan perasaan was-was, detak jantungku yang kencang, perasaanku yang gelisah dan rasa bertanya-tanya di dalam hati. Aku lulus nggak ya? Dan...

Alhamdulillah, namaku keluar di pengumuman kelulusan hasil seleksi ke London University.  Namaku diurutan nomor 14. Aku langsung bertakbir.  Kusalami ayah, aku sujud syukur dan aku peluk ibu sembari menangis tersedu-sedu. Menangis karena gembiranya diriku, dan ibu juga menangis bahagia. Langsung saja aku mengabari guru-guruku dan sahabatku, mengabari atas kelulusanku. Aku semakin bersemangat untuk jumpa dengan Helwa, karena hari itu aku akan mengatakan prasaanku kepadanya. Dan dia tidak mau lewat telepon, karena kalau lewat telepon dia menganggapku tidak berani dan tidak serius bahwa aku mencintainya. Gombal!! katanya tanpa ampun! Setelah selesai sholat ashar, aku bergegas pergi dengan motor Mio Soulku yang lumanyan kencang. Satu jam perjalanan, diriku tiba di depan rumahnya Hilda, ternyata Helwa sudah datang terlebih dahulu dariku lima belas menit yang lalu. Dengan malau-malu ia duduk didepanku dan Hilda meninggalkan kami. Hehehe, jangan Negative Thinking dulu...
Kami orang sekolahan, kami tau hukum, kami menghafal Al qur'an. Hanya saja, nama sekolah kami yang bukan dinamakan sebagai pesantren. Kami tidak melakukan apa-apa selain daripada ngobrol, kami hanya basa-basi, dan di akhir cerita aku nyatakan bahwa aku mencintainya, dengan mengatakan versi bahasa yang kami pelajari di Shool Full day. Kali ini dengan bahasa arab.

"UHIBBUKI FILLAH".
Dia tersenyum mengembang dan menganggukkan kepalanya. Dia menjawab dengan bahasa inggrisnya.
"I love you too!"
Hatiku berbunga-bunga, laksana bunga mawar yang baru mengembang di pagi hari. Berkali-kali aku mengucap syukur didalam hati."Alhamdulillah, semoga jodoh...” bisik batinku.

Akhirnya kini cintaku di terima setelah kian lamanya sudah terbelenggu. Dua tahun sudah lamanya cintaku bertepuk sebelah tangan, bukan bertepuk sebelah tangan sih, enaknya mengatakannya cintaku misterius dengan separuh hati sementara separuh hati satunya lagi tidak mengetahuinya dan hari itu kusatukan agar bertepuk dari sisi sebelah tangan yang satunya lagi, dan kini cintaku berbunyi. Hehehe.

Aku tahu bahwa besok adalah hari terakhir liburan untuk seluruh siswa dan siswi School Fullday. Sekolah kami yang hanya mewajibkan bagi siswinya untuk tinggal di asrma pada awal tahun saja, selebihnya, no!. Aku meyakinkan pada dirinya untuk saling percaya di antara kami.
Seminggu setelah Helwa masuk ke School Fullday, aku pun berangkat ke London dengan tiket uang  orangtuaku sendiri, karena Universitas London tidak menanggung tiket, hanya beasiswa kuliah dan tiket pulang kalau sudah sarjana. Dan....
Kini cintaku versi LDR atau Long Distance Relationship.

***

Delapan tahun kemudian...

Kuliahku sudah sudah selesai. Saatnya aku pulang ke Tanah Air dengan mebawa gelar strata S2 lulusan London University dengan predikat Istimewa (Comloude). Aku bertekad kuat pada diriku sendiri bahwa, aku tidak akan balik ke Indonesia kalalulah nilaiku tidak bagus dan belum lulus S2. Aku bertekad ingin membuat kedua orangtuaku tersenyum bahagia, masyarakat dan Indonesia tersenyum manis kepadaku. Aku ingin mengajar anak didikku nantinya dengan ilmu yang kudapat dan agar mereka puas terhadap pelajaranku. Kini delapan tahun itu terasa sangat singkat dan tidak lama. Alhamdulillah, akhirnya S2-ku rampung dan membuahkan hasil yang baik. Aku sudah rindu orangtuaku, kakak-kakakku dan adik-adikku.  Aku rindu sahabat lamaku, guru-guruku, kampung halamanku, School Fullday,  dan aku merindukan pujaan hatiku, kekasih khayalanku, Helwa.
Cintaku yang telah lama aku tanam tujuh tahun yang lalu. Aku berharap bisa memetiknya hari ini. Seperti halnya seorang petani yang menanam jambu, dan ia berhasil memanen buah jambunya yang sudah sekian lama ia tanam dan ia harapkan degan hasil panen yang memuaskan.

Baru saja malamnya diriku tiba di rumahku. Siang harinya langsung saja aku menghubungi nomor Helwa. Aku mengeluarkan handphone bututku yang delapan tahun sudah lamanya tidak di genggamanku, delapan tahun sudah lamanya aku tidak pernah lagi memakainya dan delapan tahun sudah lamanya aku belum pernah tahu kabar Helwa, hatiku bertanya-tanya, apa kabarnya? Sedang apakah dia? Dan dimanakah dia sekarang ini?. Aku segera melihat-lihat dinding-dinding kamarku, nomor Helwa yang aku tulis dengan tinta spidol delapan tahun yang lalu. Kuteliti dengan jeli dinding kamarku yang kusam, dan hanya ada sedikit sisa bayangan tinta spidol yang aku goreskan delapan tahun itu. Tingkahku yang tergesa-gesa seperti orang kehilang mutiara yang disimpan di dalam rumah, di dalam rumah itu ada  kotak baja dan kotak itu di gembok lalu ditanam dibawah tanah, rumah itu dikelilingi pagar, dan pagar itu diberi gembok, karena khawatir mutiaranya akan dicuri orang lain. Ibu jari tangan kananku menari-nari memencet tombol handphone bututku.

"085 265 237..." Namun.
"Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkauan, silakan menghubungi beberapa saat lagi!"
Aku mulai gelisah. Namun belum menyerah, kini ibu jariku kembali menekan tombol handphone bututku yang ketiga belas kalinya, tetapi.

"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, silahkan mencoba beberapa saat lagi" Hanya suara merdu telkomsel itu yang terdengar di telingaku.
Aku semakin gelisah dan gundah. Segera aku datangi anak kampungku yang pernah satu kelas dengan Helwa, yaitu Mariza. Teman satu kelasnya di waktu kelas 3 di School Fullday. Aku datangi ke rumah Mirza, bertanya kepadanya tentang Helwa.

" Mirza, anti punya nomornya Helwa tidak?"
"Gak ada Akhi, kami sudah lama tidak saling kontak"
Suaranya yang sedikit mencurigakan di telingaku, sepertinya dia menyembunyikan segudang kabar dari Helwa, namun suara lembut Mirza yang kudengar keluar dan tulus dari hatinya. Hening seketika. Aku semakin tidak tenang, mataku menoleh kearah Mirza, dan Mirza pun melanjutkan bicaranya.
" Oh ya akhi, Helwa ada titip surat ke antum,” ku ambil surat itu.
kata Helwa, nanti kalau akhi Rendy sudah balik tolong berikan kepadanya.".
Lalu aku balik ke rumah dengan sedikit berlari dan dihantui sejuta pertanyaan aku berlari seperti orang yang sedang ikut kompetisi lari estapet 100 meter, dan aku masuk kedalam kamar. Segera kubuka amplonya, disana kutemui dua lembaran kertas yang terlipat. Kubaca dengan saksama.

" Assalaamu'alaikum wr. wb.
Kepada akhi Rendi yang kutunggu. Sedih dan berlinang air mataku menuliskan surat ini. Sungguhtidak tega diri ini menggoreskan kabar buruk di atas kertas yang bersih dan suci ini, namun apalah daya, aku memang harus menuruti permintaan hati dan menarikan ibu jari. Helwa tidak ingin mengganggu masa belajar akhii Rendi yang sedang menempuh S2 di London University, namun apalah daya diri ini, Helwa sudah tidak sabar menunggu dan merasa segan berbagai banyaknya sudah lamaran yang Helwa tolak selama ini, dan Helwa menerima lamaran orang yang kesembilan, yang juga lulusan luar Negeri, yaitu lulusan Al-Azhar University.
Helwa sangat minta maaf atas ketidaksetiaan Helwa ini, kini Helwa sudah berumah tangga dan Helwa balik ke Jakarta, ikut suami.
Helwa sudah berkali-kali kontak dan sms ke nomor akhi Rendi, namun Helwa tidak menuai jawaban dan kepastian dari Akhi, Helwa sudah menagih cinta akhi Rendi saat akhi  Rendi sedang menulis Tesis di di London University, namun Helwa tidak mendapatkan jawaban.  Jangankan jawaban, kabar akhi Rendi saja Helwa tidak pernah tahu.
Sekali lagi Helwa minta maaf atas ketidak sabaran Helwa ini, semoga akhi Rendi mendapatkan wanita yang lebih cantik dan Sholehah dari Helwa ini. Dan wanita itu orang yang setia.
Wassalaam...
Hormatku
-*Wardatunnisa Helwa*-

Mataku berkaca-kaca. Hatiku pilu, dan secara tidak sadar air mataku menetes membasahi pipiku, tidak kusadari bantalku gulingku basah dengan air mata piluku.
Tubuhku bergetar, pikiranku kosong, keringat dinginku pun keluar. Aku ambil kembali handphone bututku, kukeluarkan kartu sim handphone bututku, lalu kumasukkan kartu sim yang lama. Kartu sim yang pertama kali nelpon ke nomor Helwa, kartu sim yang pernah mengukir sejarah cintaku delapan tahun yang lalu, kartu sim yang pernah membuat hatiku berbunga-bunga dan kini kartu sim itu pula yang memberitakanku kabar yang tidak ingin rasanya aku membacanya, karena kuyakin isinya hanyalah kekecewaan yang melanda. Namun kuaktifkan kembali handphone bututku, walaupun hatiku tidak ingin disakiti lagi dengan kekecewaan yang menimpa. Langsung saja kubuka di bagian inbox, karena lulusan London University, segala Elektronik milikku kuatur dengan bahasa inggris, dan kubaca.

" Assalaamu'alaikum wr. wb
Akhi Rendi apa kabar?
Akhii Helwa minta kepastian.
kapan akhii Rendi pulang ke Indonesia? Helwa tidak sanggup mendengar omongan dan gosipan dari orang lain, karena sudah empat kali Helwa menolak lamaran orang. Helwa menanyakan kepastian dari akhii Rendi. Segeralah pulang ke Indonesia, segeralah lamar dan nikahi diriku, Helwa sudah tidak sabar menunggu Wassalaam...

Jantungku berdetak kencang, jari-jariku bergetar, handphonekupun terjatuh. Karena tidak kuasa menahan pedih dan pilu sms yang kubaca di dalam handphone bututku. Kartu sim yang dulu pernah membuat hatiku berbunga-bunga dan kini kartu sim itu pula yang membuatku menangis sejadi-jadinya.
Kini cintaku yang Long distance relationship sudah lama ditagih, ditagih kepastiannya. Hiks-hiks.

"Bila tidak ada jaminan keseriusan, jangan pernah menambat janji. Sebab janjimu akan ditagih. Dan kamu yang ditinggal jauh, jangan pernah biarkan seorang pun yang menanam janji padamu, karena akhir ceritanya hanyalah dua: dilupakan dan mati harapan!"

-Tulisan dua tahun yang lalu
Direvisi hari ini, 4 February 2017.

*By:Muhammad Daud Farma

Kairo, Gamalia, 4 February 2017.

Komentar

Yang populer dari blog ini

Bulan Madu di Surga

"Bulan Madu di Surga"  -Perfect Wedding- Oleh: Muhammad Daud Farma. Namanya, Marwa, gadis manis bermata biru, beralis lebat berwarna hitam, berhidung mancung, berparas cantik jelita, pipinya padat berisi, kalau melihatnya sedang tersenyum  akan meninggalkan dua kesan: imut dan menggemaskan.  Berposter tubuh seperti pramugari, tinggi dan ahli merias diri. Pintar, pandai mengaji dan hafal kalam Ilahi. Teman-teman kampusnya menjulukinya dengan sebutan, "The Queen of Awamaalia University." Bahkan sebagian teman lelaki yang lidahnya sudah biasa merayu menamainya, "Bidadari kesiangan menantu idaman".  Dia sudah berumur delapan belas tahun. Kalau kamu pertama kali melihatnya, maka kamu akan mengucek mata tiga kali dan berkata, "Ternyata Hala Turk pandai juga memakai jilbab!" Mungkin sedikit berlebihan kalau kamu sampai berujar, "Waw! Kalah telak belasteran Jerman-Turkey!". Awal bulan Agustus lalu adalah kali pertama ia me

Inginku Mondok!

Inginku Mondok Daud Farma Aku orang  Kuta Cane, kabupaten Aceh Tenggara. Daerahku tidaklah sekecil jika aku berdiri di atas gunung yang tinggi lalu memandang ke bawah dan tampaklah hamparan rumah-rumah seakan bisa aku jengkali dengan jariku, tidak, tidak begitu! Bila saja aku mau mengelilinginya, seharian naik motor memang cukup tetapi tidak semua desanya bisa aku datangi satu-persatu. Jadi cukuplah kuakui bahwa daerahku memang luas sebenarnya walaupun dikelilingi gunung.  Aku tinggal di desa Alur langsat, kecamatan Tanoh Alas kabupaten Aceh Tenggara Kuta Cane-Aceh-Indonesia. Untuk sampai ke desaku, kamu mesti melewati jembatan tinggi yang melentang di atas sungai Alas, yang menghubungkan timur dan barat Gugung dan Ncuah menurut suku daerah yang kami pakai.  Sungai Alas adalah hadiah terindah yang Allah berikan pada daerah kami, daerah yang semboyannya: hidup di kandung adat, mati di kandung hukum, yang tak lebih tak kurang artinya bahwa Kuta Cane Aceh Tenggara adalah daerah yang kenta

Pulang Kampung (catatan panjang Anugerah Sastra VOI 2019)

Oleh: Daud Farma Bakda zuhur aku siap-siap. Aku mandi dan mengenakan pakaian. Atasan rambut sudah pangkas rapi, kemeja ungu lavendel masuk dalam celana, dan jas hitam. Bawahannya celana panjang hitam dan sepatu hitam. Setelah semuanya siap, aku periksa lagi barang-barang bawaanku dalam koper. Semuanya telah lengkap. Kemudian periksa dokumen penting. Tiket dan paspor yang juga telah masuk ke dalam tas. Temanku Dafi memesan Uber. Tidak berapa lama Uber datang. Karena tidak muat satu Uber kami pun pesan dua Uber. Dafi, aku dan dua orang dari adik-adik kami satu mobil. Adapun Ahmad berempat di Uber satunya lagi. Kurang lebih empat puluh menit kami tiba di Bandara Kedatangan Dua Internasional Kairo khusus penerbangan luar negeri. Aku bayarkan ongkos Uber 110 Pounds Mesir lalu kami turunkan koper. Kami pun foto-foto. Semuanya pada update status, juga disebar di group kami. Kebiasaan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) kalau ada yang balik kampung sudah pasti banya

NASAB NABI

نسب النبي صلى الله عليه وسلم و أسرته. لنسب النبي صلى الله عليه وسلم ثلاثة أجزاء: جزء اتفق على صحته أهل السير والأنساب، وهو إلى عدنان، وجزء اختلفوا فيه ما بين متوقف فيه، وقائل به، وهو مافوق عدنان إلى إبراهيم عليه السلام، وجزء لانشك أن فيه أمورا غير صحيحة، وهو مافوق إبراهيم إلى آدم عليهما السلام، وقد أسلفنا الإشارة إلى بعض هذا، هناك تفصيل تلك الأجزاء الثلاثة: الجزء الأول: محمدُ بنُ عبد الله بنِ عبد المطَّلب - واسمه شيبةُ - بن هاشم - واسمه عمرو - بن عبد مناف - واسمه المغيرة - بن قصيّ - واسمه زيد - بن كلاب بن مرَّةَ بن كعب بن لؤيّ بن غالب بن فِهْرٍ - وهو الملقب بقريش، وإليه تنتسب القبيلة -بن مالك بن النضر - واسمه قيس - بن كنانة بن خزيمة بن مدركة - واسمه عامر - بن إلياس بن مضر بن نزار بن مَعَدِّ بن عدنا. الجزء الثاني: ما فوق عدنان، و عدنانُ هو ابن أدّ بنِ هميسع بن سلامان بن عوص بن بوز بن قموال بن أبيّ بن عوام بن ناشد بن حزا بن بلداس بن يدلاف بن طابخ بن جاحم بن ناحش بن ماخي بن عيض بن عبقر بن عبيد بن الدعا بن حمدان بن سنبر بن يثربي بن يحزن بن يلحن بن أرعوى بن عيض بن ديشان بن عيصر بن أفناد بن

Syekhuna Sya'rawi

Syekh Muhammad Metwalli al-Sha'rawi Sejak pertama kali saya menuntut ilmu di negeri para ambiya', negeri para ulama, negeri Al-Azhar Al-Syarif, saya begitu sering mendengar nama Syekh Sya'rawi disebutkan orang-orang sekitar saya.  Baik teman-teman sesama pelajar ataupun orang Mesir di wilayah saya tinggal dan yang saya temui-berpas-pasan di jalan, di kendaraan umum, jumpa di masjid, warung-warung kecil, mall, di ibu kota, di pelosok desa, di tv, di radio, di dinding-dinding segala bangunan, di banyak tempat dan kesempatan.  Nama Syekh Sya'rawi terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terasa akrab di hati dan jiwa. Siapakah beliau sehingga begitu cintanya masyarakat Mesir kepada Syekh Sya'rawi? Nama lengkap Syekhuna: Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi.  Lahir pada tanggal 15 April 1911, di desa Dakadus (دقادوس) , Mit Ghamr (ميت غم  ) , Ad-Daqahliyah ) (الدقهلية)  , Mesir provinsi Tanta (طنطا).  Beliau merupakan ulama mujadid pada abad ke 20. Pen

Putra Aceh Tenggara Pertama Ke Mesir

Dr. H. Bukhari Husni, MA Daud Farma P ada tahun 1978 Masehi buya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tuanya. Buya adalah asli putra daerah Kuta Cane  Aceh Tenggara dan yang pertama kali belajar ke Mesir. Di masa beliau seluruh mahasiswa Aceh di Mesir hanya ada enam belas orang ketika itu. Dua di antaranya adalah; Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim, MA. Guru Besar UIN Ar-Ranniry dan Anggota MPU Aceh (Untuknya, al-Fatihah). Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA. Ketua Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, dan Ketua Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman-Banda Aceh. Buya tinggal di Gamalia, tidak jauh dari masjid Sidna Husain. Buya sempat bertalaqqi kepada Syekh Sya'rawi yang ketika itu mengajar di masjid Sidna Husain.  Sewaktu menemani beliau berkeliling sekitar Kairo, buya banyak bercerita bagaimana keadaan Kairo 43 tahun silam. Misalnya ketika kami tiba di Darrasah, beliau hampir saja tidak mengenali titik-titik yang kami lewati. Telah berubah delapan puluh persen dari segi bangunannya

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan.

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan (Resensi Novel Laila Majnun yang ditulis oleh Nizami Ganjavi) Diresensi oleh: Daud Farma.   Judul: Laila Majnun Penulis: Nizami Penerjemah: Dede Aditya Kaswar Penerbit: OASE Mata Air Makna Tebal: 256 halaman Cetakan ke: XII, Juli 2010 “Duhai Kekasihku,andai aku tidak dapat mempersembahkan jiwaku kepadamu, maka lebih baik aku membuangnya dan kehilangan  ia untuk selamanya. Aku terbakar dalam api cinta. Aku tenggelam dalam air mata kesedihan. Bahkan matahari yang menyinari dunia dapat merasakan panasnya bara hasratku. Aku adalah ngengat yang terbang menembus malam untuk mengitari nyala api lilin. Oh, lilin jiwaku, jangan siksa aku ketika aku mengelilingimu! Kau telah memikatku, kau telah merampas takdirku, akalku, juga tubuhku. “Engkau adalah penyebab kepedihanku, namun, meskipun demikian, cinta yang kurasakan padamu merupakan pelipurku, satu-satunya obat penyembuhku. Sungguh aneh, sebuah obat yang sekaligu