Kita pernah punya perasaan yang sama.
Asa dan mimpi yang sama.
Kita pernah bahagia, tawa dan canda dengan kalimat-kalimat yang terjalin dalam nuansa tempat dan waktu yang berbeda, jauh namun terasa benar-benar ada.
Kita pernah searah
Berniat menikah
Ingin berumah tangga
Ingin berkeluarga
Sakinah mawaddah warahmah hingga ke jannah-Nya
Kita pernah romantis
Saling memberi kesan yang manis
Meleburkan nestapa
Meskipun tak jarang Kau terluka oleh kata-kata
Aku terlalu kasar berkata-kata
Kita pernah benar-benar marah
Tangkai mawar merekah pun patah
Kau menangis gundah
Aku benar-benar merasa bersalah
Mungkin karenaku sering membuatmu menangis kini Kau menyerah
Tidak kuat lagi meneruskan yang terjadi sudah
Kemudian janji yang dulu
Satu tujuan itu
Harapanmu
Kau hilangkan perlahan
Kau berkata sibuk
Aku percaya
Aku berlapang dada
Menerima keputusanmu bahwa Kau tak boleh diganggu
Aku hanya menurut
Dan ikuti arusmu
Kemudian Kau berlalu bersama waktu
Hilang bahkan tak ada jejak
Suatu hari aku bertanya kabar
Kau membalas sekenanya
Aku selalu baik sangka
Bahwa Kau masih setia
Beberapa pekan kemudian
Ternyata kau telah menerima lamaran orang lain
Maafkan aku yang pernah membuatmu jatuh cinta
Orang yang pernah membuatmu setia
Orang yang pernah membuatmu setia
Namun pada akhirnya kita tak bersama
Sekali lagi, maaf, duhai Kau yang menginginkan sosok seorang Hulwa.
Darrasah, 20 November 2019.
Komentar
Posting Komentar