Aku orang yang selalu penasaran tentang apa di balik tembok, di seberang sana, setelah ini ada apa aja? Ketika aku kecil, belum SD. Dua kakak perempuan sepupuku berjodoh dengan orang Gayo Lues. Dua puluh dua tahun kemudian, anak bang we-ku pula berjodoh dengan penduduk Agusen-Gayo Lues. Pertama kali aku melewati perbatsan Aceh Tenggara-Gayo Lues pada tahun 2009, tapi kata ibu ketika aku usia dua tahunan aku pernah dibawa ke Rikit Ghaib yang ketika itu menjenguk kakak sepupu melahirkan bayi pertamanya sebelum akhirnya ia pindah ke Takengon. Tahun 2009, ketika itu aku masih kelas 2 KMI (SMP) dan 10 teman-temanku diutus sebagai perwakilan pondok (DPDA) untuk mengikuti lomba pencak silat di Lhoksukeun dan kami membawa tiga piala, waktu itu hanya lewat saja, tidak singgah, cuma dapat melihat monunen kotanya Belang Kejeren. Kedua pada tahun 2011 ketika saya kelas 4 KMI (1 SMK) kami diutus sebagai perwakilan dari pondok untuk ajang lomba...
جزاءُ الخيانةَ (Bagusnya nggak ada Alif lam pada kata jaza sebab ia mudhaf mudhaf ilaih)
Arti Judul: Balasan Sebuah Pengkhianatan
TARJAMAH
جزاء الخيانة
BALASAN SEBUAH PENGKHIANATAN
المترادفات
آدَبَ : أَوْلَمَ Mengadakan pesta/walimah
أَلَحَّ : كَرَّرَ : طَلَبَ مَرَّاتٍ Meminta berulangkali
عِلْيَةٌ : رِفْعَةٌ : دَرَجَةٌ عَالِيَةٌ derajat yang tinggi/kalangan atas
مَأْدُبَةٌ : وَلِيْمَةٌ walimah, pesta
كَلَّفَ : أَوْجَبَ : أَلْزَمَ Membebani
سَوْطٌ : ضَرْبٌ pukulan
كُفَّ : اِنْتَهِ : اِمْتَنِعْ. Cukup ! Hentikan !
Marah, murka َاِغْتَاظَ : غَضِب
Lezatnya makanan شَهِيُّ الطَّعَامِ : لَذِيْذُالطَّعَامِ
فَرْطٌ : شِدَّةٌ : زِيَادَةٌ kelebihan, tambahan
الرَّيَاحِيْن : جمن الرَّيْحَانِ : كُلُّ نَبَاتٍ طَيِّبُ الرَّائِحَةِ
Tumbuhan yang baunya harum
جِلْدٌ : ضَرْبٌ , cambukan, pukulan
تَدِبُّ : تَمْشِيberjalan
القراءة
جزاءُ الخيانة
BALASAN SEBUAH PENGKHIANATAN
آدَب َرجلُ من عِلْيَةِ القوْمِ مَأْدُبَةً فاخِرَةً لِضُيُوْفٍ نَزَلُوْا بهِ فَزَيَّنَ اْلمَائِدَةَ باِلْأزْهْارِ والرَّيَاحِيْنِ وَجَمَعَ فيها مِنْ شَهِيِ الطَّعَامِ أَشْكَالاً وَألْوَاناً وَلَمْ يَنْقُصْ مِن كَمالِها في عَيْنِ صاحِبِهاَ إلَّا غِياَبَ طَعَامِ السَّمَكَ لأنَّ خاَدِمَهُ عادَ مِنَ السُّوْقِ ولَمْ يَجِدْ فيه سَمَكًا.
Dikisahkan, ada seorang laki-laki bangsawan mau mengadakan pesta yang megah untuk beberapa tamu yang akan diundangnya. Maka ia menghiasi meja makannya dengan beraneka ragam bunga dan wangi-wangian serta menyiapkan makanan lezat yang beraneka ragam bentuk dan warnanya. Menurut pandangan tuan rumah, (persiapan) ini tidaklah berkurang kesempurnaannya kecuali disebabkan karena tidak adanya ( hidangan) berupa ikan , karena pelayannya telah kembali dari pasar dan (ketika belanja) tidak mendapatkan ikan di sana.
وبَيْنَما الرَّجُل جالِسٌ يُفَكِّرُ في هذا الْأَمْرِ إذْ دَخَلَ عَلَيْهِ خادِمُهُ وَمَعَهُ صَيَّادِ يَحْمِلُ ثَلاَثَ سَمَكَاتٍ كبيرةٍ لاَتَزَالُ الْحَيَاةَ تدِبُّ فِي جُسُوْمِها فَفَرِحَ الرَّجُلِ بِهاوقالَ لِلصَيَّادِ "ماذا تَطْلُبُ ثَمَناً لَهَا" فقال الصَّيَّادُ "يامَوْلاَيَ إِنَّ هَذِهِ السَّمَكاتِ كَلَّفَتْنِيْ مَشَقَّةً عَظِيْمَةََ في صَيْدَها وَالدُّخُوْلِ بها عَليْكَ وَلا أُرِيْدُ لها ثَمَناً أَقَلَّ مِنْ أَنْ أُضْرِبَ مِائَةَ سَوْطٍ"
Dan ketika laki-laki itu sedang duduk sambil memikirkan hal ini, tiba-tiba masuklah pelayannya dengan membawa seorang "pencari ikan" atau nelayan, yang membawa tiga ekor ikan besar yang masih hidup. Maka laki-laki itu (tuan rumah) merasa senang dan berkata kepada si nelayan (pencari ikan) : " Berapakah harga yang kau minta?" "Pencari ikan" itu menjawab :"Wahai tuan, sesungguhnya (ketika aku mencari) ikan dan ketika masuk rumah ini, aku benar-benar merasa kesulitan dan aku pun tidak menginginkan harga dari ikan tersebut kurang dari seratus kali cambukan,
فَتَعَجَّبَ صَاحِبُ الدَّارِ مِن هذا الطَّلَبِ وَلَكِنَّ الصَّياَّدَ أَلَّحَ عَلَيْهِ في الأمرِ فَأَمَرَ بِجَلْدِهِ كَما طَلَبَ وَلَمَّا أَنْ بَلَغَ الضَّارِبُ خَمْسِيْنَ جَلْدَةَ صاحَ الصَّيَّادِ وقال "كُفَّ عَنِ الضَّرْبِ فَإِنّيْ أَخَذْتُ نَصِيْبِيٍ وَلِيْ شَرِيْكٌ يَسْتَحِقُّ النِّصْفَ الثَّانِي"
Maka terkejutlah tuan rumah tersebut karena permintaan ini, namun si nelayan itu tetap memintanya berulang kali. Maka dicambuklah si nelayan itu sesuai dengan permintaannya. Dan ketika sampai pada pukulan/cambukan yang kelima puluh, nelayan itu berteriak dan kemudian berkata :"Cukup...! Berhentilah mencambukku, karena aku telah mengambil bagianku dan aku mempunyai seorang teman lagi yang berhak untuk mendapatkan cambukan setengah berikutnya."
فَقالَ السَّرِيُّ "وَمَنْ شَرِيْكُكَ" قال الصَّيَّادُ "شَرِيْكيْ بوَّابُكَ الّذيْ لَمْ يَسْمَحْ لِيْ باِلْمُثُوْلِ بينَ يَدَيْكَ إلاَّ بَعْدَ أَنْ وُعِدْتُهُ بِنِصْفِ الثَّمَنِ فَادْعُهُ إِلَيْكَ وَأَدّهِ حَقَّهُ"
فَاغْتَاظَ السَّيِّدُ مِن خِيانَةِ بَوَّابِهِ وأَمَرَ بِجَلْدِهِ خَمْسِيْنِ جَلْدَةً وَطَرْدَهُ مِن خِدْمَتِهِ وَأَعْطَى الصَّيَّادُ جُنَيْهِيْنَ ثَمَنَ سَمَكِهِ وَمُكَافَأَةٍ لَهُ عَلىَ فَرْطِ ذَكَاءِهِ.
Maka berkatalah si orang kaya itu (tuan rumah) :"Siapa temanmu?"
Si nelayan pun menjawab :"Temanku adalah penjaga gerbangmu yang tidak mengizinkanku untuk masuk menuju hadapanmu kecuali setelah Aku berjanji agar memberikan separuh dari harganya. Maka panggillah dia (agar mau menghadap) kepadamu dan berikan haknya!"
Maka Si Sayyid/tuan pun marah karena pengkhianatan penjaga gerbangnya dan memerintahkan agar mencambuknya lima puluh kali dan kemudian mengusirnya. Kemudian Ia memberikan 2 pound kepada "nelayan" tersebut atas harga ikannya dan sebagai balasan atas kecerdasannya.
Hikmah :
Hendaknya kita selalu menjaga amanah dan menjauhi sifat khianat.
Dalam sebuah hadits, dikatakan bahwa khianat adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh orang munafik.
Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara berbohong, jika berjanji ingkar dan jika dipercaya berhianat.
(HR. Bukhari Muslim)
Allah SWT berfirman, “Hai, orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang diberikan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS al-Anfal [8] : 27).
Komentar
Posting Komentar