Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Unggulan

Negeri Seribu Bukit

Aku orang yang selalu penasaran tentang apa di balik tembok, di seberang sana, setelah ini ada apa aja?    Ketika aku kecil, belum SD. Dua kakak  perempuan sepupuku berjodoh dengan orang Gayo Lues.  Dua puluh dua tahun kemudian, anak bang we-ku pula berjodoh dengan penduduk Agusen-Gayo Lues.  Pertama kali aku melewati perbatsan Aceh Tenggara-Gayo Lues pada tahun 2009, tapi kata ibu ketika aku usia dua tahunan aku pernah dibawa ke Rikit Ghaib yang ketika itu menjenguk kakak sepupu melahirkan bayi pertamanya sebelum akhirnya ia pindah ke Takengon.    Tahun 2009, ketika itu aku masih kelas 2 KMI (SMP) dan 10 teman-temanku diutus sebagai perwakilan pondok (DPDA) untuk mengikuti lomba pencak silat di Lhoksukeun  dan kami membawa tiga piala, waktu itu hanya lewat saja, tidak singgah, cuma dapat melihat monunen kotanya Belang Kejeren.   Kedua pada tahun 2011 ketika saya kelas 4 KMI (1 SMK) kami diutus sebagai perwakilan dari pondok untuk ajang lomba...

Oh Pondokku (Empat)

Oh Pondokku (Empat) Oleh: Daud Farma. Hari senin aku tiba di rumah. Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan hari Minggunya aku diantarkan sekaligus langsung didaftarkan ayahku masuk pesantren. Periuk, kompor, piring, sendok, mangkuk, beras, ikan tri, ember, minyak lampu, tomat, cabai, minyak goreng, sudah masuk ke dalam becak dalam goni pelastik. Adapun pakaianku sudah disusun rapi oleh ibuku di dalam peti.   "Nakku!" Ya itu suara Ibu memanggil namaku, aku lun keluar dari dalam kamarku. Pangggilan ibu yang sudah melekat dalam jiwaku, sudah tak asing lagi di telingaku, suara beliau yang begitu akrab di hatiku.  "We, Mek?"  Ya ibuk?  "Siap-siap gat, jak akhi khoh becak bambekhumu ge, pekhikse tule bakhang-bakhangmu, ulang lot tading na!" Ayo siap-siap! Bentar lagi becak bambkhumu tadi datang, periksa lagi barang-barangmu, jangan sampai ketiggalan ya! "We, Mek." ya ibuk. Sore tadi adalah sore terakhirku bersama teman-temanku mandi di su...

Oh Pondokku (3) Daud Farma

Oh Pondokku (Tiga) Oleh: Daud Farma Kami sempat berhenti di tengah jalan, paman dan temannya pun merokok sembari mereka berdua bercerita satu sama lain. Aku dan Suadi hanya menyaksikan kendaraan yang lalu-lalang dengan kencang di jalur lepas hambatan. Kami tak saling bicara. Sejak ia berhasil merayuku di depan rumah opung tadi, aku telah membencinya bahkan membenci pamanku sendiri, pun benci pada diriku yang mudah mereka taklukkan. Pamanku sama sekali belum bicara denganku. Namun kadang pikiran untuk berasalan senang itu tiba-tiba muncul, mencoba mengajakku berdamai dengan Suadi dan pamanku, dan aku pun setuju. Toh memang nantinya aku bakal tidak mampu juga, aku bakal tidak betah, aku telah mengukur batas kemampuanku untuk bertahan di panti lebih lama. Paling juga setelah satu minggu aku ditinggal Suadi dan paman, aku akan menelepon ke kampung untuk dijemput, jadi tidak salah juga aku ikut mereka sekarang ini meninggalkan panti asuhan Istiqomah yang sudah jauh sekali di belakang san...