Langsung ke konten utama

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

Pemamanen

Pemamanen
Oleh : Daud Farma

Ada hal unik dengan adat Suku Alas Aceh Tenggara. Yaitu "Pemamanen" Adalah jika punya cucu laki-laki, ketika ia khitanan nantinya maka ayah kandung adalah ketua 'seserahan' dan dalam hal ini gotong royong antar keluarga satu kakek. Dan ayah kandung adalah sebagai donatur terbanyak. Jika ayah kandung telah tiada, maka kakak laki-laki kandung atau paman dari anak adik perempuannya lah yang menjadi penanggung jawab seserahan.

 Biasanya diawali dengan 'tebekhas' yang punya hajatan mengundang seluruh sanak saudara baik jauh atau pun dekat ke rumah yang anaknya akan disunat (khitan). Sekaligus  penentuan hari-H. Mau tidak mau, siap tidak siap, sebagai donatur mestilah keluar duit yang tentunya tidak sedikit, kalau sedang tidak ada maka biasanya minjam bahkan menggadaikan sebidang tanah demi suksesnya acara sunatan 'kempu'-alias cucu' kandung atau 'bekhe'-alias ponakan kandung. Lebih-lebih jika dia berpangkat, biasaya tak pelit mengeluarkan duit hingga puluhan juta perorang. 

"Kalak nde masing-masing jeme luakh lime puluh jute." ujar bibiku, dia adik ayahku. Usianya belum genap tujuh puluh tahun, keliatan awet muda.

Di satu sisi, yang punya hajatan bahagia, di satu sisi yang donatur antara bahagia dan menderita. Bahagia karena ikut menyenangkan ponakan kandung, anak dari adek atau kakak kandung. Jika berduit mungkin tidak masalah, namun bagaimana dengan yang tidak punya? Sudahlah hidup sehari-hari pas-pasan, cucu atau ponakan sudah besar pula, kalau tak mau terkesan tiba-tiba, ada baiknya menabung dari jauh hari. 

Hal ini pun berlaku pada khitanan cucu laki-laki saja, ada pun cucu perempuan tidak se-Wow hajatannya cucu laki-laki yang mesti naik kuda, kalau tak berkuda kadang yang punya hajat malu pada tetangga. Yang aku perhatikan, ada yang sudah tua renta, usia di atas enam puluh tahun. Punya dua hingga empat anak perempuan. Masing-masing umurnya tidak jauh. Nikahnya pun hanya jarak  beberapa tahun. Ketika cucu satu-persatu khitanan,

 "Aku udah beberapa kali gadaikan tanah." ujar beliau, beliau adalah mak-Ngahku.

"Emang harus seperti itu, Mak Ngah?"

"Harus."

"Bagaimana kalau, Mak Ngah tidak mau?" 

"Tidak mungkin tidak mau, dia anaknya dari anakku. Dia cucu kandungku. Kalau tidak seperti itu nanti orang berpandangan lain ke aku. Diomongin orang."

"Tapi, Mak Ngah kan sudah tua. Bekerja saja sudah tidak sekuat dulu, apa memang adat kita tak ada toleransk dalam hal ini?"

"Ya memang sudah seperti itu dari dulunya. Selagi masih hidup, masih sanggup berjalan dan bernapas, kita tidak terlepas dengan adat dan budaya kita."

Aku turut prihatin dengan kedaan Mak Ngah. Adat begitu menyusahkan orang miskin. Namun adat ini masih trtap dipandang baik sebab adanya saling tolong menolong. Mestinya yang tak mampu memang harusnya dilarang, bukan termasuk anjuran apalagi kewajiban.

 Banyak tokoh-tokoh public figur yang kurang setuju dengan adat 'Pemamanen" ini, mereka menilai lebih banyak menyusahkan daripada memudahkan. Tapi tampaknya sulit diubah, lebih-lebih kita selalu beralasan, "kan  cucuku juganya! Kan saudara kandungku juganya!?" Maka sebenarnya sedikit diuntungkan dengan yang hidup dan tinggal di komplek pesantren, tidak diharapkan datang ketika diundang, sebab mereka maklum orang-orang pondok sudah cukup sibuk dan cukup lelah mengajar dan mendidik santri, seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk datang. Kondisional saja.

Belum genap dua minggu aku di rumah setelah kepulanganku dari Mesir, aku pun diajak ayah ikut "pemamanen" ke perbatasan Aceh Tenggara-Gayo Lues, tepat di samping gerbang perbatasan. Alasan ayah mengajakku ialah saudara satu kakek dari ayah bilang ke ayah untuk mengajakku ikut datang ke acara sunatan ini agar aku kenal dengan saudara-saudara ayah yang lainnya. Tapi, ya gitu. Kalau diundang orang dan tiak pernah datang. Siap-siap saja orang lain juga tak mau datang ketika Anda punya hajatan.

 Hidup bermasyarakat itu realistis banget. Percuma punya duit banyak, bikin acara tapi yang datang tidak lebih lima puluh orang. Karena tidak mau malu, diundang pula orang-orang tak dikenal. Undang anak yatim, undang anak pesantren, undang kelompok ini dan itu, akan tetapi tetap jadi omongan orang-orang yang dulu pernah mengundangnya. Namun hal ini kembali ke pribadi masing-masing, jika tidak peduli dengan itu, tak masalah. Bikin acara sederhana saja. Tamunya seadanya saja. Anakmu tetap jadi disunat. Mungkin tahun 2045, sudah berbeda cara orang suku Alas Aceh Tenggara 'pemamanen' sebab 2045 adalah Indonesia Emas, semoga ada solusi terbaik untuk adat. Agar sama-sama enak, tidak memberatkan orang lain demi menyenangkan satu keluarga dalam satu dua hari saja. Lagi-lagi memang kembali ke keluarga masing-masing saja, kalau no problem, banyak duit pula apalah salahnya dibuatkan adat 'pemamanen' yang menjadi masalah ialah yang hidup pas-pasan juga jadi korbam adat. Kan kita ikut kasihan.

Begitu rombongan pemamanan tiba dari desa Pelarikkan, aku dan adikku Rina ikut mengarak yang disunat naik kuda. Harga sewa satu kuda mulai dari delapan ratus ribu hingga satu juta seratus ribu rupiah. Di sini lebih lima kuda.  Aku naik motor dengan beberapa motor lainnya. Di belakang kami mobil-mobil mewah berjejeran mengikuti dari belakang. 

Jarak yang ditempuh dari desa sebelah, lewat perbatasan. Sudah termasuk kabupaten Gayo Lues. Dari Gayo Lues menuju ke Aceh Tenggara. Kurang lebih empat puluh menit perjalanan di waktu sore. 

Tiba di rumah pemilim acara. Mereka turun dari kuda. Kami yang kondangan atau 'pemamanen' di acara  sunatan ini, dipersilakan masuk. Lalu antara kepala suku menyerahkan beberapa seserahan. 

Kemudian kami dihidangkan makanan yang telah disediakan. Daging kambing atau daging sapi seperti pada umumnya. Karena aku termasuk dari bagian keluarga besar yang 'pemamanen' alias kondangan, sehingga aku pun dapat, "Pahakh" yaitu hidangan raksasa di dalam talam besar untukku sendiri. Kira-kira ada belasan hidangan "Pahakh" di sini. Tentu tidak bisa dihabiskan dan memang di dalam dalam itu disediakan dua plastik kantong dengan maksud boleh dibungkus jika tidak habis. Sudah jadi lumrah dan dimaklumi.

Aku tidak mau bungkus, jadilah orang di sampingku membungkus yang belum aku makan. Isi talam ini ialah: tiga nasi dalam balutan daun pisang atau kami menyebutnya, "Nasi Kepel" cara baca pada huruf "e" seperti mengucapkan kaimat 'pegel'.  Kemudian dua butir telur, tiga piring pinggan, cuci tangan, pulut merah yang sudah dimasak atau kami meyebutnya 'Puket Megaukh' kaidah membaca huruf 'e' masih sama. Lalu satu botol aqua, satu bongkahan daging sapi atau daging kambing yang masih melekat dengan tulangnya, besar! 

Sebelum masuk ke rumah pemilik acara, tamu-tamu sudah salaman. Jadi setelah makan tidak ada salaman lagi. Cukup pamitan saja atau langsung pergi juga tidak masalah. Nanti ibu dan bapak dari anak yang dikhitan akan menyalami kepala dan saudara-saudaranya yang datang kondangan ini. 

Sebelum pulang aku salat asar dulu di mushalla dekat acara. Kemudian kamj tancap gas, naik turun melewati Taman Wisata Ketambe. Taman ini sudah terkenal di kancah Internasional. Banyak sekali bule-bule berkunjung kemari tiap tahunnya. Kata mereka di sini salah satu letak paru-paru dunia. Juga ada satu pohon bunga bangkai yang tumbuh di seberang sungai yang sudah dijaga dan dirawat sejak bertahun-tahun lamanya. 

Tiba di rumah hari sudah magrib dan gelap. Hari ini silaturahmi dengan cara, "pemamanen", mudah-mudahan suatu saat Anda semua dapat berkunjung ke daerah saya Aceh Tenggara.

Darul Amin-Babul Makmur, Selasa, 9 Januari 2024

*Pemananen di dekat perbatasan Kuta Cane - Belang Kejeren.


Darul Amin, 23 Desember 2023

*Daud Farma

Komentar

Yang populer dari blog ini

Bulan Madu di Surga

"Bulan Madu di Surga"  -Perfect Wedding- Oleh: Muhammad Daud Farma. Namanya, Marwa, gadis manis bermata biru, beralis lebat berwarna hitam, berhidung mancung, berparas cantik jelita, pipinya padat berisi, kalau melihatnya sedang tersenyum  akan meninggalkan dua kesan: imut dan menggemaskan.  Berposter tubuh seperti pramugari, tinggi dan ahli merias diri. Pintar, pandai mengaji dan hafal kalam Ilahi. Teman-teman kampusnya menjulukinya dengan sebutan, "The Queen of Awamaalia University." Bahkan sebagian teman lelaki yang lidahnya sudah biasa merayu menamainya, "Bidadari kesiangan menantu idaman".  Dia sudah berumur delapan belas tahun. Kalau kamu pertama kali melihatnya, maka kamu akan mengucek mata tiga kali dan berkata, "Ternyata Hala Turk pandai juga memakai jilbab!" Mungkin sedikit berlebihan kalau kamu sampai berujar, "Waw! Kalah telak belasteran Jerman-Turkey!". Awal bulan Agustus lalu adalah kali pertama ia me

Inginku Mondok!

Inginku Mondok Daud Farma Aku orang  Kuta Cane, kabupaten Aceh Tenggara. Daerahku tidaklah sekecil jika aku berdiri di atas gunung yang tinggi lalu memandang ke bawah dan tampaklah hamparan rumah-rumah seakan bisa aku jengkali dengan jariku, tidak, tidak begitu! Bila saja aku mau mengelilinginya, seharian naik motor memang cukup tetapi tidak semua desanya bisa aku datangi satu-persatu. Jadi cukuplah kuakui bahwa daerahku memang luas sebenarnya walaupun dikelilingi gunung.  Aku tinggal di desa Alur langsat, kecamatan Tanoh Alas kabupaten Aceh Tenggara Kuta Cane-Aceh-Indonesia. Untuk sampai ke desaku, kamu mesti melewati jembatan tinggi yang melentang di atas sungai Alas, yang menghubungkan timur dan barat Gugung dan Ncuah menurut suku daerah yang kami pakai.  Sungai Alas adalah hadiah terindah yang Allah berikan pada daerah kami, daerah yang semboyannya: hidup di kandung adat, mati di kandung hukum, yang tak lebih tak kurang artinya bahwa Kuta Cane Aceh Tenggara adalah daerah yang kenta

Pulang Kampung (catatan panjang Anugerah Sastra VOI 2019)

Oleh: Daud Farma Bakda zuhur aku siap-siap. Aku mandi dan mengenakan pakaian. Atasan rambut sudah pangkas rapi, kemeja ungu lavendel masuk dalam celana, dan jas hitam. Bawahannya celana panjang hitam dan sepatu hitam. Setelah semuanya siap, aku periksa lagi barang-barang bawaanku dalam koper. Semuanya telah lengkap. Kemudian periksa dokumen penting. Tiket dan paspor yang juga telah masuk ke dalam tas. Temanku Dafi memesan Uber. Tidak berapa lama Uber datang. Karena tidak muat satu Uber kami pun pesan dua Uber. Dafi, aku dan dua orang dari adik-adik kami satu mobil. Adapun Ahmad berempat di Uber satunya lagi. Kurang lebih empat puluh menit kami tiba di Bandara Kedatangan Dua Internasional Kairo khusus penerbangan luar negeri. Aku bayarkan ongkos Uber 110 Pounds Mesir lalu kami turunkan koper. Kami pun foto-foto. Semuanya pada update status, juga disebar di group kami. Kebiasaan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) kalau ada yang balik kampung sudah pasti banya

NASAB NABI

نسب النبي صلى الله عليه وسلم و أسرته. لنسب النبي صلى الله عليه وسلم ثلاثة أجزاء: جزء اتفق على صحته أهل السير والأنساب، وهو إلى عدنان، وجزء اختلفوا فيه ما بين متوقف فيه، وقائل به، وهو مافوق عدنان إلى إبراهيم عليه السلام، وجزء لانشك أن فيه أمورا غير صحيحة، وهو مافوق إبراهيم إلى آدم عليهما السلام، وقد أسلفنا الإشارة إلى بعض هذا، هناك تفصيل تلك الأجزاء الثلاثة: الجزء الأول: محمدُ بنُ عبد الله بنِ عبد المطَّلب - واسمه شيبةُ - بن هاشم - واسمه عمرو - بن عبد مناف - واسمه المغيرة - بن قصيّ - واسمه زيد - بن كلاب بن مرَّةَ بن كعب بن لؤيّ بن غالب بن فِهْرٍ - وهو الملقب بقريش، وإليه تنتسب القبيلة -بن مالك بن النضر - واسمه قيس - بن كنانة بن خزيمة بن مدركة - واسمه عامر - بن إلياس بن مضر بن نزار بن مَعَدِّ بن عدنا. الجزء الثاني: ما فوق عدنان، و عدنانُ هو ابن أدّ بنِ هميسع بن سلامان بن عوص بن بوز بن قموال بن أبيّ بن عوام بن ناشد بن حزا بن بلداس بن يدلاف بن طابخ بن جاحم بن ناحش بن ماخي بن عيض بن عبقر بن عبيد بن الدعا بن حمدان بن سنبر بن يثربي بن يحزن بن يلحن بن أرعوى بن عيض بن ديشان بن عيصر بن أفناد بن

Syekhuna Sya'rawi

Syekh Muhammad Metwalli al-Sha'rawi Sejak pertama kali saya menuntut ilmu di negeri para ambiya', negeri para ulama, negeri Al-Azhar Al-Syarif, saya begitu sering mendengar nama Syekh Sya'rawi disebutkan orang-orang sekitar saya.  Baik teman-teman sesama pelajar ataupun orang Mesir di wilayah saya tinggal dan yang saya temui-berpas-pasan di jalan, di kendaraan umum, jumpa di masjid, warung-warung kecil, mall, di ibu kota, di pelosok desa, di tv, di radio, di dinding-dinding segala bangunan, di banyak tempat dan kesempatan.  Nama Syekh Sya'rawi terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terasa akrab di hati dan jiwa. Siapakah beliau sehingga begitu cintanya masyarakat Mesir kepada Syekh Sya'rawi? Nama lengkap Syekhuna: Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi.  Lahir pada tanggal 15 April 1911, di desa Dakadus (دقادوس) , Mit Ghamr (ميت غم  ) , Ad-Daqahliyah ) (الدقهلية)  , Mesir provinsi Tanta (طنطا).  Beliau merupakan ulama mujadid pada abad ke 20. Pen

Putra Aceh Tenggara Pertama Ke Mesir

Dr. H. Bukhari Husni, MA Daud Farma P ada tahun 1978 Masehi buya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tuanya. Buya adalah asli putra daerah Kuta Cane  Aceh Tenggara dan yang pertama kali belajar ke Mesir. Di masa beliau seluruh mahasiswa Aceh di Mesir hanya ada enam belas orang ketika itu. Dua di antaranya adalah; Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim, MA. Guru Besar UIN Ar-Ranniry dan Anggota MPU Aceh (Untuknya, al-Fatihah). Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA. Ketua Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, dan Ketua Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman-Banda Aceh. Buya tinggal di Gamalia, tidak jauh dari masjid Sidna Husain. Buya sempat bertalaqqi kepada Syekh Sya'rawi yang ketika itu mengajar di masjid Sidna Husain.  Sewaktu menemani beliau berkeliling sekitar Kairo, buya banyak bercerita bagaimana keadaan Kairo 43 tahun silam. Misalnya ketika kami tiba di Darrasah, beliau hampir saja tidak mengenali titik-titik yang kami lewati. Telah berubah delapan puluh persen dari segi bangunannya

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan.

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan (Resensi Novel Laila Majnun yang ditulis oleh Nizami Ganjavi) Diresensi oleh: Daud Farma.   Judul: Laila Majnun Penulis: Nizami Penerjemah: Dede Aditya Kaswar Penerbit: OASE Mata Air Makna Tebal: 256 halaman Cetakan ke: XII, Juli 2010 “Duhai Kekasihku,andai aku tidak dapat mempersembahkan jiwaku kepadamu, maka lebih baik aku membuangnya dan kehilangan  ia untuk selamanya. Aku terbakar dalam api cinta. Aku tenggelam dalam air mata kesedihan. Bahkan matahari yang menyinari dunia dapat merasakan panasnya bara hasratku. Aku adalah ngengat yang terbang menembus malam untuk mengitari nyala api lilin. Oh, lilin jiwaku, jangan siksa aku ketika aku mengelilingimu! Kau telah memikatku, kau telah merampas takdirku, akalku, juga tubuhku. “Engkau adalah penyebab kepedihanku, namun, meskipun demikian, cinta yang kurasakan padamu merupakan pelipurku, satu-satunya obat penyembuhku. Sungguh aneh, sebuah obat yang sekaligu