Jodoh Yang Bagaimana?
Oleh: Daud Farma.
Saya sebagai lelaki, inginnya sih memilih pasangan hidup saya yang belum pernah pacaran dengan siapa pun. Akulah orang pertama dan satu-satunya yang mengucapkan: have a nice dream, untuknya.
Namun tampaknya di zaman jempol yang lebih mudah bergerak di layar dibanding kertas ini, tentu saja bukanlah aku yang pertama, satu-satunya apalagi selamnya. Bisa jadi ucapaan 'have nice dream' itu datang dari arah mana saja, bukan hanya sekitarnya bahkan belahan bumi lainnya, nun jauh di peta.
Saya rasa yang belum pernah pacaran memang harusnya menikah dengan yang belum pernah punya 'ayang' juga. Tetapi andaikan pun itu tidak terjadi, ya namanya jodoh kita tidak tahu. Jodoh bisa memilih. Sebagai perempuan lebih besar perannya sebagai yang dipilih daripada memilih. Misalkan saya suka pada seorang perempuan, dia cantik sekali menurut pandangan saya, saya suka dia, saya jatuh cinta padanya, saya ingin dia jadi pedamping hidup saya. Andaikan pun dia pernah pacaran, kalau saya suka, cinta, tampaknya tak lagi mempedulikan masa lalunya. Saya memilihnya lebih dulu. Laki-laki perannya lebih dulu dibanding perempuan.
Dalam hal menerima masa lalu, perempuan lebih tulus. Tentu ini pengakuan sepihak, bukan berdasarkan survei, jadi anda tidak perlu percaya begitu saja. Saya sebagai laki-laki tidak mudah langsung menerima begitu saja, jadi saya akan hati-hati untuk jatuh cinta. Apakah hal ini akan kokoh? Wallahu 'alam. Bukankah hati gampang saja berbolak-balik-bolak-balik?
Sekarang ini zaman di mana yang punya 'ayang' bisa diintip semua penduduk bumi lewat sosial medianya bahkan yang kelihatan seperti tidak punya ayang juga sesekali terlihat di sana. Andaikan tidak di-publish di media sosial pun, tentu rahasia cinta mereka tidak hanya mereka saja yang tahu, ia akan cerita ke orang lain, teman dekat yang dipercaya memyimpan rahasia tapi akhirnya tersebar jua. Inilah dinamakan tombol share pindah mulut.
Istri yang bagaimana? Dari fisik kita bisa memilih yang begini dan begitu, dari sifat kita tidak bisa sepenuhnya tahu, dari masa lalu harus benar-benar cari tahu. Kalau tidak jadi berjodoh gara-gara ketahuan masa lalunya, padahal udah senang, udah cinta, udah sayang? Tidak masalah, perasaan sayang, suka dan jatuh cinta bisa tumbuh kapan saja kok! Setega itukah mengakhiri? Bukankah saling memaklumi? Tentu kita mengerti masa lalu bagaimana yang kita maklumi dan tidak?
Maka seharusnya, jadilah individual yang tidak tega terhadap pasanganmu kelak. Jangan tergecoh dengan perasaan, belum tentu ia jodohmu, Kawan! Mejaga diri adalah hal yang utama. Tak masalah hati ditaklukkannya, tapi jangan sampai menyentuh/disentuh manja.
Jodoh yang bagaimana? Yang pernah pacaran mungkin akan menjawab: yang bagaimana saja, asal ia setia, baik, terserah Allah, saja. Yang belum pernah pacaran: lebih memilih. Tapi ya beda orang beda tentunya. Tak baik sapurata. Kadang karena harta bisa memudarkan segalanya.
Jodoh yang bagaimana? Yang shalihah, yang pintar, yang cantik, yang manis, yang putih, yang tidak kurus dan tidak gemuk, yang mulus, dan, udah ah, tukan ketahuan terlalu memilih fisik.
Jodoh yang bagaimana? Yang ganteng, yang tajir, yang baik, yang macho, yang setia, yang tak telat shalat subuh, yang, sementara udah dulu, itu cukuplah, nanti lagi yang-yang lainnnya.
Gamaliyah-Kairo, 26/05/2022
Komentar
Posting Komentar