Mengantar atau diantarkan (?)
======================
Sudah menjadi tradisi bagi kami (Masisir) setiap tahunnya ke Bandara, tujuannya?: mengantar atau jadi orang yang diantar?.
Jika salah seorang teman atau senior sudah Lisensi, maka kami beramai-ramai atau minimal tiga orang mengantarkannya ke Bandara, itu pun setelah kenduri perpisahan satu hari sebelumnya. Normalnya adalah empat tahun, dan jika kamu lancar tanpa pernah ada rintangan masuk Darul Lughoh atau tidak naik tingkat, maka tiga tahun berturut-turut kamu akan berpangkat sebagai pengantar dan menjadi orang yang diantar pada tahun berikutnya, sekali lagi; jika kamu lancar!!!. Namun, tahukah kamu kawan? Ada yang sudah enam bahkan belasan tahun, ia belum naik pangkat, hanya sebagai pengantar dari dulu sampai sekarang. Sakit bukan jika terusan tidak naik pangkat?. Sakit bukan jika terusan pura-pura senyum di depan kamera saat photo perpisahan?, sakit bukan jika ingin pulang tapi tak bisa karena malu belum tamat?. Ngomongin rindu (?), aihh, jangan ditanya!, rindu pake banget pastinya.
Begitulah kawan, nasib tak selalu membuatmu tersenyum, senyum yang indah, ada kalanya nasib itu memudarkan senyum manis yang semanis madu itu.
Karena terlalu sering dan sering yang berkepanjangan tidak naik pangkat, akhirnya terpaksa diantar juga karena di-DO dari kampus. Tapi hari ini kami mengantarkan seorang yang hebat, lancar tanpa kendala. Alhamdulillah, senyum itu tidak membohongi kamera. Alhamdulillah, 'ala nikmatillah.
Semoga kami para junior mengikuti jejak mereka yang hebat, seperti yang kami antarkan hari ini. Aminn.
(Empat bulan yang lalu. Late post).
#CairoInternationalAirport
7 Juli 2016
Komentar
Posting Komentar