Langsung ke konten utama

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

Assalamu 'Alaika Ya Rasulallah



Assalamu'alaika Ya Rasulallah
Oleh: Daud Farma
Allah and His angels bless the Prophet. Believers, invoke blessings and peace on him. (Al-Ahzab: 56)


Kami tiba di Madinah kurang lebih pukul 11 malam. Kami turun di depan masjid Bilal bin Rabah. Sebelum melangkah menuju masjid Nabawi, kami mengambil foto dulu di depan masjid ini. Kemudian kami berjalan tidak lebih satu kilo, sudah dekat menuju masjid Nabawi. Perasaan senang dan bahagia menghampiri, kami banyak-banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad, mengucap salam, assalamu 'alaiki ya Rasulallah, assalamu 'alaika ya nabiyyallah, assalamu 'alaika ya habiballah. Kami tidak langsung masuk ke dalam, kami belum makan. Ingin beli makan dulu. Kami keliling mencari makan di sekitar, kami membeli kebab seharga 8 Saudi Arabia Riyal (Sar). 

Kami makan di lobi hotel, lalu menuju masjid nabawi. MasyaAllah, tiang-tiangnya sedang terkembang payung-payung di atasnya, gagah perkasa, besar dan lebar sekal! Luas, sejuk, dingin, manusia tidak pula terlalu ramai seperti bulan ramadhan. Ac-Ac di dalam masjid dari pondasi tiangnya bagian bawah. Warna cat atap-atapnya yang nyambung ke tiang berwarna emas, lantainya dingin. Lagi-lagi kami bershalawat, Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad.  Aku melihat ke kubah hijau, masyaAllah di situ kediaman terakhir Rasulullah.  Ya Allah,  tidak menyangka sekali. Rasa-rasanya tidak mungkin bisa kemari, aku mengira mungkin setelah usiaku puluhan tahun dapat kemari, namun alhamdulillah, di usia yang terhitung masih muda ini dapat diberi kesempatan oleh Sang Maha Kuasa berziarah kepada kediaman terakhir kekasih-Nya, masyaAllah, alhamdulillah, laa hawla wala quwata illaa billah.

Bisa berumrah, masuk ke kota Mekkah, melakukan Thawaf dan shalat di depan Ka'bah, lalu ziarah ke Makam Rasulullah, adalah list do'a-doaku selama ini sewaktu ziarah ke makam cucu baginda Muhmmad shallallahu alaihi wasallam, di Cairo Mesir.  Tiap ziarah tak luput memanjatkan do'a agar sebelum balik ke tanah air dapat bertamu ke baitullah dan ziarah ke Madinah. Allah Maha Mendengar, Dia mengabulkan segala yang kita minta, maka berdo'alah, jangan bosan apalagi menyerah, cepat atau lambat Allah akan kabulkan, dengan cara apa pun bentuknya, selagi baik dan benar, Allah Ridhoi.

Kemarin dari Mekkah bakda ashar. Kami makan siang dulu di hotel Fajar Badi', gratis tentunya. Inilah untungnya jadi penuntut ilmu, bisa-bisanya makan gratis, tanpa nunjukin ID Card seperti jama'ah kita yang dari Indonesia. Awal-awal dulunya cukup bilang, "Mahasiswa, Mas."  Lalu ditanya, "Mesir atau Yaman?" 
"Mesir, Mas." Kemudian dipersilakan masuk. Kenyataannya tidak hanya mahasiswa Mesir dan Yaman, semua mahasiswa dari mana pun bisa masuk, kawan-kawan mahasiswa Indonesia dari Turkey juga masuk. Lalu selanjutnya tidak pernah ditanya lagi sebab sudah saling kenal antara kami dengan yang jaga di pintu masuk.
Bahkan yang mukimin pun banyak yang makan di Fajar Badi'. Sudah terkenal baik memang hotel satu ini!

Kami shalat ashar di lantai 2 masjidil Haram, Ka'bah terlihat dari sini. Selesai shalat minum air zam zam dulu. Kemudian kami beli jubah di lantai ardhiyah/dasar hotel Shafwa. Pandai-pandai nawar aja sih di sini. Setelah beli jubah, nukar dollar ke riyal, 150 dollar 550 riyal. Di online beda 15 riyal. Tidak apa lah daripada jauh lagi le tempat nukar sana, yang entah buka atau enggak (?)

Kami balik lagi ke depan Makarim. Nyetop taksi ke arah Jarwal. 20 Sar bertiga. Tiba di Jarwal kami naik ke Taksi yang sudah parkir, setelah tawar menawar yang awalnya 80 puluh jadi 70 Sar perorang. Karena ini taksi besar, isi 8 orang dan 9 sama supir, kami nunggu dulu penumpang yang lain, penuh dulu baru berangkat. Harusnya bisa gratis ke Madinah, ikut jamaah umrah. Namun waktunya tak pernah sesuai. Akhirnya kami pilih naik taksi saja, meskipun habis 70 riyal. Tak hitung-hitungan demi bisa ke Madinah. Tak pernah merasa rugi!

Ada suami istri, istrinya ingin duduk di depan, aku bilang tidak mau. Aku duluan, sengaja milih duduk depan sebab aku tidak kuat di tengah apalagi di belakang, bisa lemas, mual dan muntah. Bukan tidak ihtiram/hormat dan mengutamakannya sebagai perempuan, aku juga harus menjaga kesehatan diriku. Kalau dia tidak mau dia bisa cari taksi lain, yang kursi depannya belum diisi. Kenapa harus menyingkirkanku? Hanya karena dia perempuan? Lagipula dia punya suami, jika dia lemah ia bisa sandarkan kepala dan badannya ke bahu suaminya, aku? Cuma bisa nyandar ke jendela. Aku bilang kelemahanku bahwa kalau aku duduk di belakang, aku bisa muntah. Akhirnya dia ngalah setelah dibujuk suaminya. Semua penumpang orang Bangladesh, memang penduduk bangsa satu ini everywhere di Arab Saudi. Kami bertiga saja yang orang Indonesia. 


Kami berangkat ketika matahari terbenam. Belum jauh perjalanan, supirnya berhenti di pom bensin. Aku izin ke kamar mandi. Di pom bensin ini ada mushallah, besar sekali! Dan punya wc dan tempat wuduk untuk belasan orang. Lalu kami berangkatlah ke Madinah. Kami perjalanan malam hari. Kiri-kanan hanya lampu-lampu toko-toko dan rumah penduduk. Lalu gurun-gurun yang gelap, hanya pantulan cahaya aspal yang warna putih terlihat oleh mata.  Sepanjang jalan ke madinah, kurang lebih 500 km, kami berhenti sekali saja. Taksi ini juga masih baru, mesinnya masih sehat walafiat, ketika ada lengkungan aspal hampir tak terasa, jika jendela di tutup hampir tak terdengar suara di luar mobil, ber-Ac, lama-lama telinga seperti tak bisa dengar suara, persis seperti berada di dalam pesawat. Aku di depan bisa selonjoran juga. Memang paling nyaman itu duduk di depan.

Harusnya kami ke Madina itu tgl 29 bulan April, namun karena akad dar kami mau berakhir, akhirnya kami tunda. Padahal sudah daftar masuk Raudhah di apk Nusuk. Terpaksa kami cancel dan kami daftar lagi untuk tanggal 2 Mei. Padahal baru sebulan di Mekkah, sudah lebih empat kali pindah Daar. Dan semuanya tidak bisa diperpanjang akadnya, kami pun tidak ingin akad yang lama sebab kami ingin turun harga dulu, nunggu harga normal. 

Awal datang ke Mekkah aku tinggal di Misfallah, tidak nanjak, rata, ke Haram enteng saja, pulang pergi tidak pegel betis. Darnya bagus. Namun  harganya mahal. Sehari lebih 20 Sar, dua minggu di situ habis 300 an riyal. Lalu pindahlah ke Ajyad, langsung naik gunung, tinggal di pucuk gunung Ajyad. Tiga hari 40 sar. Airnya cuma hidup ketika subuh saja, ditampung banyak-banyak, semua tong dan ember diisi. Tidak bisa mandi, cuma wuduk saja. Kalau mau mandi mesti ke Hotel Fajar Badi'. Setelah tiga hari berakhir akad. Pindah ke bawah, agak nurun, sebelum dapat dar, numpang dulu ke dar kawan-kawan Masisir. Nanjak! Menaiki ratusan anak tangga. Sebelum sahur sebagian kami nyari dar. Alhamdulillah dapat dar dengan harga perorang 185 Sar selama 2 minggu. Turun lagi ke bawah. 

 Bakda subuh kami pindah ke sana. Kalau dari Hotel Amjad, naik lurus, nanti jumpa baqalah 'izz, gang pertama belok kanan, tidak begitu nanjak. Lantai 5. Ac-nya dingin banget! Kalau tidur mesti pakai selimut. Kasurnya 9. Masing-masing orang dapat kasur dan selimut. Setelah dua minggu di situ, akad habis. Kami nyari dar lagi, ternyata masih ada dar yang semalam 20 sar, masih mahal. Kami tidak jadi ambil. Akhirnya kawan dapat hotel, nama hotelnya Raayatu Al-Masyaa'ir, ternyata masulnya/penanggung jawab di lobi/resepsionis adalah orang Mesir, kami bilang kami juga orang Mesir, dia ketawa, kami bilang kami mahasiswa al-Azhar.  Negosisasi, dikasihlah 1400 sar untuk dua minggu. Kami 7 orang, perorang 200 sar, harusnya 214, namun ada tiga orang yang gabung ke kami, mereka yang melengkapi kekurangannya. Alhamdulillah happy ending di hotel. Lantai 2. Tiap pindah makin ke bawah, makin dekat dengan Fajar Badi', kalau tidak telat datang, tiap pagi Fajar Badi' menyediakan bubur, selain nasi dan lauk, kopi, susu, dan teh.
 
Padahal ni ya, hotel dan dar itu sama saja di dalamnya, bahkan lebih luas dar kami sebelum hotel. Mungkin kami yang pertama kali nempati dar tersebut. Kasur dan selimutnya masih baru, masih ada plastiknya. Ac-nya masih halus bet suaranya, paling rendah pun masih sangat dingin, aku bahkan demam di dar ini, tidak kuat dengan Ac, lebih sering aku di luar dar daripada di dalamnya. 

Sebelum jam 2 kami sudah antre untuk masuk Raudhah, sesuai jam yang kami pilih di apk nusuk. Setidaknya hampir satu jam kami antre. Tibalah giliran kami. MasyaAllah, perasaan hati sudah bahagia sekali! Detak jantung tak biasa, mata ingin menangis tapi air mata tidak bisa menetes, sekali lagi, aku masih tidak menyangka, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Pengasih, Dia izinkan aku berziarah ke kediaman terakhir kekasih-Nya. Shalat, do'a, aku baca segala daftar-daftar doa yang telah aku siapkan, aku list banyak-banyak. Yang tak boleh tertinggal, aku buka sedikit bocoran, yaitu doa agar dinikahkan sama fulanah, baik di Mekkah, selalu aku tak lupa sebutkan nama fulanah.  Allah panjangkan umur kedua orang tuaku, umur buya Muchlisin Desky, umur syekhul Azhar prof. Dr. Ahmad Thayib, dll, list doa yang lain bersifat rahasia.

Setiap kelompok hanya diberi waktu setengah jam. Padahal ingin berjam-jam di sini. Ingin aku baca ulang list do'a-do'aku, namun tidak sempat. Akhirnya disuruh keluar, sebelum keluar aku hidupkan kamera, aku foto sana sini, aku rekam sekeliling hingga tiba di pintu keluar. Sebahagia-bahagianya mendengar cerita yang pulang dari Haramain, lebih bahagia lagi ketika dialami sendiri. Sepuas-puasnya mata menonton vidio Haramain tersebar luas di media sosial, tak sepuas jika direkam dengan kamera gawai sendiri.

Aku berjalan tepat di pinggir makam Rasulullah, dan dua sahabat beliau: Umar RA dan Abu Bakr RA. Ingin aku sentuh dindingnya, namun tak teraih, sedikit lagi tanganku nyampe, 'askarinya tidak membolehkan. Begitu dekat ya Allah. Lagi-lagi tak henti-hentinya aku berhshalawat. Masih tidak menyangka bisa ziarah, perasaan kemarin aku masih berada di Gamaliyah. Laa hawla wala quwata illaa billah!

Satu jam setelah ziarah, adzan berkumandang. Ketika lafadz, "asshalaatu khairum minannaum'' di kata 'naum' begitu pendek, seakan penegasan, tidak dibuat panjang macam kita di Indonesia. Aku shalat fardhu pertama kali di masjid Nabawi adalah shalat subuh.

Kenapa kok Allah membeda-bedakan satu waktu ke waktu yang lain, satu tempat ke tempat yang lain?  Syariat membedakan antara yang serupa dan juga menggabungkan antara yang berbeda.

Membedakan/memisahkan antara yang serupa seperti antara waktu dan tempat. Keutamaan lailatul qadar, bulan-bulan haram dan sebagainya, umrah di bulan ramadhan dan di luar ramadhan. Begitupun tempat, seperti keutamaan Masjidil  Haram dan Masjid Nabawi. Tentu berbeda dengan masjid-masjid lainnya, meskipun sama-sama masjid. 

Sedangkan menggabungkan antara dua hal yang berbeda, seperti air dan tanah-yang keddua-duanya dapat digunakan untuk bersuci.

أن الشارع فرق بين المتماثلات، جمع بين المختلفات، ؤأثبت أحكاما لا مجال العقل فيها.

Yang menggabungkan dan yang memisahkan itu hak Allah saja, akal kita tak punya hak memikiraknnya.


Kenapa kamu ingin sekali ke kota Madinah? Ingin bertemu Rasulullah? Rasulullah telah lama tiada. Hingga-hingga ketika itu Bilal tak sanggup berada di Madinah setelah Rasulullah kembali ke haribaan Allah. Bagaimana mungkin ia sanggup berada di Madinah, setelah ia mengumandangkan adzan, lalu iqamat,  keluar sosok yang mulia dari kamar itu. Bilal sering mengetuk pintu kamar Rasulullah. Namun Rasulullah telah tiada, Bilal tak kuat menahan sedih. Ia tingggalkan kota Madinah, ia pergi ke Syam. Hingga lama kemudian dikirim utusan untuk memanggil Bilal kembali ke kota Madinah, Bilal tak nak balik. Akhirnya cucu Nabi yang datang, Bilal tak kuasa menolak. Tiba di Madinah Bilal mengumandangkan adzan setelah kian lama tak ia kumandangkan. Orang-orang kemudian terkaget mendengar suara adzan Bilal. Suara Bilal biasanya mereka dengar ketika Rasulullah masih hidup. Orang-orang mengira Rasulullah hidup kembali, mereka ramai berdatangan ke masjid. Mereka tidak mendapati Rasulullah, mereka hanya bertemu dengan shabat nabi, cucu nabi, Bilal dan yang lainnya.


Kenapa kamu ingin ziarah? Karena mengenal Rasulullah? Sejak kecil, begitu lahir, diadzankan di dalam adzan disebut Rasulullah, ngaji di kampung, diajarkan shalat, di dalam shalat menyebut Rasulullah, lalu di Darul Amin hingga belajar ke Mesir, betapa orang Mesir sangat mencintai Rasulullah dan ahlul bait. Tak hanya lewat lisan orang Mesir, segala bangunan dan kendaran mengajak dan menyeru saya untuk bershalawat. 

Seberapa tahu akhlak Rasulullah? Seberapa jauh kamu mengamalkan sunnahnya? Tahu dari masyayikh sewaktu talaqqi atau pun vidio masyayikh yang di upload di Facebok dan Youtube, membaca sirah nabawiyah seperti ar-Rahiq al-Makhtum dan karya ulama lainnya tentang Rasulullah. Pengajian-pengajian hadist bersanad bersama masyayikh di masjid Al-Azhar, di Sahah Tijaniyah bersama Syekh Muhammad bin Yahya al-Katani al-Azhari as-Sakandari, Syekh Umar Hasyim, dan Syekh Hisyam. Tak begitu banyak, namun ingin tahu lebih jauh lagi lebih banyak lagi. Sedang senantiasa mengamalkan sunnahnya hingga akhir hayat nanti.

Kamu benaran rindu Rasulullah? Apa karena ingin mengadukan keluhan duniamu, kau sampaikan kepadanya untuk disampaikan kepada sang pencipta?  Memangnya kamu sering bershalawat dan bertawasul sebelumnya? Ya aku rindu, ingin sekali aku berziarah dari dulu, aku pernah benar-benar menangis mendengar dan membaca sirahnya. Tak tahu apakah itu sudah termasuk  benar-benar rindu atau belum, pokoknya aku ingin sekali berziarah. Ya aku juga ingin bertawasul padanya urusan duniawiku, tentu juga keinginan akhiratku agar diberinya syafaat. Cukup sering aku bertawasul kepada Rasulullah, tiap kali do'a udah pasti lah itu. Lumayan sering aku bershalawat, meskipun tak sesering Syekhuna Hisyam. Beliau sering bertanya sewaktu dars: Siapa yang hari ini shalawat 1000 kali kepada Nabi? Jika ada, beliau beri uang jajan. Ada satu orang yang angkat tangan dari kaum akhwat. 


Kenapa Allah menciptakan dan memilih kekasihnya dari kalangan manusia bukan dari kalangan malaikat? Untuk menyempurnakan akhlak manusia, untuk rahmat bagi sekalian alam. Dan ia bukan manusia biasa, ia adalah musthafa, mukhtar, ma'shum. Kemuliaan nasabnya terjaga. Bahkan menurut sebagian pendapat ketika Rasulullah isra' mi'raj, Rasulullah melihat Allah, namun pendapat dari Sayidatuna Aisyah Radhiyallahu Anha, mengatakan Rasulullah tidak melihat Allah. Tak hanya kita, Allah dan para malaikat-Nya juga bershalawat kepadanya.

Bagaiman mungkin masih ada yang tak beriman kepada Allah? Tanda-tanda kebesaran-Nya masih ada hingga hari ini. Kamu ziarah, berarti kamu beriman, kamu yakin, kamu taqwa, kamu sudah melihat maqam mulia, dulu pernah hidup di muka bumi ini sosok yang rahmatan lil'alamin. Tapi  memang orang-orang kafir tidak cukup dengan bukti yang ada, perlu pakai akal, yang rasional.

Kita memang tak hidup satu masa dengannya, jaraknya dengan kita 14 abad lamanya, kita tak pernah melihatnya, namun kita beriman dan cinta padanya. Semoga kita adalah termasuk daripada makna redaksi hadist berikut ini,


كان رسول الله (صلى) جالس بين اصحابة يوما فقال: اشتقت لاحبابي. فقال اصحابه رضي الله عنهم: نحن يا رسول الله؟ , قال لا انتم اصحابي أما احبابي فأناس من أُمتي يأتون في اخر الزمان يحبونني ولم يروني.
و في بعض الرواية: آمنوا بي ولم يروني.


Pov: صلوا على النبي.


Rabu, 3 Mei 2023.

Berikut ini Foto-Foto di Masjid Nabawi dan di dalam Raudhah.

Komentar

Yang populer dari blog ini

Bulan Madu di Surga

"Bulan Madu di Surga"  -Perfect Wedding- Oleh: Muhammad Daud Farma. Namanya, Marwa, gadis manis bermata biru, beralis lebat berwarna hitam, berhidung mancung, berparas cantik jelita, pipinya padat berisi, kalau melihatnya sedang tersenyum  akan meninggalkan dua kesan: imut dan menggemaskan.  Berposter tubuh seperti pramugari, tinggi dan ahli merias diri. Pintar, pandai mengaji dan hafal kalam Ilahi. Teman-teman kampusnya menjulukinya dengan sebutan, "The Queen of Awamaalia University." Bahkan sebagian teman lelaki yang lidahnya sudah biasa merayu menamainya, "Bidadari kesiangan menantu idaman".  Dia sudah berumur delapan belas tahun. Kalau kamu pertama kali melihatnya, maka kamu akan mengucek mata tiga kali dan berkata, "Ternyata Hala Turk pandai juga memakai jilbab!" Mungkin sedikit berlebihan kalau kamu sampai berujar, "Waw! Kalah telak belasteran Jerman-Turkey!". Awal bulan Agustus lalu adalah kali pertama ia me

Inginku Mondok!

Inginku Mondok Daud Farma Aku orang  Kuta Cane, kabupaten Aceh Tenggara. Daerahku tidaklah sekecil jika aku berdiri di atas gunung yang tinggi lalu memandang ke bawah dan tampaklah hamparan rumah-rumah seakan bisa aku jengkali dengan jariku, tidak, tidak begitu! Bila saja aku mau mengelilinginya, seharian naik motor memang cukup tetapi tidak semua desanya bisa aku datangi satu-persatu. Jadi cukuplah kuakui bahwa daerahku memang luas sebenarnya walaupun dikelilingi gunung.  Aku tinggal di desa Alur langsat, kecamatan Tanoh Alas kabupaten Aceh Tenggara Kuta Cane-Aceh-Indonesia. Untuk sampai ke desaku, kamu mesti melewati jembatan tinggi yang melentang di atas sungai Alas, yang menghubungkan timur dan barat Gugung dan Ncuah menurut suku daerah yang kami pakai.  Sungai Alas adalah hadiah terindah yang Allah berikan pada daerah kami, daerah yang semboyannya: hidup di kandung adat, mati di kandung hukum, yang tak lebih tak kurang artinya bahwa Kuta Cane Aceh Tenggara adalah daerah yang kenta

Pulang Kampung (catatan panjang Anugerah Sastra VOI 2019)

Oleh: Daud Farma Bakda zuhur aku siap-siap. Aku mandi dan mengenakan pakaian. Atasan rambut sudah pangkas rapi, kemeja ungu lavendel masuk dalam celana, dan jas hitam. Bawahannya celana panjang hitam dan sepatu hitam. Setelah semuanya siap, aku periksa lagi barang-barang bawaanku dalam koper. Semuanya telah lengkap. Kemudian periksa dokumen penting. Tiket dan paspor yang juga telah masuk ke dalam tas. Temanku Dafi memesan Uber. Tidak berapa lama Uber datang. Karena tidak muat satu Uber kami pun pesan dua Uber. Dafi, aku dan dua orang dari adik-adik kami satu mobil. Adapun Ahmad berempat di Uber satunya lagi. Kurang lebih empat puluh menit kami tiba di Bandara Kedatangan Dua Internasional Kairo khusus penerbangan luar negeri. Aku bayarkan ongkos Uber 110 Pounds Mesir lalu kami turunkan koper. Kami pun foto-foto. Semuanya pada update status, juga disebar di group kami. Kebiasaan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) kalau ada yang balik kampung sudah pasti banya

NASAB NABI

نسب النبي صلى الله عليه وسلم و أسرته. لنسب النبي صلى الله عليه وسلم ثلاثة أجزاء: جزء اتفق على صحته أهل السير والأنساب، وهو إلى عدنان، وجزء اختلفوا فيه ما بين متوقف فيه، وقائل به، وهو مافوق عدنان إلى إبراهيم عليه السلام، وجزء لانشك أن فيه أمورا غير صحيحة، وهو مافوق إبراهيم إلى آدم عليهما السلام، وقد أسلفنا الإشارة إلى بعض هذا، هناك تفصيل تلك الأجزاء الثلاثة: الجزء الأول: محمدُ بنُ عبد الله بنِ عبد المطَّلب - واسمه شيبةُ - بن هاشم - واسمه عمرو - بن عبد مناف - واسمه المغيرة - بن قصيّ - واسمه زيد - بن كلاب بن مرَّةَ بن كعب بن لؤيّ بن غالب بن فِهْرٍ - وهو الملقب بقريش، وإليه تنتسب القبيلة -بن مالك بن النضر - واسمه قيس - بن كنانة بن خزيمة بن مدركة - واسمه عامر - بن إلياس بن مضر بن نزار بن مَعَدِّ بن عدنا. الجزء الثاني: ما فوق عدنان، و عدنانُ هو ابن أدّ بنِ هميسع بن سلامان بن عوص بن بوز بن قموال بن أبيّ بن عوام بن ناشد بن حزا بن بلداس بن يدلاف بن طابخ بن جاحم بن ناحش بن ماخي بن عيض بن عبقر بن عبيد بن الدعا بن حمدان بن سنبر بن يثربي بن يحزن بن يلحن بن أرعوى بن عيض بن ديشان بن عيصر بن أفناد بن

Syekhuna Sya'rawi

Syekh Muhammad Metwalli al-Sha'rawi Sejak pertama kali saya menuntut ilmu di negeri para ambiya', negeri para ulama, negeri Al-Azhar Al-Syarif, saya begitu sering mendengar nama Syekh Sya'rawi disebutkan orang-orang sekitar saya.  Baik teman-teman sesama pelajar ataupun orang Mesir di wilayah saya tinggal dan yang saya temui-berpas-pasan di jalan, di kendaraan umum, jumpa di masjid, warung-warung kecil, mall, di ibu kota, di pelosok desa, di tv, di radio, di dinding-dinding segala bangunan, di banyak tempat dan kesempatan.  Nama Syekh Sya'rawi terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terasa akrab di hati dan jiwa. Siapakah beliau sehingga begitu cintanya masyarakat Mesir kepada Syekh Sya'rawi? Nama lengkap Syekhuna: Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi.  Lahir pada tanggal 15 April 1911, di desa Dakadus (دقادوس) , Mit Ghamr (ميت غم  ) , Ad-Daqahliyah ) (الدقهلية)  , Mesir provinsi Tanta (طنطا).  Beliau merupakan ulama mujadid pada abad ke 20. Pen

Putra Aceh Tenggara Pertama Ke Mesir

Dr. H. Bukhari Husni, MA Daud Farma P ada tahun 1978 Masehi buya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tuanya. Buya adalah asli putra daerah Kuta Cane  Aceh Tenggara dan yang pertama kali belajar ke Mesir. Di masa beliau seluruh mahasiswa Aceh di Mesir hanya ada enam belas orang ketika itu. Dua di antaranya adalah; Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim, MA. Guru Besar UIN Ar-Ranniry dan Anggota MPU Aceh (Untuknya, al-Fatihah). Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA. Ketua Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, dan Ketua Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman-Banda Aceh. Buya tinggal di Gamalia, tidak jauh dari masjid Sidna Husain. Buya sempat bertalaqqi kepada Syekh Sya'rawi yang ketika itu mengajar di masjid Sidna Husain.  Sewaktu menemani beliau berkeliling sekitar Kairo, buya banyak bercerita bagaimana keadaan Kairo 43 tahun silam. Misalnya ketika kami tiba di Darrasah, beliau hampir saja tidak mengenali titik-titik yang kami lewati. Telah berubah delapan puluh persen dari segi bangunannya

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan.

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan (Resensi Novel Laila Majnun yang ditulis oleh Nizami Ganjavi) Diresensi oleh: Daud Farma.   Judul: Laila Majnun Penulis: Nizami Penerjemah: Dede Aditya Kaswar Penerbit: OASE Mata Air Makna Tebal: 256 halaman Cetakan ke: XII, Juli 2010 “Duhai Kekasihku,andai aku tidak dapat mempersembahkan jiwaku kepadamu, maka lebih baik aku membuangnya dan kehilangan  ia untuk selamanya. Aku terbakar dalam api cinta. Aku tenggelam dalam air mata kesedihan. Bahkan matahari yang menyinari dunia dapat merasakan panasnya bara hasratku. Aku adalah ngengat yang terbang menembus malam untuk mengitari nyala api lilin. Oh, lilin jiwaku, jangan siksa aku ketika aku mengelilingimu! Kau telah memikatku, kau telah merampas takdirku, akalku, juga tubuhku. “Engkau adalah penyebab kepedihanku, namun, meskipun demikian, cinta yang kurasakan padamu merupakan pelipurku, satu-satunya obat penyembuhku. Sungguh aneh, sebuah obat yang sekaligu