Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara. Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong...
_Entah, mana yang lebih buruk: tak tahu siapa dirimu, tapi kau merasa bahagia, atau menjadi apa yang kau inginkan, tapi merasa kesepian_
Buku ini bercerita tentang Charlie, seorang yang terlahir dengan IQ sangat rendah. Charlie Gardon namanya. Dia selalu menjadi target ejekan orang-orang di sekitarnya bahkan ibunya sendiri tidak menginginkannya. Pada akhirnya Charlie pun menjalani eksperimen operasi yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan manusia. Charlie bersedia menjalani operasi ini demi cintanya pada Miss Alice Kinnian, gurunya sendiri. Karena sudah ada bukti pada eksperimen sebelumnya yaitu pada seokor tikus yang bernama Algernon. Namun lambat laun ada tanda-tanda kemunduran pada tikus itu. Apakah hal yang sama juga berlaku pada Charlie?
Andaikan saja manusia tidak mengantuk dan butuh tidur, seharusnya aku bisa mengkhatamkan buku ini dalam 24 jam. Buku ini tidak tebal amat, hanya 353 halaman. Lebih tipis dari Aroma Karsa karya Dee Lestari yang tebalnya 702 halaman. Karena memang kalau bukunya hanya 200 atau 300 halaman, tidaklah lama aku membacanya. Bukan berarti aku mengebut membaca, bukan. Tetapi mungkin karena aku menyukai isi bukunya.
Jujur, awal membaca buku ini sebenarnya mood membacaku hampir hilang. Karena terganggu dengan ratusan typo di dalamnya. Baru ini aku membaca buku di setiap kalimatnya ada typo. Selain mengganggu, hal itu juga mempengaruhi kecepatan membacaku. Namun tetap aku lanjutkan hingga kutemukan jawaban ketika tiba di halaman 50. Ternyata itu adalah karena kebodohan Charlie. Dia belum pandai menuliskan laporannya pada Prof. Nemur. Dia bodoh, dia idiot, dan dia belum bisa membaca dan menulis dengan baik.
Begitu eksperimen operasi itu selesai, Charlie pun berubah jadi Genius. Bahkan lebih pintar dari dokter yang mengoperasi dirinya. Dan kini tulisan Charlie pun mulai membaik, typo-typo tadi pun telah tiada.
Bisa bayangkan enggak, Kawan? Gimana susuhnya penerjemah buku ini harus mengikuti ratusan typo Charlie? Tetapi mungkin sangat menguntungkan bagi editor, sebab dia tidak perlu susah payah mengedit sampai halaman 50.
Saat Charlie sudah jadi Genius, ibunya tidak mengenalinya ketika ia menemui ibunya setelah beberapa waktu lamanya. Bahkan ibunya mengira dia adalah penagih iuran listrik. Walaupun sebelumnya ia sempat sadar itu adalah Charlie. Ibunya masih ingin mengusirnya karena belum bisa menerima kenyataan bahwa anaknya abnormal, idiot. Dia belum tahu Charlie yang ada di depannya bukan lah Charlie yang dulu idiot. Tetapi kemudian ibunya sadar setelah ia mengepel lantai. Perlahan ia menatap dan menyadari bahwa di dekatnya ada Charlie Gorden, anak yang pernah ia kandung dan ia lahirkan. kemudian ia pun memeluknya, menangis tersedu-sedu. Tetapi tidak lama kemudian ia mengira Charlie adalah tamu. Btw, ibunya sudah tua renta, telah pikun. Ingatannya timbul tenggelam. Sayang sekali dia tidak bisa membanggakan anaknya setelah anaknya jadi orang genius-di depan orang-orang yang pernah memalukannya karena dia melahirkan manusia idiot di bumi ini.
***
Sayang sekali, ternyata eksperimen itu tidak permanen. Charlie senasib dengan tikus yang bernama Algernon itu. Di BAB akhir cerita ini Charlie kembali jadi bodoh, bahkan dia mulai tidak bisa lagi membaca dan menulis dengan baik. Bahkan typo-typo-nya mulai muncul lagi. Walaupun memang sebetulnya Charlie pun menyadari bahwa operasi/bedah eksperimen memang menjadikannya pintar secara ilmu pengetahuan, namun emosional pribadinya tetaplah ada, tidak pernah hilang; Charlie yang idiot masih melekat. Hal itu sering terjadi ketika ia tidak bisa mengontrol emosionalnya.
***
Ad dua kekurangan buku ini, pertama: peran Charlie saat jadi genius tidak begitu diperlihatkan oleh penulis, aku sebagai pembaca hanya tahu bahwa Cahrlie genius dan luar biasa, tidak bisa sampai kagum. Entah karen aku tidak gampang kagum atau apalah? Tetapi maaih kurang berperan menurutku. Harusnya Charlie berdebat dengan para ilmuan terkenal di dalam sebuah forum, atau mungkin aku melewatkannya? Kuharap tidak. Kedua: kenapa Alice tidak menikah dengan Charlie? Padahal mereka saling mencintai. Kenapa penulis membuat Charlie menyuruh pacarnya Alice menjauhinya untuk selamanya? Padahal Alice masih sedang sayang-sayangnya, mencintai dan menyanyangi Charlie. Ah Anda tega sekali pada saya Daniel Keyes!: menahan kedua tokohnya menggantung.😅👌Tetapi itu bukan kekurangan sebenarnya, tergantung sudut masing-masing pembaca saja. Ini sacam harapanku pada cerita ini agar happy ending, tidak mengambang dan membuatku bertanya-tanya: apakah Charlie pada akhirnya akan bersama Alie lagi atah berada di Werren? Lalu apakah kegagalan eksperimen padanya akan terjadi? Apakah dia mati juga seperti Algornen?
***
Kau tahu apa yang terus diterapkan Charlie saat tanda-tanda genius itu mulai tidak permanen? Mulai hilang darinya sedikit demi sedikit? Charlie tetap berusaha sekuat dan sesungguh yang pernah ia lakukan untuk mempertahan kegeniusannya; yaitu dengan banyak membaca dan tetap menulis. Jadi riset di dalam buku ini membuktikan bahwa dengan membaca kepintaranmu bertambah dan dengan menulis kepintaranmu melekat.
"Kecerdasan tanpa kemampuan memberi dan menerima Kasih Sayang bisa menyebabkan kerusakan mental dan moral, penyakit saraf, bahkan penyakit jiwa." Hal. 286. -Daniel Keyes. Penulis Bestseller The Minds of Billy Milligan.
Komentar
Posting Komentar