Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

Universitas Al-Azhar Kairo

Tidak banyak yang mengenalkanku pada Al-Azhar. Dulu waktu kelas 3 SMP atau 3 KMI di pesantren, tidak sengaja aku diajak seorang temanku untuk nonton bareng di gedung SMK di dalam komplek pondok kami. Waktu itu aku tidak tahu bahwa film yang sedang diputar di layar tancap pada tahun 2010 itu adalah film KCB, dan aku telat datang. Kebetulan saat aku datang adalah saat Khairul Azzam berdialog di depan benteng Qitbay, lalu kemudian aku nonton sampai akhir. Aku kagum dengan bahasa arab yang mereka ucapkan saat mengobrol di beberapa tempat, terlebih saat kamar kos mereka didatangi polisi. Aku belum pernah dengar bahasa arab seperti itu. Tidak mirip dengan yang kami ucapkan sehari-hari di pesantren. Merasa kagum ada orang indonesia yang ngomong arab begitu lancar, intinya aku kagum. Di sampingku temanku berbisik; abangku kuliah di sana. "Emang itu di mana?" "Di Al-Azhar Kairo, Mesir." katanya. Sejak itulah aku tahu Al-Azhar, sejak itu pula aku ingin belajar di Al-Azhar.

Konfigurasi Kopi

Konfigurasi Kopi  Oleh: Daud Farma Murdan adalah orang yang bijak, berilmu, berakhlak dan taat beribadah. Soal ilmu agama ia adalah andalan di kampung Ahlam. Orang-orang sangat hormat sekali dengannya. Saat ia datang ke kedai kopi, ke pasar, dan jumpa di tengah jalan, semuanya mengucap; assalamualaikum pak, Murdan. Tutur katanya lembut, menyejukkan pendengarnya. Namun sayangnya dia memang jarang sekali bicara. Seratus karakter orang lain, dia cuma bicara dua puluh karakter saja. Lebih tepatnya ia adalah orang yang pendiam. Banyak orang bertanya, berkonsultasi, bertanya pendapat, meminta solusi, dan belajar padanya. Darmanto adalah ketua kampung Ahlam, sudah menjabat sebagai kepala kampung selama lima belas tahunan. Di kampung Ahlam tidak istilah pakai kepala desa, namun pemilihan ketua kampung model pemilihan kepala desa. Sistim pungut suara. Kenapa Darmanto sampai menjabat selama lima belas tahun? Adalah karena kelompok Darmanto lebih kuat, pendukung dan pencintanya lebih banyak.

Kecil

Kecil* Kata ibuku, waktu aku kecil, aku  lahir pada  hari sabtu pagi. Warna kulitku hitam kemerahan. Aku sama seperti anak yang lain, suka menangis dan menangis. Hanya menangislah yang aku tau. Sedikit mengkhawatirkan ibuku, tentu membuatnya gelisah. Hingga pada suatu hari aku menangis begitu keras. Suara tangisku terdengar ke rumah tetanga. Aku ditimang, aku dielus, disapu-sapu kepalaku. Tetapi aku tetap menangis,semakin menjadi-jadi. Ibuku heran, tidak pernahnya aku menangis sedemikian kerasnya. Ia tempelkan tangannya pada keningku, tak ia rasakan badanku panas. Hampir ia melarikanku ke dokter. Hingga tetangga ibuku itu, dia istri dari abang ayahku. Katanya: coba periksa sarung tangannya. Dan benar sarung tangan karet yang berwarna merah yang aku kenakan telah mengikat ketat tangan bulatku yang tambun. Sarung tangan itu adalah milik abangku dulunya. Mungkin waktu kecilnya dia lebih kurus dibandingkan aku. Ibuku segera membuka sarung tangan  yang aku kenakan. Aku menangis, ibuku

Menulis Dengan Perasaan

Menulis Dengan Perasaan* Apa itu menulis?  Bagiku, menulis adalah berbagi. Menulis itu menghibur diri dan juga menghibur orang lain. Menulis adalah mengabadikan, menulis adalah menciptakan cerita yang baru, dialami sendiri, orang lain atau juga mengarang cerita. Menulis itu asyik, menulis itu berdakwah, mengajak, dan menulis itu dengan perasaan. Kenapa dengan perasaan? Sebab dengan perasaan aku merasa semua yang aku tulis aku suka dan berharap orang lain pun jadi suka. Aku merasa ketika aku menggunakan perasaanku saat menulis, aku tidak pernah bosan, ketikan-demi ketikan jariku menari dengan lancar, aku senang dan tersenyum bahagia ketika sudah sampai di ujung ketikan alias ending cerita. Dengan perasaan aku lebih hati-hati menyaring kata apa yang harus aku tuliskan dan yang tidak mesti aku tuliskan? Dengan perasaan aku tidak mendustakan kebenaran dan tidak membenarkan yang dusta. Dengan perasaan aku berusaha untuk tidak menyakiti hati pembaca. Menulis itu dengan perasaan, d

Dunia Kepenulisanku

Dunia kepenulisan saya tidak hanya tertuju atau terpaku pada pengalaman pribadi, sungguh sempit bila hanya mengandalkan pengalaman pribadi saya. Kenapa? Karena pengalaman saya sangat sedikit.... sekali! Sangat sedikit! Bahkan saya keihabisan bahan dan sudah berhenti menulis jika hanya mengandalkan apa yang saya alami lalu saya tulis.  Tetapi menulis itu luas, ide-idenya dari mana saja. Bacaan, pengamatan, pendengaran, dan penglihatan. Kadang dengan membaca buku-buku ada ide dan ngin menulis. Kadang dengan melihat sekeliling, mengamati, muncul ide dan semangat menulis. Kadang sedang berpergian jauh sambilan mendengar cerita-cerita teman dan orang lain di dalam bis, kereta, mobil, taksi, ada yang ingin dituliskan. Saya itu pendengar yang setia loh, tapi kalau banyak cerita atau banyak omong saya malas juga, bawaaanya ngantuk! 😂 kadang juga dengan mendengar lagu, ada satu kata liriknya yang pas, yang ngena di hati, jadilah menulis dan sebagainya. Ah pokoknya berbagai macam lah. Atau m

Nasihat Terakhir Ibu (cerpen)

"Nasihat Terakhir Ibu" Wajah manis anak kecil berusia lima tahun itu tak kunjung kering, air matanya jatuh bagaikan air mengalir dari sumur ke dataran rendah. Ibunya sedari tadi memeluk jenazah ayahnya korban tenggelam karena angin laut yang dahsyat telah menenggelamkan perahunya yang sedang berlayar pada waktu sore.  Pesan sang suami ialah agar membesarkan putrinya yang baru berusia lima tahun itu. Membimbingnya hingga sukses. Namun, karena paras Siti yang cantik, tidak lama setelah suaminya wafat, Siti pun dinikahi oleh seorang arsitek yang cukup kaya. Siti dan putri kecilnya pindah ke kota, ikut suami barunya, meninggalkan rumah kecilnya yang tak jauh dari laut itu. Sebulan pertama, suasana rumah tangga baru Siti berjalan dengan baik-baik saja. Tapi pada bulan berikutnya Siti pun mulai merasa tidak kuat untuk meneruskan lebih jauh rumah tangga barunya.  Siti ingin kembali lagi ke rumahnya yang dulu, ingin mengurus anaknya dengan sebatang kara. Siti sudah tidak s

Jodoh Itu Saling Menemukan

Jodoh itu saling menemukan. Kamu menemukan yang kamu mau. Memilih yang kamu mau. Apabila kamu dipilih maka kamu juga harus pandai menyeleksi yang kamu terima. Bila kamu adalah pemilih, maka benar-benar dalam menentukan pilihan. Bila tak seorang pun menemukanmu, bukan berarti kamu tidak laku, mungkin ia ON THE WAY menuju menemukanmu. Kalau ia terlalu lama OTW, barang kali dia ketinggalan pesawat, kehabisan karcis bis, tiba-tiba bensin habis di tengah jalan, ban motor bocor abis nginjak paku mantan, nyemplung ke got gara-gara tidak fokus jalan, seharusnya fokus masa depan, eh ia malah teringat masa lalu yang dikecewakan. Sebagainya dan sebagainya. 😂 Bila perlu kamu juga memang harus sungguh-sungguh dalam proses menemukan jodohmu. Tidak menunggu dan menunggu. melamun, galau sepanjang waktu. Tidak begitu. Tapi cara menemukanmu jangan lah dengan cara yang murah, harus tetap menjaga nilai-nila keperibadian, mahal, tetap terpandang. Tidak asal merespon semua yang hendak melamar, tapi ja