Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

Matruh Siwa

Matruh dan Siwa adalah dua nama tempat wisata yang berbeda. Matruh terletak di utara Mesir, sebuah deretan pantai yang langsung berhadapan dengan benua Eropa. Pantai di Matruh merupakan pantai bertaraf internasional karena keindahan tiada tara pantainya. Satu diantaranya adalah pantai Ageebah (ajaib) yang konon memiliki 7 warna, bahkan salah seorang temanku mengatakan Matruh cukup bersaing dengan pulau Suju di Korea Selatan. Siwa ada di negeri penghujung Mesir yang berbatasan langsung dengan Libya. Udah seminggu di kamar aja. Nggak ke mana-mana. Ngurung diri, menyendiri, menyepi, merenungi nasib yang telah terjadi. Temanku Kadafi kasihan kali lihat aku, dia pun ngajak aku rihlah ke Matruh Siwa. Dia berharap aku bisa move on setelah rihlah ke sana. Eh pulang dari rihlah aku malah makin idak bisa lupakan kejadian yang telah menimpaku, ternyata keindahan alam dan kesengan bersama teman-teman tidak dapat membuatku lupa masa lalu yang baru saja kualami. Tanpa pikir panjang aku pun mengiyaka

Hari Santri

Dari kelas satu sampai tiga KMI (Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyah), kami punya teman namanya: Senang, Sukaria dan Bahagia, serius nggak bercanda. Tapi mereka tidak lanjut hanya sampai kelas tiga saja kemudian mereka pindah sekolah.😅 Kemudian di kelas empat KMI ada; Satudin, Sahudin dan Saharudin. Saharudin pindah ke Darul Azhar. Mereka intensif, tidak sampai setahun mereka keluar.  Sebenarnya aku sendiri begitu tamat kelas 3 KMI ingin pindah ke Gontor, tetapi ayah dan ibukku tidak mengizinkan, katanya kejauhan. Tetapi aku tetap maksa. Hingga akhirnya kalimat Buya dapat membuatku tetap lanjut di Darul Amin. Kata Buya: "Ngapain kamu jauh-jauh ke Gontor? Gontor sendiri sudah datang ke Darul Amin." humm, well. Aku manut. Aku berusaha istiqamah hingga tamat. Jumlah kami yang sedikit hanya sisa 9 orang sejak kelas 5 KMI hingga kelas 6 tidaklah membuatku mengeluh. Aku berusaha membetahkan diri sampai wisuda khataman. Karena jumlah sedikit kami pun mudah dalam hal kekompakan.

Baca Chat-nya bagaikan baca Skripsi

photo dari google Bosan baca buku? Harusnya sih nggak bosan. Coba deh baca 'chat' kamu dengan: teman, keluarga, guru, orang lain, dan orang yang kamu sayang. Sekarang chat jugalah sebuah bacaan bagiku, dan ada dua kategori chat yang bikin aku bahagia, berulang kali aku baca. Aku tertawa, bahagia, dan ketagihan baca lagi dan lagi. Hummm, kamu pernah tidak baca chat yang bikin kamu senang? Entah itu instagram, messenger, whatsapp dll. Dan hebatnya, ada juga yang chat denganku memakai kaidah-kaidah menulis dengan baik dan benar. PUEBI-nya benar, tidak typo, titik-komanya pas. Baca chat-nya seakan sedang baca skripsi atau makalah😁😀 Aku malu juga nih pada diriku sendiri yang katanya sering nulis tetapi tidak bisa menjaga PUEBI saat chattingan. Huum. "Iya ustad. Makin cepat mikir, sampai ide tumpah-tumpah, makin berantakan juga tulisannya. I mean, kalau ngetik, cepat-cepat karena kalimatnya udah tersusun di otak, pengen cepat diketik, akhirnya typo deh. Haha.&qu

5 Tahun di Mesir

Alahamdulillah ... Pada hari ini, 16/10/2019, tepat sudah lima tahun lamanya di negeri Piramida, negeri Nabi Musa. Photo ini diambil saat shalat jama'ah di dalam imigrasi Bandara Internasional Kairo, pada 16/10/2014 silam. Kami ditihan selama 5 jam lebih karena kami tidak punya surat keterangan bahwasannya kami diterima di Universitas Al-Azhar, sehingga pihak mediator Ikatan Alumni Ar-Raudhatul Hasanah Mesir (IKRH Cabang Mesir) menelepon pihak Konsuler KBRI dan presiden PPMI Mesir Agus Susanto beserta kabinetnya, tidak lama mereka pun datang dan kami keluar dari dalam imigrasi. "Alhamdulillah." ucap kami bahagia. Bagaikan narapidana baru keluar dari dalam bui. Begitu sampai di luar, wah udah gelap. Padahal tadi pesawat kami mendarat jam lima sore, oh iya ini udah jam 10 malam. Kami pun menyempatkan photo bersama di depan bandara kedatangan satu yang ada tulisannya: Cairo International Airport. Lalu kami masuk bus dan menuju sekretariat IKRH. Sampai di sana kami disambut a

Kecil

Kecil* Kata ibuku, waktu aku kecil, aku lahir di hari sabtu pagi. Warna kulitku hitam kemerahan. Aku sama seperti anak yang lain; suka menangis dan menangis. Hanya menangislah yang aku tahu. Sedikit mengkhawatirkan ibuku, tentu membuatnya gelisah. Hingga pada suatu hari aku menangis begitu keras. Suara tangisku terdengar ke rumah tetangga. Aku ditimang, aku dielus, kepalaku disapu-sapu ibuku. Tetapi aku tetap menangis, semakin menjadi-jadi. Ibuku heran, tidak pernahnya aku menangis sedemikian kerasnya. Ia tempelkan tangannya pada keningku, tak ia rasakan badanku panas. Hampir ia melarikanku ke rumah sakit. Hingga tetangga ibuku itu, dia istri dari abang ayahku. Dia Mak Ngah-ku, katanya pada ibuku: coba periksa sarung tangannya. Dan benar sarung tangan karet yang berwarna merah yang aku kenakan telah mengikat ketat tangan bulatku yang tambun. Sarung tangan itu adalah milik abangku dulunya. Mungkin waktu kecilnya dia lebih kurus dibandingkan aku. Ibuku segera membuka sarung t

Jahat

JAHAT! Maafkan aku yang berpkepribadian ganda. Aku sendiri heran dengan diriku yang terlalu kasar padamu, terlalu kejam terhadapmu. Kata-kataku tak dapat kusaring, kedua jempol tanganku begitu mudah menari untuk mengukir dan mengirimkan kata-kata yang akhirnya membuatmu menangis tersedu-sedu sepanjang hari. Dan akhirnya setelah aku melampiaskan semua emosiku, aku lega tetapi aku menyesalinya. Aku menyesal atas ketidak hati-hatianku dalam berucap, menyesal dengan kata-kataku yang membuat hatimu tersayat. Kini kamu menangis sepanjang waktu, sebab akulah lelaki jahat yang pernah kau temui seumur hidupmu.  Dan kini semuanya terlambat, sulit bagimu memaafkanku, sebab kata-kata kasarku masih terpahat di lubuk hatimu yang dalam. Oh betapa jahat dan teganya aku? Sungguh aku pun menyesalinya. Andaikan masih ada ruang maaf di hatimu utukku, aku janji pada diriku sendiri: bila suatu saat nanti aku marah lagi, aku lebih baik diam saja, aku tidak akan berkata apa-apa. Sebab aku tidak mau

Bukan Untuk Menang Anugerah Sastra VOI

Aku telah sejak lama sekali mengikuti VOI. Sudah banyak juga tulisanku dibacakan di VOI RRI. Bukan tujuan untuk menang, bukan itu sesungguhnya! Aku pun baru tahu tiga tahun belakangan ini bahwa VOI punya acara penganugerahan sastra, jujur baru tahu. Padahal acaranya sudah dimulai sejak 2011, kurang lebih 400 cerpen sudah VOI bacakan di setiap hari Sabtunya, dan hampir dua puluh orang telah diundang ke RRI. Adalah suatu kebetulan aku menemukan informasi di group WA, kemudian aku tertarik untuk mengirim tulisanku. Kenapa? Karena aku tahu itu adalah sebuah media, wadah bagi penulis, dan aku mengambil kesempatan itu. Bagaimana tidak tertarik? Dulu saat masih SD dan waktu libur sebagai santri Darul Amin, aku senang sekali mendengarkan radio, karena memang aku tidak punya hiburan lain, handphone tidak punya. "Anak pesantren tidak boleh pegang hp," kata ayah. "walaupun saat liburan. Nanti kau kecanduan." mamak menambahkan.  Berkali-kali aku coba telepon ke radio k