Langsung ke konten utama

Unggulan

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub

Menumbuhkan Minat Baca Lewat Fathul Kutub Fathul Kutub adalah salah satu program wajib yang diikuti oleh santri dan santriwati kelas 6 KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane Aceh Tenggara.  Fathul Kutub ialah kegiatan membuka kitab kuning guna membaca dan menelaah serta memperluas ilmu pengetahuan santri tentang kitab turats (kitab klasik karya ulama terdahulu). Kegiatan ini diawali dengan pembekalan oleh al-Ustadz Ahmad Paruqi Hasiholan, S.Pd., selaku direktur KMI Dayah Perbatasan Darul Amin. Selasa malam, 12 Maret 2024. Beliau menyampaikan pentingnya bahasa arab sebagai cikal bakal karena bahasa Arab adalah kunci dalam fathul kutub ini. Kemudian pada Rabu pagi, 13 Maret 2024 kegiatan Fathul Kutub dibuka oleh al-Ustadz Drs. H. Muchlisin Desky, MM., selaku Rais Aam Dayah Perbatasan Darul Amin. Beliau menyampaikan pentingnya sikap tawadhu' atau ilmu padi, semakin tua semakin berisi dan menunduk, dan juga tidak sombong, jadilah pribadi yang selalu merasa diri seperti botol kosong

SEMBILAN

⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Foto bareng setelah ujian Peraktek Jaringan LAN.


SEMBILAN⁣⁣ (adalah angka yang ditakdirkan Tuhan).
⁣⁣Oleh: Daud Farma.
⁣⁣
Dulu jumlah kami banyak! SMP lebih kurangnya 30. Bertahan 2 laki-laki  3 prempuan. SMK kelas 1 juga ada 30. Bertahan 5 laki-laki 4 perempuan. Dekat2 UN datang kawan tak terduga, setelah UN dia pun pamit dan tak pernah lagi datang ke pondok. Lama ataupun sebentar kita tetaplah berteman kawan. Namun yang bertahan sampai khataman, mereka lah paling mengesankan. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sebenarnya kalau mengikuti persis seperti nama marhalah Gontor,  nama marhalah kami adalah Dynamic. Namun karena di waktu kami kelas enam Kuliyatul Mu'allimin Al-Islamiah (KMI) guru pengabdiannya adalah marhalah Pioneer 2012, jadi wali kelas kami, al-Ustadz Muhammad Nur Murdan, S.Th.I., memberi nama marhalah kami Pioneer, yang warnanya ungu. Tetapi ketika masa pengabdian tetap satu pengabdian dengan Dynamic 2013-nya Gontor yang warnanya merah itu. Jadinya berasa senior ngabdi bareng dengan junior, padahal sama-sama tahun tamatnya Dynamic juga. Ahaha. Makanya sampai saat ini jadi fanatik pada warna merah dan ungu. Huhu.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sahabat semasa kecil dan  semasa remaja yang telah berlangsung selama tiga tahun bahkan lebih, maka mereka adalah sahabatmu selamanya. Tidak mudah melupakan mereka. Pioneer 2013 DPDA adalah sahabat semasa aku jadi santi lebih kurang enam tahun lamanya. Ada yang dari kelas satu tsanawiyah hingga tamat aliyah, (Irfandi, Nur, Ayu, Purnama dan Daud) ada yang dari kelas satu aliyah (Abdillah, Ma'in, Saleh, dan Ardiati).⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Irfandi      : Perapat Tinggi.⁣⁣⁣⁣
Daud        : Alur Langsat⁣⁣⁣⁣
Ayu           : Kaben Jahe⁣⁣⁣⁣
Nur           : Kampung Baru⁣⁣⁣⁣
Ma'in        : Lawe Malum⁣⁣⁣⁣
Saleh       : Kuta Ujung⁣⁣⁣⁣
Abdillah   : Rantau Perapat⁣⁣⁣⁣
Purnama : Kampung Baru       ⁣⁣⁣⁣
Ardiati      : Biak Muli⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Adapun Yazid dari Tanah Merah. Dia datang empat atau lima bulan sebelum Ujian Nasional. Dia istilahnya menumpang dengan kami hanya untuk bisa ikut ujian Nasional di SMK 1 Kuta Cane. Dia pindahan dari SMK 1. Karena ulahnya pula dia dikeluarkan dari sekolahnya. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Setelah selesai UN dia pun pamit dan tidak pernah datang lagi ke Darul Amin sementara kami masih ada amaliayatu tadris, ujian lisan dan ujian tulis siswa akhir KMI.⁣⁣⁣⁣
 ⁣⁣⁣⁣
 Aku pribadi belum pernah bertemu lagi dengannya. Semoga bisa bersua kembali di lain waktu nantinya. Meskipun cuma sebentar saja dia bersama kami, kenangan dengannya tidaklah pernah terlupakan. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Dia adalah gitaris. Jago sekali main guitar. Segala lagu dia tahu mengikuti alunannya dengan guitar, mudah ia menemukan kunci guitar pada lagu yang kami nyanyikan. Mulai dari lagu daerah kami lagu Alas Kuta Cane Aceh Tenggara, band nasional, eropa bahkan lagu India. Aku masih ingat kunci melodi guitar lagu India yang dia ajarkan dulu, yaitu lagu : Tuje Deka Toye Jana Sanam. Walaupun hanya itu dan lagunya Peterpan yang judulnya "Terdalam" saja yang sempat aku bisa. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Masih ingat dulu ketika kami disuruh pulang oleh Ustadz Mafruhan kalau tidak salah. Kami diberi waktu sehari berlibur untuk mengambil biaya untuk semasa Ujian Nasional nantinya. Karena kami akan menginap di hotelnya SMK 2 Badar selama satu minggu, biaya makan, tranportasi dan penginapan. Sebab kami jauh dari Lawe Pakam ke SMK Negeri Satu Kuta Cane. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Ketika disuruh pulang itu, aku dan Abdillah menginap di rumah Yazid. Malamnya kami keluar ke Kuta Cane yang tidak begitu jauh dari Tanah Merah. Kami keliling lewat Pasar Belakang (Pasbel)  bonceng tiga. Lalu mampir di toko buah-buahan kakaknya, disuruh makan. Pukul dua belas malam barulah kami balik dan tidur di rumah Yazid. Lalu paginya kami manggang ayam di Pantai Barat berenam, (Irfandi, Ma'in, Saleh, Abdillah, Yazid dan aku). ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sorenya barulah kami balik ke pondok. Tapi lupa aku entah kenapa dulu kami disuruh pulang? Seingatku sih disuruh ngambil uang UN. (nanti kita cerita lagi kalau klen ingat ya woy).⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
1. Ayu Limbong, orang Pak Pak. Kalau dibilang paling cantik di kelas sih iya, tapi cantik itu relatif kan? Mungkin di mataku dia paling cantik, tapi menurut Ibrahim Saleh, bisa jadi dia tidak apa-apanya, baginya paling cantik di dunia ini hanya ibunya saja. Selain cantik, baik, salehah, rajin, dia juga cerdas. Pernah juara umum dan sering juara satu di kelas. Begitu alumni dia pun dipinang oleh ustadz kami alumni gontor.  Sekarang dia sudah punya anak dua. Nama anak pertamanya Bilqis, sama cantik seperti ibunya. Nama anak kedunya tidak begitu terkenal seperti Bilqis yang dulunya sering nongol di sosmed bahkan group WA.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Di kelas dia juga cerewet sikit, tapi cerewetnya kalau dia lagi marah aja. Misalnya kalau dia disuruh oleh ustadz jawab pertanyaan, lalu aku jawab duluan, pasti dia marah. Kutahu dia merepet dalam hatinya meskipun dia tak bersuara. ⁣⁣⁣⁣
"Sok pintar kau!" ucapnya.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
2. Nurhayati, campuran Jawa dan Alas. Bapaknya Jawa, mamaknya Alas. Tapi mereka tinggal dan bertetangga dengan orang Gayo. Jadinya dia tahu bahas Gayo dan tidak lancar bahasa Alas apalagi bahasa Jawa. Dia salehah, cantik, pintar, baik, rajin, dan semua yang mencerminkan perempuan salehah lah.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Suka senyum dan kalau lagi senang kali dia akan tertawa terbahak-bahak sampai kelas sebelah pun mendengar suarnya. Lihat dari wajahnya aja dia sudah ketahuan periang. Dia paling asyik di kelas, macam enggak ada beban dalam hidupnya, juga paling kecil di kelas. (Haha maaf ya Nur).⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Bisa dibilang dia itu tidak punya masalah sama siapa pun di dunia ini kecuali sama orang yang sering menanyakan pertanyaan yang sama padanya yang mana pertanyaan tersebut belum bisa ia jawab sampai sekarang,⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Kapan kau nikah, Nur?"⁣⁣⁣⁣
Panek alias kesal juga dia ditanya emak-emak kek gitu. "Kapan lah jodoh awak ni datang? Kok kek gini kali lah pertanyaan orang ni? Kok kek gini kali lah nasib awak ni? Teman awak dah punya anak, awak masih lah pula suka baper dengan quotes Taqi Malik." sahutnya dalam hati. (ahaha, becanda Nur).⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Kenapa kau bisa nge-fans dengan Taqi Malik, Nur?" tanyaku.⁣⁣⁣⁣
"Kek mana ya, dia tuh duda-duda gemes gitu." jawabnya dengan menyisipkan stiker tangis dengan mulut terbuka lebar itu.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Kami satu kelas pernah ke rumah Nur di Kampung Baru. Menjenguknya yang sedang sakit. Kelas kami sepi kalau tidak ada suara tawa Nur. Sampai di rumahnya ia benar-benar lagi sakit, badanya kurus-kering. Dia berusaha sekuat tenaganya keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu karena teman-temannya datang walau pun satu-dua patah kata saja yang ia ucapkan.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Kek mana, Nur? Udah bisa balik ke pondok hari ini?" diajak bercanda wali kelas kami yang saat itu adalah Ustadz. M. Arifin Ritonga. Kusangka dia bakal jawab dengan ia ikut sertakan tawanya. Karena biasanya di dalam kelas begitu, namun,⁣⁣⁣⁣
"Belum bisa Ustadz." sahutnya lemas, lesu, tak semangat. Nur adalah sahabat yang kalau kami jenguk ia sedang ada di rumahnya. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Beda dengan Ibrahim Saleh dan Ma'in. Kami satu kelas datang dari Lawe Pakam ke Kuta Ujung menjenguk Ibrahim Saleh. Sampai di sana kami menanyakan yang sakit. Kata orang kampungnya Ibrahim Saleh lagi bekerja di sawah bersama kedua orang tuanya. Ahaha. Kocak kali emang tengku yang satu itu.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Jadinya kami pun ke sawah dan makan siang di sawah, enak sekali! Ternyata Saleh dan ayahnya sehabis bongkar kolam yang mau ditanami padi. Lauk makan siang kami pun ikan. Jadi kangen makan di sawah. Hijau sejauh mata memandang, angin sepoi-sepoi, dan ada gubuk tempat berteduh.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Begitupun dengan Ma'in. Kami datang satu kelas dari Lawe Pakam ke desa Lawe Malum. Sampai di Lawe Malum tanya sana-kemari pada orang kampungnya di mana rumah si Ma'in? Begitu jumpa rumahnya, kami mendapati ibunya di rumah. Kami menyampaikan maksud kedatangan kami dan menanyakan keadaan teman kami Ma'in. Kata ibunya pula,⁣⁣⁣⁣
"Ma'in belum balik dari kebun." Kami satu kelas saling pandang dan senyum-senyum. Selesai jenguk kami pun tertawa. Begitu Saleh dan Ma'in balik ke pondok baru lah kami ngakak.⁣⁣⁣⁣
"Astapelazim, apalah gitu." cara Abdillah ngeledek, memakai candaan Sandy Boy.  ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
3. Purnama Padilah, salehah, cantik, baik, rajin, pintar, tidak pendiam kali, tidak pula ribut sendiri, paling bervitamin di kelas. Yang lain pada kurus dia selalu gemuk, tapi tidaklah gemuk kali pun. Dia pernah loh bercita-cita jadi pramugari. Namun langkah membawanya ke Batam. Dia berdua dengan Nurhayati. Sama-sama dari Kampung Baru. Kalau dari Lawe Pakam, kampung mereka setelah Simpang Semadam. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Purnama dan Nur kuliah di Batam, jadi ukhti-ukhti hijrah gitu lah. Pakaian mereka pun besar dan lalonggar, maksudku tidak ketat. Sesuai ajaran sunnah ala Hidayatullah. Jadi ustadzah Hidayatullah Batam dan mengabdi di Lawe Loning cabang dari Hidayatullah Batam. Purnama juga sudah menikah, sudah punya anak satu malah.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
4. Ardiati, cantik, tinggi, cocok jadi pramugari, baik, rajin, pintar, salehah dan paling pendiam di kelas.  Suaranya juga tidak begitu keras. Kalau dia perlu sesuatu yang ingin dia omongin ke orang lain, sepertinya dia harus minta bantuan ke temannya. Misalnya dia mau minjam kamus lengkap Bahasa Inggris Jhon Echols, dia mesti bilang dulu ke Purnama kemudian Purnama bilang kepada salah satu dari kami yang laki-laki. Kukira dulu ia menjaga suara karena aurat, ternyata emang begitu aslinya, bawaan lahir.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sepertinya dia paling tinggi di kelas kami. Padahal aku dan Abdillah juga sama-sama tinggi, tapi kami tidak pernah berdiri di samping Ardiati untuk membandingkan siapa yang paling tinggi di antara kami. Tidak pernah, haram, bukan mahram! Ketika ditanya ayahanda kami dulunya dia ingin lanjut kuliah, tapi belum sampai tamat kuliah pun ia sudah menikah.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Ardiati sudah punya anak satu. Tahun lalu aku di-inbox Ardiati, saling tanya kabar di messenger, lalu aku check fb-nya, ternyata dia menikah dengan anak Lawe Tungkal, tetangga kampungku Alur Langsat. Hum, jodoh emang nggak bisa ditebak.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
5. Abdillah Ahmad, ganteng, rajin, pintar, baik, saleh, ambisius. Humm, satu-satunya teman kocak sih enggak juga, karena ada yang kocak selain dia yaitu Ibrahim Saleh. Saleh itu diam-diam tak terduga, lantaran tak terduga itu lah kadang bikin kita tertawa.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Abdillah, katanya dia adalah orang yang masuk ke Darul Amin gara-gara ibu atau neneknya yang melihat brosur Darul Amin 2010 yang di sana ada foto seluruh santri putra memakai jubah warna putih, kemudian ibu/neneknya tersentuh hatinya melihat santri berpakaian seperti itu. Kemudian ibu/neneknya memantapkan niat untuk mendaftarkan Abdillah di Darul Amin. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sampai di Darul Amin, awal-awal jadi santri baru, gayanya pun macam orang baru taubat, diam, sendiri-sendiri, tidak banyak tingkah. Lama kemudian baru tampak tajinya sebagai anak Rantau Perapat. Kami ajak cabut lewat pagar membeli kerupuk Saminem dan Donat Heri, mau juga dia ikutan. Kadang dia pula yang ngajak duluan dan mentraktir. Dia adalah salah satu dari kami yang mampu menyerap ilmu guitar dari teman kami Yazid yang gitaris handal itu.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Sekarang dia di Medan. Pernah dia punya/jadi penjaga warnet, kemudian minatnya ke politik. Dia adalah orang yang paling setuju dengan kebijakan pemerintah dulunya, tidak tau saat ini. Dia orang yang kalau mau tekun sesuatu ia benar-benar tekun, seperti guitar, dia benar-benar belajar hal tersebut. Hanya satu mungkin cita-citanya yang sampai sekarang belum terkabul yaitu dia ingin jadi Polisi dulunya ketika kami dikumpulkan malam-malam sehabis salat isya di rumah Buya.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Abdillah, mau lanjut kemana?" tanya ayahanda kami (Buya DPDA).⁣⁣⁣⁣
"InsyaAllah masuk polisi, Buya." jawabnya mantap. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Lama tidak ada kabar, tahun lalu kami saling follow di instagram. Barulah tau kabarnya. Dia dikenal juga dengan nama panggilan (Lay atau Alay karena nama fb-nya Lay Phaqot, setahuku sampai sekarang ia masih punya perasaan sama alumni Darul Azhar). ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
6. Ma'in Syah Putra, ganteng, rajin, baik, dermawan, pintar, saleh, pendiam sih enggak juga, dibilang kalem boleh lah, dibilang ribut juga tidak terlalu. Dia lebih ke menyesuaikan keadaan. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Ma'in ini hebat Mate-Matika, makanya dia juga mengambil jurusan Mate-Matika ketika kuliah di Medan. Meskipun dulu ketika ditanya Buya dia ingin jadi dokter. Sekarang dia jadi guru dan bendahara di Darul Amin. Waktu aku balik kampung bulan September 2019 kemarin itu, dia bercerita banyak tentangnya dengan calonnya. Kami saling berbagi cerita tentang isi hati.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Katanya dia mau menikah bentar lagi dengan alumni Darul Azhar. Ah, tak boleh lah disebutkan nama perempuan salaheh calonnya itu. Nanti kalau sudah jodoh baru lah kita mention. Semoga kalian jodoh ya wak, Ma'in. Jadi pingin ikutan jejakmu wak, Ma'in.  Kok teman-temanku pada milih alumni Darul Azhar ya? Apa ini tanda-tanda juga bagi saya?😅😁⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
  Kalau dia baca ini dan ingat cerita kami kemarin itu, ia bakal tertawa dan merasa kasian sama aku yang sekarang ini. Wkwk, udah lah wak. Yang  berlalu biar lah begitu.  Dulu ketika kelas enam, saat jam istirahat kami sering beli bakwan ke kantin. Perginya lima orang, yang bayar semuanya Ma'in. Karena bisa dibilang cuma dialah yang selalu ada duit, walaupun sesekali kami juga gantian. Ma'in itu anak tunggal, anak yang satu-satunya harus disayangi ayah dan ibunya di dunia ini. Apapun yang ia mau selagi orang tuanya mampu, kayaknya bakal dibelikan. Baiknya, Ma'in tidak banyak tingkah, dia benar-benar berprilaku baik, anak baik, dia sederhana, tidak banyak minta ini dan itu. Tentu ibunya senang dan bangga padanya.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
7. Ibrahim Saleh, ganteng euy, pendiam, rajin, baik, tidak terduga, namanya juga salah tentu dia juga saleh, dia cocok dipanggil tengku dari sudut pandang mana pun. Tidak terduganya ya itu tentang perpustakaan dulu itu, yang sebenarnya rahasia kelas kami aja yang boleh tahu, bahkan bisa dibilang teman kami yang perempuan pun tidak tahu. Dia pendiam tapi lucu. Sebenarnya Ibrahim Saleh itu periang juga, sama macam Nurhayati, hanya saja dia dan Nur malah saling bilang "pendek" padahal dua-duanya sama-sama pendek. (maafkan akuh. wkwk).⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Saleh adalah orang yang cita-citanya sama dengan apa yang dulu ia jawab di rumah Buya. Yaitu setelah tamat dari Darul Amin dia ingin lanjut ke Samalanga. Dia ingin kuliah sambil mengaji di sana. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Kami yang telah bosan dengan ujian di pondok selama enam tahun, dia malah ingin mengulang dari awal lagi di Samalanga. Mengaji kitab kuning. Luar biasa memang cita-cita tengku yang satu itu! Dan dia sudah selesai mengajinya di Samalanga, tinggal kuliahnya aja yang satu tahun lagi.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Kalau dia sedang libur balik kampung, dia mengajar di pesantrennya teman kami Irfandi. Sering sekali dia dan Irfandi disuruh jadi khatib salat jum'at, kadang sengaja mereka telat datang agar tidak disuruh atau salat di masjid lain. Begitu cerita Irfandi dalam mobil Buya sewaktu kembali dari Kute Laklak dan singgah salat magrib di masjid Terutung Kute. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Bicaranya seperlunnya saja, suaranya tidak keras keluar dari mulutnya kecuali ia berteriak. Bisa dibilang ia teriak ketika menghitung dari satu sampai sepuluh saja, di pagi hari saat 'adho' mau masuk kelas. Saat main futsal pun dia tidak teriak minta bola. Kalau dioper ya dia bawa, kalau nggak dioper ya dia kejar. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Dia sudah di dekat gawang, hanya dia dan keeper, back agak jauh darinya namun masih dalam garis back, ada temannya bawa bola, kalau dia minta harusnya dia bisa cetak satu goal, namun dia hanya melihat, tidak banyak cakap, tidak memberikan kode apa pun, tidak minta dioper untuknya. Walaupun sih kalah pada akhirnya, paling tidak ia tetap berpegang teguh dengan karakter alaminya. Tidak dibuat-buat. Susah kayaknya mencontoh karakter Saleh saat main futsal. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Kenangan paling indah dengan Ibrahim Saleh adalah saat liburan awal tahun 2012 Daru Amin. Aku tidak langsung balik ke rumahku. Aku ikut dengannya ke Kuta Ujung melewati rumah mantan. Wkwk. Kami naik angkot Lawe-Lawe ke sana dengan ongkos lima/sepuluh ribu kalau nggak salah.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sore hari kami tiba di sana. Aku disambut ayah dan ibunya dengan santun, ramah dan bahagia. Ayah dan ibunya ahlul ibadah. Wajar anaknya Ibrahim Saleh juga demikian salehnya. Ayahnya adalah anggota jama'ah tabligh. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Malamnya kami menginap di sawahnya (bawan) yang tidak terlalu jauh dari kampung namun di pinggir sungai/kali Alas. Di sana ada gubuk yang muat lima orang. Kami hanya bedua. Pukul dua belas malam kami ke tepi sungai dengan membawa senter untuk berwudhu salat isya.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sepertinya Ibrahim Saleh sudah terbiasa menginap di Bawan, sehingga dia tidak takut. Padahal aku sendiri sudah merinding. Sungai Alas luas, di seberang sungai rimba, gelap, sepi, sunyi, hanya kami berdua. Kalau saja ada kodok melompat ke sungai gara-gara terganggu kedatangan kami, aku pasti kabur meninggalkan Saleh, lari ke kampung dengan kecepatan tiga puluh kilo meter perjam. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Untungnya tidak ada suara seperti itu kecuali suara jangkrik yang melantukankan lagu selamat datang padaku yang baru mereka kenal. Kami balik ke gubuk dan makan pulut durian yang kami bawa dari rumah, buatan ibunya. (Puket Mekhutung).⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Kami cerita ini dan itu dalam gubuk di sawah Kuta Ujung dengan lampu teplok yang telah kami matikan juga. Kalau misalkan ada yang berdehem dari luar seperti "ekhem" langsung aku pura-pura tidur dengan tubuh bergetar, dulu aku tuh penakut kali! Betulku pun.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Paginya kami ke gunung. Di kebun Ibrahim Saleh banyak sekali durian jatuh. Di gunung juga ada gubuknya. Di gubuk ini telah banyak durian disusun rapi oleh ayahnya. Kami bisa makan durian sepuasnya padahal belum mandi pagi, haya cuci muka karena salat subuh yang bangunnnya kesiangan lantaran bergadang.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sorenya aku balik ke Alur Langsat diantar Ibrahim Saleh naik motor. Kami bonceng tiga dengan Muntaha, adik kelas kami di Darul Amin yang juga anak Kuta Ujung. Kami bawa durian setengah goni ke Alur Langsat. Aku pamit dan bilang pada ayah-ibunya terima kasih banyak atas segela kebaikan dan berharap mereka juga bisa datang ke rumahku suatu saat nanti, begitu pesan dan nasihat liburan yang kami dapatkan dari ayahanda kami malam sebelum esok paginya libur, etiqutte adab bertamu. Malamnya aku kesepian di rumah, lalu kutuliskan pengalamanku selama di Kuta Ujung dalam buku catatanku.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
8. Irfandi Selian, genteng pastinya, hum, pemilik suara merdu, sering juara satu di kelas, gantian dengan Ayu, pernah juga juara satu MTQ. Dulu aku ingin juara satu di kelas juga  tapi enggak pernah bisa, hanya dapat urutan, enam, empat, empat, tiga, empat dan dua di akhir KMI. Irfandi adalah qori Darul Amin. Tapi lama-lama dia bosan asyik dia-dia aja yang disuruh tampil tiap kali acara. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Kadang sengaja ia menghindar dengan membuat alasan agar tidak dia aja yang disuruh jadi qori di acara Darul Amin. Akhirnya ada penggantinya adik kelas yang laki-laki dan perempuan, Mahadi dan Rahmi kalau enggak salah ya. Irfandi orangnya optimis, leadership, percaya diri, tekun, saleh, mengajak, tanggung jawab. Bisa dibilang dia adalah santri favorit Darul Amin, semua guru senang dengannya kecuali 'mungkin' yang ia sebut Stand-up itu, wallahu 'alam. Sepertinya beliau pun senang dengan Irfandi hanya saja Irfandi tidak mudah memaafkan lantaran pernah ditempeleng berkali-kali depan aula dan banyak 'adho' yang lihat termasuk aku juga melihat kejadian itu. Sebuah tamparan yang ganjil memang, ada nafsu menghukum kentara sekali di sana, udah ah, nanti kesannya aku memanasi. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Tapi bagaimana pun, kita mestilah husnuzhan tehadap guru kita. Jujur, aku pun pernah tidak suka sama salah seorang guru, aku sempat su'udzhan beliau juga tidak suka sama aku, tapi ternyata beliau sayang betul lah sama aku, beliau tidak membedakanku dengan yang lainnya. Semua murid sama di mata beliau. Malah ketika aku izin pulang beliau malah memberiku ongkos sepuluh ribu rupiah. Hum, setahuku tak ada guru yang benci pada muridnya.⁣⁣⁣⁣
 ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
MasyaAllah, kadang memang rasa tak suka murid pada guru itu ada, tapi bagaimana kita mengakhiri rasa itu, kembali pada diri kita sendiri, cobalah dengan husnuzhan, maka nanti akan baik timbal-baliknya. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Mungkin suatu saat nanti Irfandi dan beliau join di salah satu kepentingan khsusus, lalu kemudian benar-benar bisa memaafkan masa lalu itu. Dan sepertinya sekarang pun tidak 'mengganjal di hati' lagi kan Irfandi dengan beliau? Karena sempat aku baca di kolom komentar salah satu foto kita di Facebook, "Tak dendam, cuman tempelengannya susah untuk dilupakan. Tempelengan kampr*tttt." (copas dari kolom komentar) kwkw.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Kekmana kan, namanya juga guru masih lajang, masih ada darah muda mengalir di nadi beliau. Bukan 'panek' karena sakit hati kan, Ir? Haha, maafkan. Kisahmu dan dia terlanjur terkenal satu pondok, ah masa lalu itu.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Sekarang Irfandi Selian menjadi Buya (Rais Am) di Pondok Pesantren Dayah Al-Ikhlas. Desa. Terutung Kute. Kec. Darul Hasanah. Pulang Kampung kemarin aku dibawa ayahanda kami ke sana. Sampai di sana aku dapat giliran bicara satu-dua patah kata setelah ayahanda. Memberi wejangan semangat belajar pada santri dan santri watinya yang asalnya sebagian paling jauh ada yang dari Medan Sumatera Utara. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Aku suka suasana lingkungan pondoknya. Baru tiba di gerbangnya aja pun berasa udah tau dalam sana suasananya bakal adem. Ternyata benar, sampai di sana kami disambut Pak Mudir muda itu dengn senyum bahagia. Santrinya sopan, santun, dan ramah, sama seperti buya mereka dulunya ketika jadi santri. Sahabat kami itu.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
 Lingkungannya strategis, bersih, sama bersihnya seperti Irfandi dulu ketika jadi santri dan ketua Organisasi Pengurus Darul Amin (OPDA), dia suka membuat taman di depan kantor pengurus harian yang di sana dia tanami berbagai bunga. Dayah Al-Ikhlas agak jauh dari kampung tapi tidak jauh kali, masuk ke dalam, di sana ada tumbuh pohon besar nan rindang. Cocok sekali meneduhi santri yang kepalanya panas karena banyaknya hafalan.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Irfandi adalah alumni terbaik Darul Amin, jika anak sepupuku, anak abang dan kakakku telah besar, maka akan aku suruh daftarkan ke dua pesantren: Darul Amin atau Al-Ikhlas. Agar mereka bisa mengambil istifadah taat, santun, ramah, pada guru dan kedua orang tua seperti buya mereka dulunya sewaktu jadi santri di Darul Amin. Contohlah akhlak Irfandi, emak-emak aja banyak yang ingin dia jadi mantunya. Buktinya, setelah aku ceritkan tentang Irfandi pada ibu-ibu yang sedang ngumpul dengan ibuku di rumah kami,⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Masyallah," kata ibuk tetangga. 
"udah nikah dia?" tanya ibu-ibu yang lainnya. Kalau ada pertanyaan udah nikah atau belum itu artinya ada maksud tertentu. Uniknya lagi, Apun-nya Fazri, atau apun kami juga. Kami satu angkatan manggil apun karena kami manggil mamak pada mamaknya Fazri, kami telah akrab dengan ibunya Fazri. Apalagi aku, berasa ibuku kandung. Kek mana aku sayangnya sama ibuku, begitu juga pada ibunya Fazri. Kata apun itu saat kami pergi ke rumah atas bulan September 2019 itu,
"Anakku si fulanah sama Irfandi nanti." kata apun dengan masang wajah serius. Irfandi senyum-senyum, kami tawa bahagia.
⁣⁣⁣⁣
Ibu kandungku saja pun tidak pernah lupa pada wajah Irfandi. Padahal 2013 bulan Juni lalu ia jumpa dengan Irfandi sewaktu acara khataman (wisuda) kami kelas enam KMI. Waktu itu Irfandi bernyanyi di depan hadirin. Ibuku senang sekali dengan suara dan pembawaan Irfandi dengan lagu itu. Dari wajahnya pun orang tau dia itu orang baik. Ketika Irfandi, Ma'in dan Ibrahim Saleh datang ke rumahku waktu aku balik kampung kemarin bulan September 2019 itu,⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Dia ini kan, Daud, temanmu yang nyanyi saat wisuda kalian dulu?" tanya ibuku padaku memastikan dengan wajah senangnya, padahal Irfandi di depannya.⁣⁣⁣⁣
"Ya, Mak. Dialah orangnya." sahutku. Lalu ibuku pun bilang pada ibu-ibu yang hadir.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Ate, mesikap kalihen sakhe ne ye nde akhm-ku pe!" kata ibuku menginformasikan sembari tawa kecil dan senyum. Teman-temanku juga tawa bahagia mendengar ibuku bilang begitu. Artinya, bagus kali suara dia ni, betulku pun!⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
9. Aku? Hummm, tentangku, Biarlah mereka aja yang cerita ya.👆😂 ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Semoga kita bisa reuni di suatu hari nanti kawan, Pioneers. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
NB: wajib bawa anak! (wkwkw). Kalau belum nikah juga pas hari reunian kita nantinya, pinjam lah dulu anak tentangga, yak?😆😂✌️⁣⁣⁣⁣
Eh, jangan wajib deh, nanti malah aku yang belum nikah😂⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
أنتم أصحابي في الدارين إن شاء الله. ⁣⁣⁣⁣
الصداقة لا تغيب مثلما تغيب الشمس. الصداقة لا تذوب مثلما يذوب الثلج. الصداقة لا تموت إلا... اذا مات الحب.⁣⁣⁣⁣
الصداقة ود وإيمان. الصداقة حلماً وكيان يسكن الوجدان. الصداقة لاتوزن بميزان ولاتقدر بأثمان فلابد منها لكل إنسان.⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
*Tuliskan ceritamu, agar sepuluh tahun kedepan, adik-adik Darul Amin, tau bahwa kita tuh alumni Darul Amin juga ya kan.😅 Syedih juga kemarin tu pas aku ke pondok, udah nggak ada lagi santri yang kenal sama aku. ⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Kayaknya itu juga yang bikin alumni malas ke pondok, orang-orang yang mereka kenal tak ada lagi di sana, kecuali guru-guru lama. Lagian sih, aku datang setelah hampir enam tahun kemudian. Jangankan Darul Amin, rumahku pun hampir tak aku ingat saking banyaknya rumah baru berdiri di Alur Langsat, banyak yang nikah muda. MasyaAllah.🤗⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
Darrasah-Kairo, 19 Mei 2020.⁣⁣⁣⁣

-Sekarang kita merindukan masa lalu, nanti kita merindukan yang terjadi hari ini. Maka tambatlah kenangan terbaikmu dengan menuliskannya, Kawan-

Foto depan gedung riayah santriwati

Kelas Lima KMI

Wisuda Siswa Akhir DPDA 2013


Selesai Acara Arena Gembira 2013
⁣⁣⁣⁣

Komentar

Yang populer dari blog ini

Bulan Madu di Surga

"Bulan Madu di Surga"  -Perfect Wedding- Oleh: Muhammad Daud Farma. Namanya, Marwa, gadis manis bermata biru, beralis lebat berwarna hitam, berhidung mancung, berparas cantik jelita, pipinya padat berisi, kalau melihatnya sedang tersenyum  akan meninggalkan dua kesan: imut dan menggemaskan.  Berposter tubuh seperti pramugari, tinggi dan ahli merias diri. Pintar, pandai mengaji dan hafal kalam Ilahi. Teman-teman kampusnya menjulukinya dengan sebutan, "The Queen of Awamaalia University." Bahkan sebagian teman lelaki yang lidahnya sudah biasa merayu menamainya, "Bidadari kesiangan menantu idaman".  Dia sudah berumur delapan belas tahun. Kalau kamu pertama kali melihatnya, maka kamu akan mengucek mata tiga kali dan berkata, "Ternyata Hala Turk pandai juga memakai jilbab!" Mungkin sedikit berlebihan kalau kamu sampai berujar, "Waw! Kalah telak belasteran Jerman-Turkey!". Awal bulan Agustus lalu adalah kali pertama ia me

Inginku Mondok!

Inginku Mondok Daud Farma Aku orang  Kuta Cane, kabupaten Aceh Tenggara. Daerahku tidaklah sekecil jika aku berdiri di atas gunung yang tinggi lalu memandang ke bawah dan tampaklah hamparan rumah-rumah seakan bisa aku jengkali dengan jariku, tidak, tidak begitu! Bila saja aku mau mengelilinginya, seharian naik motor memang cukup tetapi tidak semua desanya bisa aku datangi satu-persatu. Jadi cukuplah kuakui bahwa daerahku memang luas sebenarnya walaupun dikelilingi gunung.  Aku tinggal di desa Alur langsat, kecamatan Tanoh Alas kabupaten Aceh Tenggara Kuta Cane-Aceh-Indonesia. Untuk sampai ke desaku, kamu mesti melewati jembatan tinggi yang melentang di atas sungai Alas, yang menghubungkan timur dan barat Gugung dan Ncuah menurut suku daerah yang kami pakai.  Sungai Alas adalah hadiah terindah yang Allah berikan pada daerah kami, daerah yang semboyannya: hidup di kandung adat, mati di kandung hukum, yang tak lebih tak kurang artinya bahwa Kuta Cane Aceh Tenggara adalah daerah yang kenta

Pulang Kampung (catatan panjang Anugerah Sastra VOI 2019)

Oleh: Daud Farma Bakda zuhur aku siap-siap. Aku mandi dan mengenakan pakaian. Atasan rambut sudah pangkas rapi, kemeja ungu lavendel masuk dalam celana, dan jas hitam. Bawahannya celana panjang hitam dan sepatu hitam. Setelah semuanya siap, aku periksa lagi barang-barang bawaanku dalam koper. Semuanya telah lengkap. Kemudian periksa dokumen penting. Tiket dan paspor yang juga telah masuk ke dalam tas. Temanku Dafi memesan Uber. Tidak berapa lama Uber datang. Karena tidak muat satu Uber kami pun pesan dua Uber. Dafi, aku dan dua orang dari adik-adik kami satu mobil. Adapun Ahmad berempat di Uber satunya lagi. Kurang lebih empat puluh menit kami tiba di Bandara Kedatangan Dua Internasional Kairo khusus penerbangan luar negeri. Aku bayarkan ongkos Uber 110 Pounds Mesir lalu kami turunkan koper. Kami pun foto-foto. Semuanya pada update status, juga disebar di group kami. Kebiasaan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) kalau ada yang balik kampung sudah pasti banya

NASAB NABI

نسب النبي صلى الله عليه وسلم و أسرته. لنسب النبي صلى الله عليه وسلم ثلاثة أجزاء: جزء اتفق على صحته أهل السير والأنساب، وهو إلى عدنان، وجزء اختلفوا فيه ما بين متوقف فيه، وقائل به، وهو مافوق عدنان إلى إبراهيم عليه السلام، وجزء لانشك أن فيه أمورا غير صحيحة، وهو مافوق إبراهيم إلى آدم عليهما السلام، وقد أسلفنا الإشارة إلى بعض هذا، هناك تفصيل تلك الأجزاء الثلاثة: الجزء الأول: محمدُ بنُ عبد الله بنِ عبد المطَّلب - واسمه شيبةُ - بن هاشم - واسمه عمرو - بن عبد مناف - واسمه المغيرة - بن قصيّ - واسمه زيد - بن كلاب بن مرَّةَ بن كعب بن لؤيّ بن غالب بن فِهْرٍ - وهو الملقب بقريش، وإليه تنتسب القبيلة -بن مالك بن النضر - واسمه قيس - بن كنانة بن خزيمة بن مدركة - واسمه عامر - بن إلياس بن مضر بن نزار بن مَعَدِّ بن عدنا. الجزء الثاني: ما فوق عدنان، و عدنانُ هو ابن أدّ بنِ هميسع بن سلامان بن عوص بن بوز بن قموال بن أبيّ بن عوام بن ناشد بن حزا بن بلداس بن يدلاف بن طابخ بن جاحم بن ناحش بن ماخي بن عيض بن عبقر بن عبيد بن الدعا بن حمدان بن سنبر بن يثربي بن يحزن بن يلحن بن أرعوى بن عيض بن ديشان بن عيصر بن أفناد بن

Syekhuna Sya'rawi

Syekh Muhammad Metwalli al-Sha'rawi Sejak pertama kali saya menuntut ilmu di negeri para ambiya', negeri para ulama, negeri Al-Azhar Al-Syarif, saya begitu sering mendengar nama Syekh Sya'rawi disebutkan orang-orang sekitar saya.  Baik teman-teman sesama pelajar ataupun orang Mesir di wilayah saya tinggal dan yang saya temui-berpas-pasan di jalan, di kendaraan umum, jumpa di masjid, warung-warung kecil, mall, di ibu kota, di pelosok desa, di tv, di radio, di dinding-dinding segala bangunan, di banyak tempat dan kesempatan.  Nama Syekh Sya'rawi terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terasa akrab di hati dan jiwa. Siapakah beliau sehingga begitu cintanya masyarakat Mesir kepada Syekh Sya'rawi? Nama lengkap Syekhuna: Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi.  Lahir pada tanggal 15 April 1911, di desa Dakadus (دقادوس) , Mit Ghamr (ميت غم  ) , Ad-Daqahliyah ) (الدقهلية)  , Mesir provinsi Tanta (طنطا).  Beliau merupakan ulama mujadid pada abad ke 20. Pen

Putra Aceh Tenggara Pertama Ke Mesir

Dr. H. Bukhari Husni, MA Daud Farma P ada tahun 1978 Masehi buya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tuanya. Buya adalah asli putra daerah Kuta Cane  Aceh Tenggara dan yang pertama kali belajar ke Mesir. Di masa beliau seluruh mahasiswa Aceh di Mesir hanya ada enam belas orang ketika itu. Dua di antaranya adalah; Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim, MA. Guru Besar UIN Ar-Ranniry dan Anggota MPU Aceh (Untuknya, al-Fatihah). Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA. Ketua Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, dan Ketua Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman-Banda Aceh. Buya tinggal di Gamalia, tidak jauh dari masjid Sidna Husain. Buya sempat bertalaqqi kepada Syekh Sya'rawi yang ketika itu mengajar di masjid Sidna Husain.  Sewaktu menemani beliau berkeliling sekitar Kairo, buya banyak bercerita bagaimana keadaan Kairo 43 tahun silam. Misalnya ketika kami tiba di Darrasah, beliau hampir saja tidak mengenali titik-titik yang kami lewati. Telah berubah delapan puluh persen dari segi bangunannya

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan.

Laila Majnun: Tentang Integritas, Cinta dan Kesetiaan (Resensi Novel Laila Majnun yang ditulis oleh Nizami Ganjavi) Diresensi oleh: Daud Farma.   Judul: Laila Majnun Penulis: Nizami Penerjemah: Dede Aditya Kaswar Penerbit: OASE Mata Air Makna Tebal: 256 halaman Cetakan ke: XII, Juli 2010 “Duhai Kekasihku,andai aku tidak dapat mempersembahkan jiwaku kepadamu, maka lebih baik aku membuangnya dan kehilangan  ia untuk selamanya. Aku terbakar dalam api cinta. Aku tenggelam dalam air mata kesedihan. Bahkan matahari yang menyinari dunia dapat merasakan panasnya bara hasratku. Aku adalah ngengat yang terbang menembus malam untuk mengitari nyala api lilin. Oh, lilin jiwaku, jangan siksa aku ketika aku mengelilingimu! Kau telah memikatku, kau telah merampas takdirku, akalku, juga tubuhku. “Engkau adalah penyebab kepedihanku, namun, meskipun demikian, cinta yang kurasakan padamu merupakan pelipurku, satu-satunya obat penyembuhku. Sungguh aneh, sebuah obat yang sekaligu