Langsung ke konten utama

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

-Hanya Untuk Perasaan Yang Sesungguhnya-😊



Duhai perasaan! Dimanakah kau berada? Apakah kau sesulit itu hadir dan semudah itu sirna? Hal apakah yang membuatmu muncul? Apa yang mengakibatkanmu bersembunyi? Kemudian seperti apa caramu memulai dan membalut relung hati? Apakah kau sepenuhnya ada di sini? Yakin? Tidak mau beranjak lagi? Jika nanti kau tidak betah, mungkin oleh sebab satu atau dua hal yang terjadi, lantas kau pun pergi? Tidakkah kau hadir di hati yang cocok untuk kau hinggapi? Tidak sekadar singgah sebentar lalu pergi bahkan nanti tiada kabar? Lalu apakah kau kembali secara tiba-tiba mengetuk hati dan memulai lagi duhai perasaan?



Oh ya, perasaan, "Apakah kau punya saudara kembar ataupun sepupu?", jika tidak ada kenapa kau mudah berubah? Bukankah terkadang kau berada di hati orang lain bahkan mungkin dalam sekejab? Bagaimana sebetulnya dirimu duhai perasaan? Apakah kau tidak punya kategori setia? Apakah kau telah berganti nama jadi 'baper?' Lalu pantaskah jika kau mampir di setiap individu dalam waktu yang tidak lama, kemudian oleh sebab kehadiranmu dia disebut baper? Tidakkah kau telah menyakiti dirinya jika keadaannya tidak seperti itu sepenuhnya?


Perasaan, seandainya ada dua insan saling mencintai lalu keduanya tidak pernah memulai; seperti pacaran, berkirim sesuatu yang bahkan tidak pernah dimaui, tidak pernah berdua, berjarak jauh, saling menutup diri, tanpa bertanya kabar, cukup yakin pada-Nya, berdo'a dan bertawakal saja, tidak peduli sebesar apa cinta di salah satu antara mereka, dan bahkan mungkin dua-duanya tidak pernah berharap untuk bersama selamanya, mereka terlalu yakin jodoh enggak kemana dan enggak jodoh juga enggakpapa, tanpa pernah saling membawamu (baper) hadir di sisi mereka, tetapi mereka saling tahu bahwa kau telah hadir di hati mereka. Nah, "Apakah kau akan betah berada di hati kedua-duanya? Hal semacam yang mereka lakukan itukah yang kau sukai? Tidakkah kau akan pergi lagi?" Atau sebaliknya?


Keduanya saling tahu, lalu ingin menyatukan antara perasaan, namun tidak segera menghalalkan. Seperti itukah yang kau ingin duhai perasaan? Tidakkah kau tahu aturan dan larangan bahwa, 'perasaan berlebihan yang tidak wajar apalagi sampai melampaui batas bukan mahram itu sungguh tidak baik?' Sepertinya kau tidak ingin begitu deh, perasaan. Ada banyak bukti bahwa kau tidak lama berada di hati mereka-mereka itu. Bahkan kau pergi tanpa peduli siapa di antara mereka yang benar-benar tersakiti. Sungguh miris sekali!


Atau kau hadir pada mereka setelah mereka komintmen untuk bersama. Maksudku, seperti keduanya tidak pernah bertemu, bahkan tidak pernah kenal sebelumnya. Tetapi jodoh mempertemukan mereka. Nah, apakah setelah mereka bersama kau akan berada pada kedua-duanya? Selamanya? Serius semacam itu kau bisa bersemi untuk waktu yang panjang? Kau bisa setia duhai perasaan? Apakah semacam itu yang kau inginkan sebenarnya duhai perasaan? Bukankah tidak lebih indah seperti yang pertama kusebutkan tadi?


Atau seperti mereka berdua ini, nah: hanya salah satu dari mereka yang tahu. Dia suka akan tetapi belum tau satunya lagi suka atau tidak, namun dia tidak pernah mengatakan, tidak langsung berterus-terang, menahan untuk mengungkapkanmu lewat lisan. Dia lebih menjaga lidah agar namamu (perasaan) tidak terucap di sana, meskipun sebenarnya kau telah berada di hati satunya juga. Tapi mereka tidak pernah saling tahu. Mereka lebih memilih memendammu. Apakah kau serius nyaman bersama mereka yang seperti itu duhai perasaan? Kan kau tahu duhai perasaan, mereka masih lama lagi untuk komitmen menjalin hidup bersama membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah itu, tetapi apakah kau betah berada di dalam hati mereka? Tidakkah kau ingin berpindah? Apakah kau sesungguhnya setia dengan yang semacam itu? Humm.


Kabar baiknya, mereka yang lebih memilih memendammu acap sekali adalah orang-orang yang bahagia hingga akhir waktu, happy ending bersamamu duhai perasaan. Kenapa? Karena jodoh ataupun tidak jodoh, tidak masalah. Sebab mereka belum pernah memulai.
Baiklah mari kita menyimak kutipan berikut ini...


فرق كبير بين أن تحبها لأنها جميلة، وأن تكون جميلة لأنك تحبها.
"Sangat berbeda sekali; antara kau mencintainya karena ia cantik dan ia cantik karena kau mencintainya."


Perasaan, kutipan di atas bukan aku yang bilang begitu, tetapi Anis Mansour. Katanya pada mereka-mereka yang punya perasaan, di sana ada dua berbedaan. Nah setujukah kau dengan Anis Mansour duhai perasaan? Aku? Aku setuju dengan itu. Bahwa kau tidaklah boleh hadir karena sebab keindahan fisik. Justru hadirmu (perasaan) akan membuatnya lebih indah dan terhormat. Namun betapa banyak kau telah hadir di hati orang lain karena keindahan lahiriahnya saja. Tetapi betapa baiknya kau perasaan, kau segera sirna dari hati mereka, kau tidak betah lama-lama di sana. Semacam kau telah mengajarkan betapa berperasaan karena rupa itu tidaklah lama. Namun anehnya, kenapa mereka masih mengulanginya? Ah, mereka-mereka itu memang benar-benar bandel! Tetapi hal itu memang tidak bisa dipungkiri bukan? Perasaan?


Alangkah indah dan senangnya ketika kehadiranmu (perasaan) membuat keduanya begitu terhormat, terlebih jika mereka lihai merawat perasaan yang sesungguhnya. Perasaan, kau benar, perasaan yang sesungguhnya hanya akan dirasakan mereka yang saling memendam kemudian tiba-tiba menghalalkan, membawamu (perasaan) ikut serta ke pelaminan. Memendammu adalah cara terbaik menjaga dan merawat hati duhai perasaan. Semoga kau terucap dan hadir hanya pada hati-hati yang tepat.


Bahagia, senang, gembira, canda dan tawa setelah bersama. Wah betapa perasaan semacam itu yang diinginkan! Sungguh!



Memendammu (perasaan) adalah sikap yang santun, nyaman, tidak mudah baperan, tidak sakit hati jika dia akhirnya bersama yang lain sebab tidak ada yang tahu kau (perasaan) dipendamnya, namun bahagia dan senyum-senyum sendiri itu terkadang ada, tetapi hanya mereka yang memendammu (perasaan) yang tahu. Semoga kau benar-benar hadir untuk hati yang tepat duhai perasaan. Kau tahu? Hadir di hati mereka yang memendammu adalah perasaan yang sesungguhnya.

(Hehehe, aku bisa aja! Maaf lagi gabut:).

*Teman-teman udah pada nikah, udah punya anak satu malah, lah aku? Masih nge-'bahas' soal perasaan. 🤣 Ah tidak masalah, toh yang udah tua juga masih berperasaan. Wkwk.

-Daud Farma.
Darrasah: 08042020.1331




Komentar

Yang populer dari blog ini

Bulan Madu di Surga

"Bulan Madu di Surga"  -Perfect Wedding- Oleh: Muhammad Daud Farma. Namanya, Marwa, gadis manis bermata biru, beralis lebat berwarna hitam, berhidung mancung, berparas cantik jelita, pipinya padat berisi, kalau melihatnya sedang tersenyum  akan meninggalkan dua kesan: imut dan menggemaskan.  Berposter tubuh seperti pramugari, tinggi dan ahli merias diri. Pintar, pandai mengaji dan hafal kalam Ilahi. Teman-teman kampusnya menjulukinya dengan sebutan, "The Queen of Awamaalia University." Bahkan sebagian teman lelaki yang lidahnya sudah biasa merayu menamainya, "Bidadari kesiangan menantu idaman".  Dia sudah berumur delapan belas tahun. Kalau kamu pertama kali melihatnya, maka kamu akan mengucek mata tiga kali dan berkata, "Ternyata Hala Turk pandai juga memakai jilbab!" Mungkin sedikit berlebihan kalau kamu sampai berujar, "Waw! Kalah telak belasteran Jerman-Turkey!". Awal bulan Agustus lalu adalah kali pertama ia me

Inginku Mondok!

Inginku Mondok Daud Farma Aku orang  Kuta Cane, kabupaten Aceh Tenggara. Daerahku tidaklah sekecil jika aku berdiri di atas gunung yang tinggi lalu memandang ke bawah dan tampaklah hamparan rumah-rumah seakan bisa aku jengkali dengan jariku, tidak, tidak begitu! Bila saja aku mau mengelilinginya, seharian naik motor memang cukup tetapi tidak semua desanya bisa aku datangi satu-persatu. Jadi cukuplah kuakui bahwa daerahku memang luas sebenarnya walaupun dikelilingi gunung.  Aku tinggal di desa Alur langsat, kecamatan Tanoh Alas kabupaten Aceh Tenggara Kuta Cane-Aceh-Indonesia. Untuk sampai ke desaku, kamu mesti melewati jembatan tinggi yang melentang di atas sungai Alas, yang menghubungkan timur dan barat Gugung dan Ncuah menurut suku daerah yang kami pakai.  Sungai Alas adalah hadiah terindah yang Allah berikan pada daerah kami, daerah yang semboyannya: hidup di kandung adat, mati di kandung hukum, yang tak lebih tak kurang artinya bahwa Kuta Cane Aceh Tenggara adalah daerah yang kenta

Pulang Kampung (catatan panjang Anugerah Sastra VOI 2019)

Oleh: Daud Farma Bakda zuhur aku siap-siap. Aku mandi dan mengenakan pakaian. Atasan rambut sudah pangkas rapi, kemeja ungu lavendel masuk dalam celana, dan jas hitam. Bawahannya celana panjang hitam dan sepatu hitam. Setelah semuanya siap, aku periksa lagi barang-barang bawaanku dalam koper. Semuanya telah lengkap. Kemudian periksa dokumen penting. Tiket dan paspor yang juga telah masuk ke dalam tas. Temanku Dafi memesan Uber. Tidak berapa lama Uber datang. Karena tidak muat satu Uber kami pun pesan dua Uber. Dafi, aku dan dua orang dari adik-adik kami satu mobil. Adapun Ahmad berempat di Uber satunya lagi. Kurang lebih empat puluh menit kami tiba di Bandara Kedatangan Dua Internasional Kairo khusus penerbangan luar negeri. Aku bayarkan ongkos Uber 110 Pounds Mesir lalu kami turunkan koper. Kami pun foto-foto. Semuanya pada update status, juga disebar di group kami. Kebiasaan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) kalau ada yang balik kampung sudah pasti banya

NASAB NABI

نسب النبي صلى الله عليه وسلم و أسرته. لنسب النبي صلى الله عليه وسلم ثلاثة أجزاء: جزء اتفق على صحته أهل السير والأنساب، وهو إلى عدنان، وجزء اختلفوا فيه ما بين متوقف فيه، وقائل به، وهو مافوق عدنان إلى إبراهيم عليه السلام، وجزء لانشك أن فيه أمورا غير صحيحة، وهو مافوق إبراهيم إلى آدم عليهما السلام، وقد أسلفنا الإشارة إلى بعض هذا، هناك تفصيل تلك الأجزاء الثلاثة: الجزء الأول: محمدُ بنُ عبد الله بنِ عبد المطَّلب - واسمه شيبةُ - بن هاشم - واسمه عمرو - بن عبد مناف - واسمه المغيرة - بن قصيّ - واسمه زيد - بن كلاب بن مرَّةَ بن كعب بن لؤيّ بن غالب بن فِهْرٍ - وهو الملقب بقريش، وإليه تنتسب القبيلة -بن مالك بن النضر - واسمه قيس - بن كنانة بن خزيمة بن مدركة - واسمه عامر - بن إلياس بن مضر بن نزار بن مَعَدِّ بن عدنا. الجزء الثاني: ما فوق عدنان، و عدنانُ هو ابن أدّ بنِ هميسع بن سلامان بن عوص بن بوز بن قموال بن أبيّ بن عوام بن ناشد بن حزا بن بلداس بن يدلاف بن طابخ بن جاحم بن ناحش بن ماخي بن عيض بن عبقر بن عبيد بن الدعا بن حمدان بن سنبر بن يثربي بن يحزن بن يلحن بن أرعوى بن عيض بن ديشان بن عيصر بن أفناد بن

Syekhuna Sya'rawi

Syekh Muhammad Metwalli al-Sha'rawi Sejak pertama kali saya menuntut ilmu di negeri para ambiya', negeri para ulama, negeri Al-Azhar Al-Syarif, saya begitu sering mendengar nama Syekh Sya'rawi disebutkan orang-orang sekitar saya.  Baik teman-teman sesama pelajar ataupun orang Mesir di wilayah saya tinggal dan yang saya temui-berpas-pasan di jalan, di kendaraan umum, jumpa di masjid, warung-warung kecil, mall, di ibu kota, di pelosok desa, di tv, di radio, di dinding-dinding segala bangunan, di banyak tempat dan kesempatan.  Nama Syekh Sya'rawi terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terasa akrab di hati dan jiwa. Siapakah beliau sehingga begitu cintanya masyarakat Mesir kepada Syekh Sya'rawi? Nama lengkap Syekhuna: Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi.  Lahir pada tanggal 15 April 1911, di desa Dakadus (دقادوس) , Mit Ghamr (ميت غم  ) , Ad-Daqahliyah ) (الدقهلية)  , Mesir provinsi Tanta (طنطا).  Beliau merupakan ulama mujadid pada abad ke 20. Pen

Putra Aceh Tenggara Pertama Ke Mesir

Dr. H. Bukhari Husni, MA Daud Farma P ada tahun 1978 Masehi buya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tuanya. Buya adalah asli putra daerah Kuta Cane  Aceh Tenggara dan yang pertama kali belajar ke Mesir. Di masa beliau seluruh mahasiswa Aceh di Mesir hanya ada enam belas orang ketika itu. Dua di antaranya adalah; Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim, MA. Guru Besar UIN Ar-Ranniry dan Anggota MPU Aceh (Untuknya, al-Fatihah). Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA. Ketua Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, dan Ketua Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman-Banda Aceh. Buya tinggal di Gamalia, tidak jauh dari masjid Sidna Husain. Buya sempat bertalaqqi kepada Syekh Sya'rawi yang ketika itu mengajar di masjid Sidna Husain.  Sewaktu menemani beliau berkeliling sekitar Kairo, buya banyak bercerita bagaimana keadaan Kairo 43 tahun silam. Misalnya ketika kami tiba di Darrasah, beliau hampir saja tidak mengenali titik-titik yang kami lewati. Telah berubah delapan puluh persen dari segi bangunannya

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan.

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan (Resensi Novel Laila Majnun yang ditulis oleh Nizami Ganjavi) Diresensi oleh: Daud Farma.   Judul: Laila Majnun Penulis: Nizami Penerjemah: Dede Aditya Kaswar Penerbit: OASE Mata Air Makna Tebal: 256 halaman Cetakan ke: XII, Juli 2010 “Duhai Kekasihku,andai aku tidak dapat mempersembahkan jiwaku kepadamu, maka lebih baik aku membuangnya dan kehilangan  ia untuk selamanya. Aku terbakar dalam api cinta. Aku tenggelam dalam air mata kesedihan. Bahkan matahari yang menyinari dunia dapat merasakan panasnya bara hasratku. Aku adalah ngengat yang terbang menembus malam untuk mengitari nyala api lilin. Oh, lilin jiwaku, jangan siksa aku ketika aku mengelilingimu! Kau telah memikatku, kau telah merampas takdirku, akalku, juga tubuhku. “Engkau adalah penyebab kepedihanku, namun, meskipun demikian, cinta yang kurasakan padamu merupakan pelipurku, satu-satunya obat penyembuhku. Sungguh aneh, sebuah obat yang sekaligu