Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara. Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong...
Alasan membeli dan ingin membaca buku ini sederhana sekali: "karena mendengar ceramah al-Ustadz Abdul Somad di Youtube tahun 2019."
Udah lama pingin beli tapi duitnya kepakai mulu untuk kebutuhan lain, baru tercapai hari ini, 11/07/2020. Dengan ini dua buku telah terbeli dengan alasan itu. Tahun lalu buku yang berjudul: ar-Rahiq al-Maktum, buku sejarah baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Ustadz Abdul Somad menceritakan hari-hari menjelang nabi kembali ke sisi-Nya. Banyak jama'ah yang menangis di dalam vidio itu, tak terkecuali aku yang sedang menonton. Apa yang aku dengar di vidio ceramah beliau sama persis setelah apa yang aku baca di dalam kitab ar-Rahiq al-Maktum, dari situ juga terlihat Ustadz Abdul Somad ingatan beliau kuat tentang apa yang pernah beliau baca! MasyaAllah. Btw tentang buku itu sudah pernah aku cerita di feed lalu-lalu.
"Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Bathuthah adalah seorang pengembara (traveler), petualang (adventure), dan pengamat (viewer) yang membuat catatan harian tentang negeri-negeri yang ia kunjungi dalam pengembaraannya. Catatan perjalanan yang dikenal dengan buku "Rihlah Ibnu Bathuthah" ini ditulis setelah dirinya mengunjungi berbagai belahan dunia, kemudian mengamati kebudayaan, adat istiadat, dan perilaku masyarakat di negeri-negeri yang ia kunjungi, terutama wilayah yang dipimpin oleh kesultanan Islam.
Banyak kisah menarik yang diceritakan dalam buku catatan perjalanan Ibnu Bathuthah ini, terutama cerita-cerita tentang para sultan, para syaikh, sejarah sebuah negeri, falsafah kehidupan masyarakat setempat dan lain sebagainya yang ia tulis berdasarkan pengamatan langsung dari negeri-negeri yang ia kunjungi. Dari India sampai negeri Cina, dari Afrika sampai Nusantara, Ibnu Bathuthah menceritakan perjalanannya secara apik dan mengesankan. Ia misalnya, menceritakan kunjungannya bertemu dengan Sultan Jawa (Sultan Nusantara) dari Kerajaan Samudera Pasai, Sultan Malik Az-Zhahir.
Ibnu Bathuthah sendiri menyebut hasil karyanya ini sebagai persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dalam perjalanan yang menakjubkan, yang ia tuangkan dalam sebuah catatan perjalanan. Sebagai sebuah catatan perjalanan membaca buku ini seperti mendengarkan seorang pemandu wisata (guide tour) bercerita tentang negeri-negeri yang menakjubkan dari segala sisi. Pembaca seolah diajak berkelana menyusuri negeri-negeri yang ia kunjungi, kemudian memetik hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian dalam perjalanan.
Ibnu Bathuthah berhasil merangkai sebuah catatan perjalanan sebagai karya sejarah bermutu tinggi, yang bisa dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah sebuah bangsa dan peradaban manusia.
Buku ini, sayang jika Anda lewatkan!" (cover belakang).
"Pada bulan Juni 1325, saat berusia dua puluh satu tahun, Ibnu Batutah berangkat meninggalkan kampung halamannya untuk menunaikan ibadah haji, yakni perjalanan ziarah ke Mekah, yang kala itu lazim memakan waktu enam belas bulan. Ia tidak pernah lagi melihat Maroko selama dua puluh empat tahun semenjak keberangkatannya ke Mekah." (Wikip).
Tentang buku Rihlah Ibnu Bathuthah ini, nanti aku review di blog aku, yah! Btw, sinopsis yang berserakan di blog-blog orang lain kebanyakan ngambil dari sampul belakang. Termasuk feed ini😁😅 Maka nanti akan saya review di-Blog. Belum tau kapan selesai baca ini, sebab saya masih dalam membaca bukunya Syekh Jalaluddin Rumi: Fihi Ma Fihi.
*Ketika bulan ramadhan 2021, aku baca dari isya sampai sahur. Kadang bakda sahur sampai pukul 7 pagi. Lima hari selesai kubaca buku Rihlah Ibnu Bathuthah. Tetapi belum aku review sebab tebal sekali dan lupa memberi stabilo poin-poin yang mau aku pilih.
Komentar
Posting Komentar