Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara. Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong...
Kenapa aku membeli buku ini? Karena tidak lain ialah aku telah jatuh cinta pada diksi-diksi Dee Lestari di tahun 2017, bukunya yang berjudul: Perahu Kertas, itu.
Jujur, untuk buku ini aku tidak pernah membaca review apalagi resensi orang lain terlebih dahulu, alasannya hanya sesederhana itu: karena Perahu Kertas.
Buku ini aku beli di Gramedia Gajah Mada Medan. Kemudian setelah sampai di Kairo, kuletakkan di rak bukuku karena masih ada tiga buku lainnya yang mau aku habiskan terlebih dahulu. Setelah semuanya selesai kubaca, aku ambil lagi Aroma Karsa dari rak, kubolak-balik, aku cekal badan bukunya dengan jempol dan telunjuk: "tebal juga nih!" kataku. Kemudian kucoba mulai membaca, belum sampai satu bab aku sudah bosan! Tidak membuatku semangat menyelesaikannya! Finally kuletakkan lagi. Terus sepekan kemudian kuambil lagi karena tidak ada buku bacaan lain yang berbahasa indonesia. Kubuka lagi, kubaca dari awal, sama sekali belum dapat membuatku bergairah untuk menamatkannya. Aku letakkan lagi di rak, dalam hati: "males ah! Udah tebal nggak asyik pula!" 702 halaman. (haha sok banget aku ya? Padahal belum tentu bisa nulis seperti Aroma Karsa). Lalu buku ini kuberi pinjam pada teman di belakang Al-Azhar sana. Dua bulan kemudian dia balikkan. Tidak tahu apakah dia selesai membacanya? Enggak nanya. Karena rasa jenuh, tak tahu mau ngapain lagi? Aku ambil Aroma Karsa dari rak, kubaca lagi, lalu tidak minat lagi, dan aku letakkan lagi. 😭😁
Aku coba nonton film, nonton film pun tidak ada yang baru. Lalu bingung mau ngapain? Kuraih lagi buku ini dari rak untuk kesekian kalinya, kubaca dan lagi-lagi tidak semangat. Sudah kupaksakan diriku untuk membacanya sampai habis, enggak juga. Kuletakkan lagi euy! Padahal Aroma Karsa bulan Oktober 2019 lalu aku beli, tapi baru bulan Juni mau dibaca sampai habis. Bisa Anda bayangkan betapa seringnya buku ini kuambil dan kuletakkan balik di rak!?
Terus tiba-tiba muncul perasaan tak enak di hati, "Sangatlah rugi aku jauh-jauh bawa buku ini dari Medan ke Kairo, sampai di Kairo cuma aku pajang di rak
Rugilah jika aku tunda dan membawanya lagi pulang ke kampung halaman lalu dibaca di kampung, dan sepertinya nanti di kampung tidak lagi berurusan novel, kalau pun ada tak sesering ketika di Kairo. Lalu apa gunanya dulu membeli buku ini di Medan itu?"
Akhirnya aku bergerak lambat ke arah rak bukuku, kuambil kemudian rebahan. Baca lagi dari awal, kupaksakan walaupun tidak asyik dan menarik! Alasan lainnya adalah karena ingin tahu diksi-diksi Dee Lestari seperti di Perahu Kertas.
Finally kubaca juga buku Aroma Karsa ini sampai habis! Kau tahu, Kawan? Makin jauh aku makin ketagihan! Diksi-diksi Dee Lestari benar-benar apik dan menarik! Banyak istilah pengungkapan tertentu pada diksi-diksinya yang tidak aku dapatkan di bukunya Kang Abik ataupun Andrea Hirata!
Kuberi satu contoh misalnya, "matanya berkaca-kaca" Tapi Dee Lestari tidak memakai istilah itu coba, dia menggantinya dengan, "matanya berembun" uwuu banget kan?😅
Contoh diksi-diksinya: mengkeret, dipagut rindu, alis mencureng dan beribu-ribu diksi lainnya yang bisa jadi 'jarang' bahkan 'belum' Anda temui di lembaran buku lain.
Yang mulai agak menarik di buku ini adalah Si Hidung Tikus. Perannya hebat, bisa mencium bau manusia yang tertimbun satu setengah meter, kata si hidung tikus, "Kalau mayat manusia, seperti ada bau buah-buahan. Mirip nanas. Atau apel. Tapi tergantung pembusukkannya, kalau awal-awal, lebih mirip bau rumput." Kenapa para detektif tidak mempelajari seperti keahlian Jati Wesi pemilik hidung tikus? Kan masalah bisa sedikit lebih mudah.
Terkadang kita, aku pribadi khususya, untuk membaca buku itu harus dipaksakan juga. Ada kalanya timbul pada diri seseorang Reading Slump alias mala baca. Tapi tiap orang memang beda. Seperti salah seorang yang kukenal rajin baca buku baik fiksi ataupun nonfiksi, katanya: Dia tidak begitu minat menyelesaikan bukunya Mark Manson yang berjudul: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoh Amat. Padahal aku sendiri sangat cepat membaca buku itu sampai bab akhir bukunya! Karena bukunya bagus banget menurutku, juga menurut orang-orang kebanyakan. Lalu dia bilang tidak minat?😂🙄
Bukan berarti buku itu berat, setahuku dia sudah banyak membaca buku-buku nonfiksi yang justru lebih berat dari isi buku Mark Manson. Emang bukunya Mark Manson berat ya? Enggak juga ah, biasa aja apalagi terjemahan. Mungkin memang penerjemahnya saja yang banyak memakai diksi-diksi berakhiran: "tas, tif, is, en" itu, jadi kadang mengharuskan buka KBBI dulu atau bisa jadi karena memang pembahasan Mark, juga sih. Dan ternyata dia telah membaca bahkan mereview Aroma Karsa sudah sejak lama loh. Padahal aku dan Aroma Karsa sendiri seperti yang aku bilang itu lah. Ambyar!🤣 Lagi-lagi tiap orang memang beda. Juga beda dengan Anda yang sama sekali tidak pernah tertarik pada bukunya Dee Lestari dan Mark Manson.
Btw, buku ini tetap recommended untuk Anda baca! Dee Lestari selalu bisa menggabungkan romance, sains, filosofi, petualangan, sejarah, mitologi bahkan misteri, menjadi cerita yang menarik. Benar-benar berkelas memang beliau! Dee Lestari, penulis banyak diksi!
Ngomong-ngomong, itu bukan review bukunya, ya! Review-nya masih otw.😁
Komentar
Posting Komentar