Aku orang yang selalu penasaran tentang apa di balik tembok, di seberang sana, setelah ini ada apa aja? Ketika aku kecil, belum SD. Dua kakak perempuan sepupuku berjodoh dengan orang Gayo Lues. Dua puluh dua tahun kemudian, anak bang we-ku pula berjodoh dengan penduduk Agusen-Gayo Lues. Pertama kali aku melewati perbatsan Aceh Tenggara-Gayo Lues pada tahun 2009, tapi kata ibu ketika aku usia dua tahunan aku pernah dibawa ke Rikit Ghaib yang ketika itu menjenguk kakak sepupu melahirkan bayi pertamanya sebelum akhirnya ia pindah ke Takengon. Tahun 2009, ketika itu aku masih kelas 2 KMI (SMP) dan 10 teman-temanku diutus sebagai perwakilan pondok (DPDA) untuk mengikuti lomba pencak silat di Lhoksukeun dan kami membawa tiga piala, waktu itu hanya lewat saja, tidak singgah, cuma dapat melihat monunen kotanya Belang Kejeren. Kedua pada tahun 2011 ketika saya kelas 4 KMI (1 SMK) kami diutus sebagai perwakilan dari pondok untuk ajang lomba...
Salahkah Setan?
Daud Farma
Manusia kerap sekali menyalahkan setan, menyesali kesalahan dan dosa-dosa yang ia perbuat karena setan. Telah memfitnah orang lalu salahkan setan, telah mengadu domba kemudian menyalahkan setan, telah menggunjingi tetangga yang barusan punya bini dua lantas menyalahkan setan, selingkuh salahkan setan, jadi penggombal wanita (زير النساء) salahakn setan, makan duit haram salahkan setan, malas baca al-Quran terus salahkan setan, bolos ikut kajian salahkan setan, malas turun dari lantai tujuh untuk jamaah di masjid salahkan setan, subuh kesiangan salahkan setan, telat jumatan salahkan setan, durhaka sama kedua orang tua salahkan setan, semuanya salah setan, tidak introspeksi diri, tidak menyalahkan diri sendiri yang berperan lebih besar berbuat dosa daripada sebab bisikan setan. Sedangkan setan hanya membisikinya sekejap saja, dan tipu dayanya sungguhlah lemah.
Bisikan setan sebenarnya hanya sekali lewat saja, sekilas saja, seperti singgah sebentar, misal dua detik--walaupun kita tidak tahu pukul berapa jadwal setan menggoda manusia. Lalu manusia berbuat dosa seluarbiasa parahnya, besarnya, banyaknya. Misal setan telah menggodanya tadi pagi: ingin berbuat maksiat, lalu bisikan itu tidak bisa hilang sampai malam tiba bahkan esok paginya, masih saja tetap berkeinginan maksiat.
Ketika bisikan setan itu terlintas dan singgah dua detik, maka segeralah beristighfar sampai keinginan itu hilang. Jika tidak hilang juga maka mininal beristighfarlah sebanyak tiga puluh tiga kali, jika tidak hilang juga maka beristighfarlah hingga sore hari, cobalah berpikir positif, olahraga, baca buku, dengarkan ceramah Habib Quraish Shihab yang dapat menggugah jiwa untuk taat dan semangat.
Manusia harusnya lebih kuat dari setan, sebab manusia bisa memperoleh iman dengan proses ketaatan kepada Yang Maha Kuasa. Jika untuk meningkatkan iman mesti berproses, usaha, kehendak masing-masing manusia, maka sebenarnya berbuat dosa jugalah kehendak manusia itu sendiri walaupun mungkin awalnya dibisiki setan. Atau awalnya keinginan dari nafsu manusia lalu dibantu rayuan setan. Nafsu ataupun bisikan setan yang duluan, harusnya manusia punya kendali agar ia tidak meneruskan keinginannya.
Jika manusia tidak mampu menghentikan kehendaknya untuk berbuat dosa, saat itulah ia dikalahkan oleh setan, ia lebih lemah daripada setan. Hawa nafsu manusia lebih berperan berbuat dosa daripada bisikan setan.
"Syekh Ali Jumah, menekankan, setan hanya membisikkan secara sembunyi-sembunyi agar manusia melakukan perbuatan dosa. Sedangkan yang memerintahkan untuk berbuat dosa itu ialah diri manusia sendiri."
إِنَّ كَيۡدَ ٱلشَّيۡطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا ﴾
[ النساء: 76]
Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (Q.S. An-Nisa)
Jangan lupa memperbanyak dzikir dan shalawat agar tidak mudah menuruti hawa nafsu yang telah dicampuri bisikan setan. Salahkan setan? Salah. Tetapi manusia jauh lebih salah ketika ia meneruskan keinginannya untuk maksiat.
Wallahu 'alam.
Washallallahu 'ala Sayidina Muhammad wa 'ala alihi wasahbihi wabarik wasallim.
Link dimuat di Islampos :
Komentar
Posting Komentar