Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara. Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong...
Dia seorang ayah yang senang bercerita kepada anaknya bernama, Dam. Cerita-ceritanya hebat! Bahkan kelak ia pun akan melanjutkan ceritanya itu kepada kedua cucunya, Zas dan Qon. Begitulah, setiap cerita tentu yang mendengar atau yang membaca penasaran apakah cerita itu benar atau hanya fiksi belaka? Namun tiap kali Dam bertanya tentang kebenaran cerita itu, ayahnya tersinggung dan bersikukuh tetap bilang bahwa ceritanya itu nyata. Malah ia melanjutkan cerita berikutnya dan seterusnya, lebih hebat dan lebih menarik lagi!
Ayahnya bercerita tentang bahwa ayahnya adalah anak angkat Si Raja Tidur, seorang hakim hebat nan wibawa di suatu negeri, yang waktu kecilnya terkenal dengan anak yang suka tidur di kelas, kamar mandi dan semua tempat. Tentang ayahnya pernah berpetualangan dan bertemu suku Pungasa Angin, tentang ayahnya pernah ke Lembah Bukhara, tentang bahwa ayahnya dulu bertetangga dengan sang Kapten pemain bola terkenal dengan nomor punggung sepuluh, ayahnya berteman baik dengan jagoan sepek bola itu! Tentang ayahnya pernah menggali sumur selama tiga tahun hanya untum ingin tahu makna hakikat bahagia kehidupan. Bahkan tentang ibunya yang ia lihat hanya seorang ibu rumah tangga biasa, tetapi kata ayahnya bahwa ibunya adalah artis papan atas, bintang televisi di masa mudanya.
Bagaimana mungkin Dam dan kedua anaknya Zas dan Qon mempercayai semua itu? Sementara cerita-cerita itu tak dapat dibuktikan! Bahkan ketika dicari di Google dengan kata kuncinya, tak dapat ditemukan oleh Google.
Suatu kesempatan klub sang kapten itu melakukan tur ke tanah Air, ke kota Dam. Bahkan ayahnya tidak mau menemui sang kapten si nomor sepuluh. Dengan alasan bisa jadi sang kapten telah lupa padanya, padahal Dam ingin sekali bersalaman dengan sang kapten. Bahkan mereka (Dam ayah dan ibunya) ikut hadir menonton sang kapten bertanding.
Lambat laut, Dam menyimpulkan bahwa cerita-cerita ayahnya adalah dikarang-karang ayanya saja. Tidak benar adanya. Ayahnya adalah seorang pembohong! Bahkan ia pun bertengkar dengan istrinya karena melarang kedua anaknya mendengarkan cerita kakek mereka yang Dam anggap tidak benar, dia tidak ingin anaknya dibesarkan dengan cerita bual ayahnya.
Dam membuat ayahnya tersinggung dan pergi meninggalkan rumah. Bagaimana mungkin ia percaya? Melihat keadaan ayahnya yang sekarang hanya sebagai orang sederhana, sarjana hukum yang tidak diperkerjakan di Mahkamah Agung, hanya pegawai biasa saja.
Cerita yang baik kerap sekali berkesan baik. Dam pun mengakui bahwa ia terinspirasi dari cerita-cerita ayahnya mendapatkan ide yang bagus untuk disain bangunan, Dam seorang arsitek. Dam jadi juara renang karena termotivasi karena cerita ayahnya tentang sang kapten nomor sepuluh yang gigih latihan dengan bola kasti sejak kecilnya, pantang menyerah sehingga ia pun menjadi anak yang rajin latihan untuk ikut renang estapet.
Dam jadi anak yang ingin punya wawasan luas setelah mendengar cerita ayahnya tentang Lembah Bukhara, dan Dam dikenal orang sekitarnya adalah orang yang baik, ramah, mau menolong sesama, dan sebagainya. Begitu pun efek ke kedua anaknya, anaknya tidak nakal, jadi anak yang baik-meskipun begitu, di sisi hatinya yang lain ia tetap menganggap ayahnya pembual.
Pernah ia tercengang keheranan bahwa surat pengantar dari Akademi Gajah itu dapat membuatnya diterima di kuliah ternama di fakultas arsitektur bahkan ia tidak mendaftar dan mengikuti ujian seleksi- langsung ikut perkuliahan yang sebetulnya ia pun telah telat sebulan. Tapi kelak ketika ia pun makin tercengang ketika mendapati kedua anaknya mencari kata kunci di Google tentang Akademi Gajah, tidak ada satu artikel pun membahas tentang akademi itu! Padahal Dam sendiri tamatan dari sana. Kebalikkannya, ia pun makin tercengang dan mulai yakin ketika akhirnya ia mencari tahu tentang masa lalu ibunya.
Di sana terpampang puluhan foto ibunya di waktu muda, saat jadi bintang sinetron, artis terkenal, bahkan masih ada klip vidio sinetron ibunya. Ayahnya memamng tidak pernah cerita tentang masa lalu ibunya kecuali ketika ibunya hendak meninggal dan ia tidak mempercayainya ketika itu. Hal ini pun membuat Dam akhirnya mulai mau menerima bahwa bisa jadi semua cerita ayahnya adalah benar.
Twist-nya adalah, ketika ayahnya meninggal, kabar itu sampai ke sang kapten nomor sepuluh, dan sang kapten ikut hadir berduka cita. Kaget! Percaya tidak percaya bahwa sang kapten bilang bahwa benar ia berteman baik dengan ayahnya Dam. Bahkan sang kapten membaca semau surat yang dikirimkan olehnya dan kedua anaknya.
Tidak hanya itu, bahkan layang-layang dari Suku Penguasa pun ikut melayat ayahnya.
Endingnya, Dam menyesal karena telah menganggap ayahnya berbohong. Akhirnya, pagi itu, saat sang Kapten nomor sepuluh datang melayat, Dam tahu bahwa: Ayahnya bukan pembohong!
Endingnya bikin dada sesak dan mata mewek, euy!😭😁
Aduhai, di buku ini memang tidak ada satu bab fiqih pun Tere Liye tulis, tidak satu hadist pun, tidak satu ayat pun dia kutip, namun buku ini syarat dengan pesan moral!
Bisa jadi, setelah membaca buku ini, kamu pun makin sayang pada ayahmu. Yang lagi di rantau segera menelepon dan menanyakan kabarnya. Yang lagi di rumah, segera menyalami dan memeluknya, bilang, "Aku sayang pada ayah."
"Kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-laki tidak pernah lagi mau memeluk ayah mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluh sembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah selalu ingin memeluk anak-anaknya." Hal. 256.
Darrasah, 10 Juli 2020.
#DaudFarma
Komentar
Posting Komentar