Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Unggulan

Negeri Seribu Bukit

Aku orang yang selalu penasaran tentang apa di balik tembok, di seberang sana, setelah ini ada apa aja?    Ketika aku kecil, belum SD. Dua kakak  perempuan sepupuku berjodoh dengan orang Gayo Lues.  Dua puluh dua tahun kemudian, anak bang we-ku pula berjodoh dengan penduduk Agusen-Gayo Lues.  Pertama kali aku melewati perbatsan Aceh Tenggara-Gayo Lues pada tahun 2009, tapi kata ibu ketika aku usia dua tahunan aku pernah dibawa ke Rikit Ghaib yang ketika itu menjenguk kakak sepupu melahirkan bayi pertamanya sebelum akhirnya ia pindah ke Takengon.    Tahun 2009, ketika itu aku masih kelas 2 KMI (SMP) dan 10 teman-temanku diutus sebagai perwakilan pondok (DPDA) untuk mengikuti lomba pencak silat di Lhoksukeun  dan kami membawa tiga piala, waktu itu hanya lewat saja, tidak singgah, cuma dapat melihat monunen kotanya Belang Kejeren.   Kedua pada tahun 2011 ketika saya kelas 4 KMI (1 SMK) kami diutus sebagai perwakilan dari pondok untuk ajang lomba...

Pertama Kali Botak

X Pertama Kali dibotak* (Cerita Santri) Oleh: Muhammad Daud Farma Panggil saja aku, Wan. Nama asliku Darmawan. Temanku bernama Dani, nama aslinya Murdani. Kami kelas 3 di pesantren Modern Darul Amin di Lawe Pakam Aceh Tenggara. Setelah malamnya kami berkumpul putra putri di aula, guna untuk mendengarkan wejengan dari buya dan para guru lainnya sebelum pulang kampung. Malam setelah perkumpulan usai, seluruh santri semuanya packing, kecuali yang mukim. Pun aku sudah selesai memasukkan pakaian yang akan kupakai di kampungku nantinya, pakaian sholat tak luput kumasukkan, apalagi peci. Peci adalah salah satu simbol santri. Di kampungku, kalau anak pesantren tidak pakai peci saat liburan, dianggap pesantrennya tidak benar! Ataupun mereka hanya berhusnuzhon pada pesantren tapi tidak pada santri yang tidak mau pakai peci, maka tetap dianggap santri yang bandel!  "Wan, besok rencana pulang lewat kota atau Simpang Semadam?" tanya Dani padaku sambilan ia juga packing. Dani ...

Namaku Daud

Kecil (Part 1) Oleh: Muhammad Daud Farma Kata ibuku, waktu aku kecil, aku lahir pada hari sabtu pagi. Warna kulitku hitam kemerahan. Aku sama seperti anak yang lain, suka menangis dan menangis. Hanya menangislah yang aku tau. Sedikit mengkhawatirkan ibuku, tentu membuatnya gelisah. Hingga pada suatu hari aku menangis begitu keras. Suara tangisku terdengar ke rumah tetanga. Aku ditimang, aku dielus, kepalaku disapu-sapu ibuku. Tetapi aku tetap menangis, semakin menjadi-jadi. Ibuku heran, tidak pernahnya aku menangis sedemikian kerasnya. Ia tempelkan tangannya pada keningku, tak ia rasakan badanku panas. Hampir ia melarikanku ke rumah sakit. Hingga tetangga ibuku itu, dia istri dari abang ayahku. Dia Mak Ngah-ku, katanya pada ibuku: coba periksa sarung tangannya. Dan benar sarung tangan karet yang berwarna merah yang aku kenakan telah mengikat ketat tangan bulatku yang tambun. Sarung tangan itu adalah milik abangku dulunya. Mungkin waktu kecilnya dia lebih kurus dibandingkan aku...

Ar-Rahiq Al-Makhtum

Buat kamu yang ingin nangis dan nambah wawasan, pengetahuan tentang sirah nabi sejak lahir hingga wafat, bacalah buku ini. Saya sudah baca yang versi arabnya. Saya tidak bisa menjaminmu bakal nangis juga, sebab masing-masing orang beda getaran hatinya, beda feeling. Daripada repot-repot nyari judul film yang sedih, yang bikin mewek, yuk sesekali coba dengan bacaan, mana tahu kamu nangis tersedu-sedu sampai di akhir bab: saat-saat menjelang wafatnya baginda nabi Muhammad Shallallu 'Alaihi Wasallam. Dan memang tidak ada perlunya juga kamu nangis, paling tidak bisa nambah pengetahuanmu. Jujur saya tidak ada suruhan ataupun endorse dari penerbit yang bersangkutan untuk mempromosikan buku ini, saya hanyalah merekomendasikannya untuk kamu (kalian) baca. Saya pribadi sudah banyak menamatkan buku yang berbentuk cerita, sebut sajalah novel, tapi dari dulu belum pernah nemu cerita semacam ini: yang isinya tidaklah dikarang-karang penulisnya, benar adanya isi di dalam buku ini dulu pernah ter...

Ar-Rahiq Al-Makhtum

Alhamdulillah, akhirnya kitab ini kubeli juga seharga 110 LE atau setara dengan 87 ribu rupiah (menurut kurs dollar hari ini di aplikasi Xe). Nama kitabnya Arrahiiq Al Makhtum الرحيق المختوم yang ditulis oleh: Al-'allaamah al-syekh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri. Buku ini sangatlah populer, sebab isi buku ini adalah bercerita tentang sejarah/sirah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam. Begitulah sesuatu yang ditulis karena cinta kepada yang dicintai, maka para perindu sosok yang dicintai akan mencari tahu. Karena cinta kepada sosok habiibullah, kekasih Allah. Baginda Nabi Muhammad. Begitpun aku, tidak bisa bertemu dan berkunjung berziarah ke makamnya, untaian salam dan shalawat tak luput kuucapkan pada setiap harinya saat menunuaikan shalawat lima waktu.  Tidak bisa datang ke kota Madinah Munawwarah, semoga dengan membaca kitab ini aku lebih merasa dekat dan banyak tahu tentang sosok yang mulia. Sudah lama nama kitab ini terdengar di telingaku, namun bagai angin lalu sa...