Lisan Ma'had. Sama-sama orang 'Alas Tok', tapi kalau berkomunikasi tidak berbahasa daerah. Bukan gengsi apalagi anti dengan bahasa daerah sediri, tidak. Tetapi inilah pendidikan. Beratahun-tahun dididik agar lidah ikut disiplin berbahasa dengan dua bahasa: Arab dan Inggris. Sehingga ketika telah tamat dari pondok, tetap sesekali pakai bahasa yang pernah diajarkan pondok, meskipun hanya bilang: kaifa hal? Shabahul khair? Atau paling tidak berbahasa Indonesia. Sama-sama satu suku daerah yang sama, sama-sama telah jadi alumni-artinya tidak ada lagi aturan yang mengikat lidah: tidak boleh berbahasa daerah. Tetapi disadari atau tidak, dari dalam diri seakan menolak bahwa bahasa daerah bukan bahasa lisan ma'had yang selalama ini digunakan di pondok. Sudah bertahun-tahun lamanya lidah diikat dengan kebiasaan kalau bicara sesama santri tidak boleh berbahasa daerah selama di pondok! Maka terasa amat 'canggung' lah ketika misalnya kebiasaan yang telah lama itu dicoba u...
Pray to the Prophet Mohammed ﷺ